DALAM opini “Yohanes Pembaptis: Elia atau Bukan?” (Timex, Senin, 13-8-2007), Esra menguraikan tentang “nubuat kedatangan Elia” dan “penyangkalan Yohanes versus pernyataan Yesus” sebagai berikut: “…Mungkin hal pertama yang perlu kita pikirkan adalah mengapa orang Yahudi ketika mendatangi Yohanes Pembaptis langsung mengajukan pertanyaan ‘Elia?’ Jawabnya karena memang di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Elia akan datang kembali sebagaimana dikatakan Mal 4:5-6: ‘Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu…’ Perhatikan bahwa janji Allah itu disampaikan dalam kitab Maleakhi yang adalah kitab terakhir dari PL dan setelah Maleakhi, terjadi masa keheningan (tidak ada suara kenabian/wahyu Tuhan) selama 400 tahun sampai munculnya Yohanes Pembaptis. Itulah sebabnya wajar jika orang Yahudi menduga bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia yang dijanjikan dalam kitab Maleakhi itu.”
Pernyataan Esra sebagaimana dikutip di atas ini perlu dikoreksi. Apabila Injil Yohanes 1:19-28 dibaca secara cermat, maka pernyataan Esra sebagaimana dikutip di atas ini patut dikatakan salah. Pertama, Beberapa imam dan orang-orang Lewi yang diutus untuk menanyakan Yohanes Pembaptis, tidak langsung mengajukan pertanyaan “Elia?” atau “Engkaukah Elia, yang dinubuatkan dalam Maleakhi 4:5-6?” melainkan, “Siapakah engkau?” (ayat 19). Atas pertanyaan ini Yohanes Pembaptis mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” (ayat 20). Setelah Yohanes Pembaptis menjawab demikian, barulah mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” (ayat 21). Perhatikan ayat-ayat selanjutnya. Kedua, Dalam Yohanes 1:19-28, tidak ada petunjuk bahwa orang Yahudi menduga Yohanes Pembaptis adalah Elia yang dijanjikan dalam kitab Maleakhi itu. Yang jelas, sesuai dengan pengharapan mesianik Yahudi, orang-orang Yahudi mengharapkan/menantikan kedatangan Mesias dalam arti kepemimpinan politis dan kemerdekaan/kedaulatan politik(Baca: Alan Richardson. Theological Word Book Of The Bible. London 1962:45; T. W. Manson. A Companion To The Bible. Edinburgh 1947:382, dyb). Memperhatikan latar belakang pengharapan mesianik orang-orang Yahudi seperti inilah, maka kita dapat memahami, mengapa Injil Yohanes 1:20 yang mencatat jawaban Yohanes Pembaptis dengan kalimat: “Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: ‘Aku bukan Mesias’.” Jawaban Yohanes Pembaptis ini memberi petunjuk bahwa ia memahami sebenar-benarnya maksud yang tersirat di dalam pertanyaan yang ditujukan kepadanya, yaitu orang-orang Yahudi menyangka ia adalah Mesias, karena itu ia menjawab (mengaku dan tidak berdusta): “Aku bukan Mesias.” Setelah itu barulah mereka bertanya: “Kalau begitu, siapakah Engkau? Elia?” Jadi, yang mengidentifikasi Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu, ialah Yesus (Matius 11:13-15; 17:11-13), bukan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi kebingungan dan tidak dapat mengidentifikasi Yohanes Pembaptis ialah Elia.
Selanjutnya, untuk menyelaraskan pernyataan Yohanes Pembaptis yang me-negasi-kan dirinya “bukan Elia” (Yohanes 1:21) dengan pernyataan Yesus yang mengidentifikasi Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu (Matius 11:13-14), Esra mengajak kita untuk memahami apa maksud dari Maleakhi 4:5 bahwa nabi Elia akan diutus lagi menjelang datangnya hari TUHAN. Untuk itu, Esra berkata sebagai berikut: “Apakah itu berarti bahwa diri Elia sendiri yang muncul kembali dan datang menjelang hari Tuhan? Jika ya maka dapat dikatakan bahwa Elia telah mengalami REINKARNASI atau ‘kelahiran kembali’ yang adalah konsep Hindu-Budha yang jelas bertentangan sendiri dengan Ibrani 9:27 yang mengatakan bahwa semua manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja dan setelah itu dihakimi. Jadi tidak ada reinkarnasi!”
Pendapat Esra tentang nabi Elia yang akan diutus menjelang datangnya hari TUHAN sebagaimana dikutip di atas ini pun mencerminkan kebuntuan Esra memahami Maleakhi 4:5. Esra tidak mengapresiasi Maleakhi 4:5 berdasarkan sudut pandang harapan dan keyakinan populer orang-orang Yahudi yang disebut Elijah Redivivus [= datang dan/atau hidup kembalinya Elia; Elia hidup lagi] (baca, Alan Richardson. do.ib. Hlm.72), melainkan Esra pahami berdasarkan konsep reinkarnasi. Esra mengartikan reinkarnasi dengan “kelahiran kembali” dalam pengertian “diri Elia sendiri yang muncul atau datang kembali”. Ini salah. Reinkarnasi bukan berarti “kelahiran kembali dalam arti diri sendiri yang muncul atau datang kembali”, melainkan “penjelmaan kembali atau penitisan kembali ke dalam tubuh lain setelah mati”; suatu kepercayaan bahwa “sesudah kematian, nyawa, jiwa, sukma, atau roh hidup kembali dalam suatu tubuh lain, atau dalam suatu bentuk kehidupan baru atau suatu penjelmaan baru” .
Apabila Esra teliti, maka di kalangan orang-orang zaman Perjanjian Baru, konsep reinkarnasi sebagaimana dijelaskan di atas ini pun diyakini orang. Coba Esra perhatikan Markus 6:14. Ketika raja Herodes mendengar tentang Yesus—setelah Yohanes Pembaptis mati dipancung kepalanya—sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang dimaksudkan dengan “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati” dalam ayat ini “bukan jasad” (tubuh, badan, fisik, raga) Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kubur, malainkan “nyawa, jiwa, sukma, atau roh” Yohanes Pembaptis yang diyakini sebagai telah bangkit dan menjelma di dalam Yesus, sehingga roh dan kuasa-kuasa Yohanes Pembaptis bekerja di dalam diri Yesus. Perhatikan lagi ayat (15a) yang berbunyi: “Yang lain mengatakan: ‘Dia itu Elia!’ Ayat ini mencerminkan keyakinan akan Elijah redivivus di kalangan orang-orang Yahudi sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dan ayat (15b) yang berbunyi: “Yang lain lagi mengatakan: ‘Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu”, mencerminkan pandangan atau keyakinan tampilnya nabi baru, sama seperti nabi-nabi yang terdahulu. Pandangan yang menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi, tidak salah. Karena “Nyanyian pujian Zakharia” mengatakan tentang Yohanes Pembaptis: “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi” band. Matius 11:9; Lukas 7:26). Sedangkan ayat (16), pernyataan Herodes yang berbunyi: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi”, mencerminkan kepercayaan reinkarnasi seperti yang dijelaskan untuk ayat 14 di atas. Perlu Esra ketahui bahwa periode kepercayaan inkarnasi dan reinkarnasi berkembang antara tahun 200 sebelum Masehi sampai tahun 500 Masehi (menurut A.C. Bouquet. Comparative Religion. New York 1945:95), dan menurut Robert Ernest Hume (The World’s Living Religions. New York 1933), periode kepercayaan inkarnasi dan reinkarnasi berkembang antara tahun 250 sebelum Masehi sampai tahun 600 Masehi. Dan kepercayaan ini tidak hanya ada dalam agama Hindu dan Buddha, melainkan juga ada dalam Taoisme, Shinto, Zoroastrianisme, sekte Islam tertentu, termasuk orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi zaman Perjanjian Baru dan Kristen ortodoks. Contoh lain dapat kita lihat dalam berbagai anggapan orang tentang Yesus, ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” (Lukas 9:18). Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis”. Ada juga yang mengatakan: “Elia”. Dan ada pula yang mengatakan: “Seorang dari nabi-nabi terdahulu telah bangkit” (ayat 19). Bahkan dalam Injil Matius 16:14, ada juga yang mengatakan: “Yeremia”. Dan dalam Injil Yohanes 6:14 orang-orang mengatakan: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Teks-teks ini memberi petunjuk bahwa orang banyak tidak dapat mengidentifikasi Yesus secara benar, sama halnya dengan mereka pun tidak dapat mengidentifikasi Yohanes Pembaptis. Dan ini sekaligus menafikan kesimpulan Esra yang berbunyi: “Itulah sebabnya wajar jika orang Yahudi menduga bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia yang dijanjikan dalam kitab Maleakhi itu.”
Lalu, benarkah pendapat Esra yang mengatakan apabila Elia telah mengalami reinkarnasi yang adalah konsep Hindu-Budha jelas bertentangan dengan Ibrani 9:27 yang mengatakan bahwa semua manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja dan setelah itu dihakimi? Ternyata Esra memiliki apresiasi yang salah tentang Elia, karena mengalami kebuntuan dalam konsep reinkarnasi yang salah diartikan pula. Apakah Esra lupa 2 Raja-Raja 2:1-18? “Elia tidak mati tetapi naik ke sorga dalam angin badai” (baca ayat 11). Berdasarkan latar belakang kisah tentang Elia inilah maka muncul pengharapan dan keyakinan Elijah Redivivus di kalangan orang-orang Yahudi, yaitu akan “datang dan/atau hidup kembalinya Elia”; “Elia akan hidup lagi”, atau “Elia akan kembali hidup”. Pengharapan/keyakinan Elijah Redivivus—tidak sama dengan reinkarnasi (baca kembali perjelasan mengenai kedua istilah ini di atas), melainkan sama dengan inkarnasi yang dalam kepercayaan Hindu disebut avatar, yang berarti “turun”, “turunnya”, “keturunan” (bahasa Inggris: “descent”) untuk menyatakan sesuatu yang turun dari atas (nirvana, surga) ke bawah (dunia)—termasuk ke dalam pengharapan mesianik orang-orang Yahudi, bahwa “Elia akan datang lebih dahulu (dari sorga ke dunia, sebab 2 Raja-Raja 2:11 mengatakan “Elia naik ke sorga dalam angin badai), sebelum kedatangan Mesias” sebagaimana dikatakan oleh ahli-ahli Taurat (Matius 17:10); yang disaksikan pula oleh Yohanes Pembaptis sendiri bahwa “ia bukan Mesias, tetapi ia diutus untuk mendahului Mesias” (baca, Yohanes 3:20), dan dibenarkan pula oleh Yesus yang mengidentifikasi Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu, bahkan sudah datang (Matius 17:11-12); sehingga pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis (ayat 13). Dengan demikian, Elia tidak mengalami reinkarnasi karena Elia tidak mati, melainkan Elia naik ke sorga dalam angin badai. Jadi, Esra tidak perlu berkutat tentang Elia mengalami reinkarnasi dalam diri Yohanes Pembaptis atau tidak, apalagi reinkarnasi yang diartikan secara keliru.
“Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan Ia menjawab: “Bukan!” Begitulah bunyi Injil Yohanes pasal 1 ayat 21. Berkenaan dengan ayat ini Esra membangun argumentasi sebagai berikut: “Mengapa Yohanes menyangkali bahwa dirinya adalah Elia? Jelas karena Yohanes Pembaptis dapat menangkap pikiran orang-orang yang bertanya. Mereka berpikir bahwa Yohanes Pembaptis adalah diri/pribadi Elia sendiri (hasil reinkarnasi Elia). Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis menjawab ‘Bukan!’ Jadi jawaban ini bukannya menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis tidak tahu siapa dirinya? Justru karena dia tahu siapa dirinya yakni bahwa dia BUKAN PRIBADI ELIA YANG BEREINKARNASI maka dengan pasti dia menjawab ‘Bukan!’.”
Argumentasi Esra ini bertentangan dengan kerugma Injil Yohanes 1:19-28. Mengapa? Karena, pertama, tidak ada satu ayat pun yang memberi petunjuk secara eksplisit maupun implisit bahwa para imam dan orang-orang Lewi yang menemui Yohanes Pembaptis itu berpikir bahwa Yohanes Pembaptis adalah diri/pribadi Elia sendiri (hasil reinkarnasi Elia), itulah sebabnya Yohanes Pembaptis menjawab “bukan”. Jadi, ini adalah kesesatan berpikir Esra sendiri. Kedua, tidak ada satu ayat pun dalam Injil Yohanes 1:19-28 yang memberi petunjuk secara eksplisit maupun implisit tentang reinkarnasi, termasuk reinkarnasi Elia. Jadi, ini pun memberi petunjuk yang jelas tentang kesesatan berpikir Esra yang tidak memahami harapan dan keyakinan orang-orang Yahudi tentang Elijah Redivivus. Berkenaan dengan apa yang dibahas di atas ini, perhatikan kembali uraian yang telah dikemukakan dalam tulisan bagian pertama.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar