DALAM opini “Yohanes Pembaptis: Elia atau Bukan?” (Timex, Senin, 13-8-2007), Esra menguraikan tentang “nubuat kedatangan Elia” dan “penyangkalan Yohanes versus pernyataan Yesus” sebagai berikut: “…Mungkin hal pertama yang perlu kita pikirkan adalah mengapa orang Yahudi ketika mendatangi Yohanes Pembaptis langsung mengajukan pertanyaan ‘Elia?’ Jawabnya karena memang di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Elia akan datang kembali sebagaimana dikatakan Mal 4:5-6: ‘Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu…’ Perhatikan bahwa janji Allah itu disampaikan dalam kitab Maleakhi yang adalah kitab terakhir dari PL dan setelah Maleakhi, terjadi masa keheningan (tidak ada suara kenabian/wahyu Tuhan) selama 400 tahun sampai munculnya Yohanes Pembaptis. Itulah sebabnya wajar jika orang Yahudi menduga bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia yang dijanjikan dalam kitab Maleakhi itu.”
Halaman
Label
Deskripsi
Rabu, 19 Oktober 2011
YOHANES PEMBAPTIS (1)
INJIL Markus dan Matius menyaksikan secara langsung penampilan Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea untuk menyerukan pertobatan dan pembaptisan demi pengampunan dosa, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Selain itu, Yohanes Pembaptis mewartakan pula akan datangnya “seorang tokoh” yang lebih berkuasa dari padanya, yang akan melakukan pembaptisan dengan Roh Kudus dan dengan api (Markus 1:4-8; Matius 3:1-13). Injil Yohanes langsung mengisahkan tentang Yohanes (Pembaptis) memberi kesaksian kepada beberapa imam dan orang-orang Lewi yang menanyakan siapa dirinya, dan pekerjaan pembaptisan yang dilakukannya, serta menyaksikan pula tentang akan datangnya “seorang tokoh” yang lebih berwibawa dari padanya, yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Tokoh yang berwibawa itu disaksikan oleh Yohanes: “Ia inilah Anak Allah”(Yohanes 1:19-34).
Sabtu, 01 Oktober 2011
AKU DAN BAPA ADALAH SATU
JUDUL tulisan ini diambil dari Injil Yohanes 10:30 yang berbunyi: “Aku dan Bapa adalah satu”, yang dalam transkripsi teks Gerika berbunyi: egō kai ho patēr hen esmen. Gagasan apakah yang tersirat dalam ayat ini? Frans Donald—sebagaimana dikutip oleh Esra Alfred Soru—mengatakan : “Secara kurang tepat, ayat ini langsung diartikan oleh para teolog Trinitarian bahwa Yesus adalah Allah, pribadi yang sama dengan Bapa… Sesuai dengan konteksnya, kata ‘satu’ dalam Yohanes 10:30 maupun Yohanes 17 bukanlah satu pribadi, melainkan satu visi, satu misi, satu pekerjaan, satu spirit, satu hati, satu pikir, bukan satu sosok atau satu oknum. Seperti halnya sepasang suami-isteri adalah satu tapi tetap dua pribadi yang berbeda” ( dikutip dari: “Yesus Bukan Allah?” [2]; Opini Esra Alfred Soru yang dimuat di Timor Express edisi Selasa, 14 November 2006).
PENGAKUAN THOMAS
Berkenaan dengan opini/tanggapan balik atas jawaban Frans Donald, ”Yesus bukan Allah sejati? (2)” (Timex, 24 Januari 2007), saya merasa tertarik untuk meninjau ucapan atau jawaban Thomas kepada Yesus dalam Yohanes 20:28. Ucapan Thomas dalam Yohanes 20:28 itu pada hakikatnya merupakan sebuah ekspresi perasaan dengan penuh khidmat/takzim, lantaran Thomas mengalami suatu peristiwa yang sangat mencengangkan/menakjubkannya. Delapan hari sebelumnya, Thomas menyatakan keteguhan prinsipnya kepada murid-murid lain yang telah melihat Yesus: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 20:25). Pernyataan Thomas ini sangat tegas, mencerminkan ketidak-percayaannya terhadap kebangkitan Yesus yang disaksikan sesama murid yang lain. Tetapi apakah yang terjadi ketika Yesus kembali menampakkan diri kepada murid-murid-Nya ketika Thomas juga hadir? Pendirian Thomas yang keras luluh, ketika Yesus berbicara tatap muka dengannya (ayat 27).
Langganan:
Postingan (Atom)