Yang dimaksudkan dengan struktur leksikal adalah “bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat dalam kata”. Di bawah ini saya akan berikan sedikit penjelasan seputar tiga istilah, sesuai dengan contoh-contoh yang Esra uraikan dalam opini bagian pertama (Timex, 23-1-2007), teristimewa berkenaan dengan penjelasan Hasan Sutanto yang Esra kutip: “Dalam Alkitab sering terdapat kata-kata yang sama, tetapi mengandung pengertian yang berlainan (Polyonymy – bahasa Inggris). Ini berarti satu kata mungkin mengandung banyak arti. Sebaliknya, sering juga terdapat kata-kata berlainan tetapi menunjukkan pengertian yang sama/mirip. (Homonymy – bahasa Inggris)…dalam kasus-kasus demikian, konteks berperanan menentukan artinya (Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. SAAT. 2001:214).” Benarkah apa yang dikatakan oleh Hasan Sutanto sebagaimana dikutip di atas ini? Perhatikan uraian di bawah ini.
Sinonimi
Sinonimi adalah suatu istilah yang dapat ditafsirkan sebagai (a) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna/arti yang sama, atau memiliki makna/arti yang hampir sama; dan (b) keadaan di mana dua kata memiliki makna/arti yang sama, atau memiliki makna/arti yang hampir sama. Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna/arti yang sama, atau kata yang memiliki makna/arti yang hampir sama dengan kata lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Edisi Keempat Tahun 2008, sinonimi berarti “hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau sama maknanya; kesinoniman”. Dan sinonim artinya “bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain;muradif”.
Polisemi dan homonimi
Polisemi adalah kata (frasa, dsb) dapat memiliki bermacam-macam arti, atau sebuah kata yang mempunyai arti lebih dari satu. Catatan: Dalam KBBI, lema polisem artinya “bentuk bahasa (kata, frasa, dsb) yang bermakna lebih dari satu, dan polisemi artinya “ihwal polisem”. Pengertian polisemi ini sangat dekat dengan sebuah pengertian lain yaitu homonimi yaitu persoalan menyangkut dua kata yang mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon), namun mempunyai arti yang berbeda dan asal kata yang berbeda pula. Dalam polisemi kita hanya menghadapi satu kata saja. Sebaliknya dalam homonimi kita menghadapi dua kata atau lebih. Catatan: Perhatikan KBBI, lema homonim, homonimi.
Berdasarkan pengertian di atas ini maka penjelasan Hasan Sutanto yang Esra kutip, sebagaimana saya kutip kembali di atas, ‘sangat salah’. “Polyonymy”, kata (bahasa) Inggris yang diserap dari kata (bahasa) Gerika, “poly” dan “onoma, onymy” itu sebenarnya berarti “multiplicity of names for the same thing” (“bermacam-macam nama untuk benda, barang, keadaan atau hal yang sama”; dan polyonym artinya “sebuah nama yang terdiri dari beberapa kata); jadi, bukan berarti “kata-kata yang sama, tetapi mengandung pengertian yang berlainan”, atau “satu kata mungkin mengandung banyak arti” seperti yang dikemukakan oleh Hasan Sutanto yang Esra kutip itu.
Lalu bagaimana pula dengan “homonymy”? “Homonymy”, kata (bahasa) Inggris yang diserap dari kata (bahasa) Gerika, “homo”, dan “onoma, onymy” itu berarti “a word having the same sound and perhaps the same spelling as another, but a different meaning and origin” (“sebuah kata yang mempunyai bunyi yang sama dan mungkin sama ejaan seperti kata lainnya, tetapi berbeda dalam arti dan asalnya”). Jadi, “homonymy” bukan berarti “kata-kata berlainan tetapi menunjukkan pengertian yang sama/mirip” seperti kata Hasan Sutanto yang Esra kutip itu. Kalau Esra mau tahu apa itu “homonymy, polyonymy, synonym, synonymy, homograph, homophone”, saya persilakan Esra baca Chambers Twentieth Century Dictionary. W & R Chambers Ltd. London 1972. Atau, alangkah baiknya Esra perhatikan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Tahun 2008 (catatan, dalam KBBI, tidak terdapat kata polionimi [polyonymy]. Mudah-mudahan KBBI edisi berikutnya, kata ini dapat dimasukkan). Dengan demikian, saya sungguh sedih atas kesalahan fatal yang dibuat oleh Hasan Sutanto. Esra ternyata tidak tahu, sehingga Esra pun mengekor kesalahan yang dibuat oleh Hasan Sutanto. Inilah bahayanya, jika kita mengutip pandangan orang lain. Kalau pandangan orang lain yang kita kutip itu benar, ya, syukur, kita pun berada pada pihak yang benar. Tetapi kalau pandangan orang lain yang kita kutip itu tidak benar atau salah, ya, nistalah kita, karena kita membeo ketidakbenaran atau kesalahan atau kebodohan orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas ini maka kata Gerika “arche” yang memiliki arti (a) rule (kingly or magisterial); (b) rulers, magistrates (plur., in a quasi-personal sense); (c) beginning, originally, adalah polisemi. Kata “baptizo” yang berarti “I dip, submerge, wash, I baptize” dan “baptismos” yang berarti “dipping, washing, ablution, baptism, ritual washing”, adalah polisemi. Begitu pula dengan kata “brosis” = (a) eating; (b) food; (c) a meal; kata “parakaleo” = (a) I ask, beseech; (b) I exhort; (c) I comfort; dan kata “lego” = (a) I say, I speak, I mean, I mention; (b) I call, I name; (c) I command, I tell, adalah kata-kata polisemi.
Kata-kata yang tergolong sinonim (satu kata mempunyai makna/arti yang sama atau hampir sama dengan kata lain, contohnya antara lain: “katabaino” (= I come down; I go down) dengan “katerchomai” (= I come down; I go down); “phemi” (= I say) dengan “lego” (= I say); “pluno” (= I wash) dengan “nipto” (= I wash); “penichros” (= poor, needy) dengan “ptochos” (= poor, needy). Kata-kata “agapaō”, “phileō”, “erōtos” dan “storge” dapat digolongkan sebagai kata bersinonim yang secara umum mempunyai arti yang berhubungan dengan “mengasihi, mencintai”, namun memiliki perbedaan yang spesifik. Kata “agapaō” pada mulanya merupakan sebuah kata yang tidak menarik, tidak mengandung ‘makna kehangatan kasih seperti yang tersirat dalam kata phileō, dan juga tidak mengandung intensitas cinta yang tersirat dalam kata erao , eros, erotos. Namun demikian, kata agapao/ agape dipungut oleh jemaat Kristen dan dipergunakan untuk menyatakan arti/makna “kasih/mengasihi” yang khas Kristiani; “phileō” mengandung arti/makna “kasih/mengasihi” yang bercorak “pertemanan, persaudaraan, kekeluargaan, perkawanan yang akrab”, dan “persaudaraan dalam arti luas/umum di dalam kehidupan bermasyarakat”; “eros, erōtos” mengandung arti “cinta/mencintai” yang bercorak “sexual-love”; sedangkan “storge” mengandung arti “kasih/mengasihi” atau “sayang/menyayangi” yang berkenaan dengan “pemeliharaan (asuhan) orang tua”. Dengan demikian, tidak benar apabila Esra menyamakan keempat kata Gerika yang masing-masing memiliki arti khas sebagaimana dijelaskan di atas dengan kata “mengasihi” dalam bahasa Indonesia, yang artinya bersifat umum. Begitu pula dengan kata “chronos”dan “kairos” yang secara umum arti kedua kata itu berhubungan dengan “waktu” juga memiliki arti/makna yang khas, yang saling ‘membedakan’. “chronos” adalah “a period of time” dalam pengertian: “suatu waktu, suatu masa, suatu zaman” secara umum/luas. Sedangkan “kairos” adalah “a time, an appointed time” dalam pengertian: “suatu waktu tertentu, suatu ketika, suatu saat, suatu kesempatan, suatu musim tertentu”.
Kata-kata yang tergolong homonimi (kata yang mempunyai bunyi yang sama [homofon], atau bentuk yang sama [homograf], tetapi memiliki arti yang berbeda) antara lain: “batos” (1) yang berarti: “a thorn-bush; the thorn-bush (semak duri); “batos” (2) yang berarti: “a liquid measure among the Jews, containing… between eight and nine gallons” (alat ukur benda cair di kalangan orang-orang Yahudi, … berisi antara 8 dan 9 galon). Kata “kardia” (1) yang berarti: “the heart’ (as an organ of the body); “kardia” (2) yang berarti: “mind”, covers the nonphysical sense best: (a) personality, character, inner life; (b) emotional state; (c) mind, intellect; (d) will, volition, intention”. Kata “theos” (1) yang berarti: “dewa, dewi, ilah”; “theos” (2) yang berarti “Allah; Tuhan”.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar