TANGGAPAN ATAS
PA GKRI EXODUS
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti
Dalam tulisan
bagian kedua ini saya akan menguji bukti-bukti yang dikemukakan oleh Pdt. Yakub
Tri Handoko, Th.M., (selanjutnya saya singkatkan, YTH) dalam tulisannya
berjudul “Doktrin Tritunggal: Penjelasan dan Pembelaan (1) Keilahian Yesus:
Gelar ‘Tuhan’”, khususnya pada halaman 5 dan 6 yang menyatakan bahwa Yesus adalah YHWH.
(1)
Yesus
disebut sebagai :TUHAN kebenaran kita” (Yeremia
23:5-6). Benarkah Yesus disebut sebagai TUHAN kebenaran (keadilan)
dalam Yeremia 23:5-6? Jawab saya, tegas,
Tidak.
Ketika Yesus lahir dan mengemban misi mesianik-Nya di Palestina, Dia
tidak pernah memerintah sebagai Raja sebagaimana disebutkan dalam ayat 5. Yesus
juga tidak membebaskan Yehuda, dan Israel juga tidak hidup dalam ketenteraman.
Sebaliknya, Yesus ditolak oleh bangsanya sendiri dan disalibkan. Yesus tidak
datang ke dunia, pada waktu itu, untuk menggenapi nubuat mesianik politis
Yeremia 23:5-6. Ini penting ditegaskan, agar kita tidak mengada-ada di dalam
menafsirkan ayat-ayat Alkitab [Perjanjian Lama].
Dalam terang
kesaksian Perjanjian Baru, kita dapat menyebut Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Yesus adalah
Tuhan kebenaran kita, karena Yesus adalah benar (1 Yohanes 2:29; 3:7). Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena hanya
dari Yesus sajalah kita dapat belajar dan menerima pengajaran menurut kebenaran
yang nyata dalam Dia (Efesus 4:21). Ya, Yesus adalah Tuhan kebenaran kita,
karena Ia sebagai Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian
kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar,
di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang
kekal (1 Yohanes 5:20). Kata ganti persona ketiga “Dia” yang disebutkan
pada awal kalimat terakhir dalam 1
Yohanes 5:20 itu bukan menunjuk kepada Yesus, melainkan menunjuk kepada Dia, yaitu “Allah Yang Benar”.
(2)
Yesus
adalah YHWH yang akan datang setelah Yohanes Pembaptis (Maleakhi 3:1; 4:5-6; Lukas
1:17,76). Benarkah Maleakhi 3:1 menyaksikan bahwa Yesus adalah YHWH
yang akan datang setelah Yohanes Pembaptis? Jawab saya, tegas, Tidak.
Maleakhi 3:1 sama sekali tidak menyebut Yesus adalah YHWH.
Untuk memahami Maleakhi 3:1, saya akan merekonstruksi ayat tersebut sebagai berikut: (a) Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku,
supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! (b) Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke
bait-Nya! (c) Malaikat Perjanjian
yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang. (d) firman TUHAN semesta alam.
Berdasarkan
rekonstruksi ayat di atas ini, maka Maleakhi 3:1a dapat dihubungkan dengan
Maleakhi 4:5. Utusan dalam ayat ini (Ibrani: mal’ak) dapat ditafsirkan dan dikenakan terhadap
Yohanes Pembaptis sebagai utusan Tuhan yang mempersiapkan jalan bagi kehadiran
Yesus (Lukas 1:17; Matius 3:1-3, par.). Peranan utusan ini begitu penting sehingga pada Maleakhi
3:1c ia disebut kembali sebagai suatu
penegasan dengan sebutan Malaikat Perjanjian (Ibrani: mal’ak
habberit). Kata Ibrani mal’ak yang diindonesiakan dengan
kata malaikat
sebenarnya berarti utusan.
Jadi, yang disebut Malaikat Perjanjian dalam Maleakhi
3:1c itu sebenarnya adalah utusan perjanjian yang dinubuatkan
akan datang menjelang datangnya hari
TUHAN. Dan utusan perjanjian itu ialah Elia yang dinubuatkan
dalam Maleakhi 4:5-6. Dengan demikian, Tuhan yang disebutkan dalam Maleakhi 3:1b relevan
ditafsirkan dan dikenakan kepada Yesus. Sedangkan TUHAN semesta alam yang
disebut dalam Maleakhi 3:1d itu adalah YHWH, yang berfirman dengan
perantaraan Maleakhi. Berdasarkan tinjauan ini tafsiran yang menyatakan Yesus
adalah YHWH merupakan salah kaprah.
YTH
mencatat pula bahwa dalam Matius 3:3 Yesus disamakan dengan YHWH
di Yesaya 40:3. Mari kita perhatikan bunyi Matius 3:3: “Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata:
‘Ada suara orang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
Luruskanlah jalan bagi-Nya’”. Ayat ini dikutip dari Yesaya 40:3 dengan
sedikit perubahan. “Ada suara yang berseru-seru:”(Yesaya
40:3), menjadi “Ada suara orang yang
berseru-seru di padang gurun:” (Matius 3:3); “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN,” (Yesaya 40:3),
menjadi “Persiapkanlah jalan untuk
Tuhan,” (Matius 3:3); dan “Luruskanlah
di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yesaya 40:3), menjadi “Luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Matius 3:3). “Jalan untuk TUHAN (YHWH)” dalam Yesaya 40:3) diubah oleh penulis
Injil Matius menjadi “jalan untuk Tuhan”.
Dalam teks bahasa Gerika, transkripsinya berbunyi tēn hodon kuriou, terjemahan
harafiahnya: jalan Tuhan.
Yesaya
40:3-5 adalah seruan pertobatan sebagai prasyarat untuk dapat menerima penyataan kemuliaan YHWH. Nada seruan
pertobatan ini diadopsi oleh penulis Injil Matius untuk dikenakan kepada Yohanes Pembaptis yang tampil di padang gurun Yudea
untuk memberitakan: “Bertobatlah, sebab
Kerajaan Surga sudah dekat!” (perhatikan Matius 3:1-3). Frasa “Persiapkanlah jalan Tuhan, luruskanlah
jalan bagi-Nya” adalah seruan atau imbauan pertobatan untuk berbenah diri. Jalan
Tuhan adalah sebuah ungkapan metafora yang artinya: “pandangan
hidup dan cara hidup menurut kehendak Tuhan”. Sebab menurut Alexander
Souter, metafora dari kata Gerika tēn
hodos berarti the way of life (A. Pocket Lexicon
To The Greek New Testamen, 1943:171). Dengan demikian, tidaklah benar apabila kata
atau sebutan Tuhan dalam Matius 3:3
ditafsirkan seolah-olah menunjuk kepada Yesus yang disamakan dengan YHWH.
(3) Dalam
Matius 21:16 Yesus mengutip Mazmur 8:3 untuk membenarkan tindakan anak-anak
kecil yang memuji Dia, padahal Mazmur tersebut ditujukan kepada Yahweh (band.
Mazm 8:2). Di dalam menanggapi imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
yang jengkel mendengar anak-anak berseru
mengagung-agungkan Yesus di dalam Bait Allah, Yesus mengutip secara
bebas Mazmur 8:3 dengan membuat variasi
terhadap ayat tersebut. Perhatikan Mazmur 8:3 dan variasi yang Yesus buat
terhadap ayat yang dikutip-Nya itu. “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang
menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan
musuh dan pendendam” (Mazmur 8:3). Yesus mengutip ayat ini secara bebas
dan membuat variasi sebagai berikut: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang
menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian”.
Apakah dengan ayat ini Yesus menyatakan diri-Nya adalah
YHWH? Jawab saya, Tidak. Dengan ayat ini
Yesus membenarkan puji-pujian yang diserukan oleh anak-anak kepada-Nya: “Hosana
bagi Anak Daud!” Puji-pujian ini
sama sekali tidak menunjukkan bahwa Yesus adalah YHWH, melainkan Yesus
adalah Anak Daud yang bersinonim dengan Mesias. Dengan demikian,
tafsiran yang menyatakan bahwa Matius 21:16 menunjukkan bahwa Yesus
adalah YHWH sesungguhnya tafsiran yang sangat salah.
(4)
Dalam Yohanes 1:14 disebutkan bahwa Yesus (Firman) diam di antara kita. Kata Yunani di balik kata
“diam” adalah skhnow [sic!],
yang seharusnya diterjemahkan “tabernakel”. Kata ini mengingatkan kita pada
YHWH yang membuat kediaman-Nya di antara umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru kata skhnow
[sic!] hanya dipakai untuk Allah yang
berdiam di antara umat-Nya (Why 7:15; 12:12; 13:6; 21:3). Pendapat ini sangat
salah. Saya akan kutip transkripsi teks Gerika dari Yohanes 1:14, khususnya
frasa yang dibahas di sini. Kai ho logos sarx egeneto kai eskēnōsen en
hēmin,” (= Dan Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita).
Sebelum
meninjau lebih jauh teks Yohanes 1:14, saya harus mengoreksi kesalahan trakskripsi kata Gerika yang dilakukan oleh
YTH. Transkripsi kata Gerika skhnow itu sangat salah. Yang benar ialah, skēnoō,
artinya tinggal, menetap, diam (di) seperti di sebuah tenda atau perkemahan. Kata
Gerika yang dipakai dalam frasa Injil Yohanes 1:14 itu adalah eskēnōsen,
dari kata skēnōma, yang berarti (a) rumah, tempat kediaman (Kisah
7:46); (b) badan, tubuh sebagai tempat tinggal sementara dari jiwa. Arti skēnōma
sebagaimana disebutkan pada butir (b) inilah yang dimaksudkan dalam
frasa Yohanes 1:14 itu. Jadi, bukan berarti bertabernakel sebagaimana
dikatakan oleh YTH. Kata Gerika skēnōma yang memiliki arti
sebagaimana disebut pada butir (b) di atas ini, dipergunakan oleh Petrus dalam
2 Petrus 1:14, yang diterjemahkan oleh LAI-TB dengan kemah tubuh, sebagai
ganti badan, atau tubuh sebagai tempat tinggal sementara dari
jiwa. Dengan demikian, tidak benar apabila YTH mengatakan bahwa kata
Gerika skēnoō hanya dipakai untuk Allah yang berdiam di antara umatnya.
(5)
Yohanes 12:41 menyatakan bahwa Yesaya telah melihat kemuliaan Yesus.
Berdasarkan konteks yang ada, ayat ini pasti merujuk balik pada kemuliaan Allah
yang dilihat Yesaya di Yesaya 6:1-10 (band. Yoh 12:40). Pada catatan kaki, YTH mengatakan: Walaupun dalam
konteks ini Yohanes mengutip Yesaya 53 (Yoh 12:38) dan Yesaya 6 (Yoh 12:40),
namun yang dimaksud dalam Yohanes 12:41 pasti adalah Yesaya 6, karena di Yesaya
53 tidak ada pembahasan tentang kemuliaan. Di samping itu, frasa “ia [Yesaya]
telah melihat kemuliaan-Nya” (Yoh 12:41) sesuai dengan Yesaya 6:1 “aku
melihat”. Jikalau ini benar, maka Yesus adalah Tuhan semesta alam di Yesaya
6:1,3,5.
Saya
sungguh heran atas pemahaman YTH yang begitu aneh berkenaan dengan Yohanes
12:41 sebagaimana dikutip di atas ini. YTH sama sekali tidak mempertimbangkan
latar belakang mengapa penulis Injil Yohanes mengutip Yesaya 6:10 secara bebas dalam Injil Yohanes 12:40. Secara
sederhana, cobalah YTH perhatikan ayat 31 sampai 36. Di dalam ayat-ayat itu
penulis Injil Yohanes menyiratkan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi
kepadaYesus. Dan itu ditekankan secara tegas dalam ayat 37. Berdasarkan
ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepadaYesus pada masa Yesus mengemban misi
mesianik-Nya itulah, penulis Injil Yohanes menghubungkannya dengan kesaksian
Yesaya yang dipanggil dan diutus oleh Allah untuk mengemban misi kenabian di
tengah-tengah umat Yahudi, ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus. Dengan
perantaraan Yesaya, Allah berfirman kepada Yesaya untuk berkata kepada umat Yahudi (baca, ayat 9-10). Ayat 9-10 itu adalah nubuat yang diucapkan
Yesaya atas perintah Allah. Nubuat itulah yang dilihat oleh penulis Injil
Yohanes sebagai digenapi oleh orang-orang
Yahudi pada masa Yesus menjalankan misi mesianik-Nya.
Itulah
sebabnya penulis Injil Yohanes berkata pada ayat 37-38: “Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata
mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya…” Selanjutnya penulis Injil Yohanes berkata
lagi sebagai suatu aksentuasi pada ayat 39, seraya mengutip secara bebas Yesaya
6:10 dalam Yohanes 12:40: “Karena itu
mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: ‘Ia telah
membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat
dengan mata, dan menangkap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku
menyembuhkan mereka. Kemudian, dalam ayat 41 penulis Injil Yohanes berkata:
“Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena
ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia.” Apakah
frasa yang digarisbawahi ini memberi petunjuk bahwa Yesaya telah melihat
kemuliaan Yesus, karena itu Yesus adalah Tuhan semesta alam (Yesaya 6:1,3,5)
sebagaimana pemahaman dan tafsiran YTH? Di sini saya menyatakan dengan tegas, Tidak.
Berdasarkan kerugma Yesaya 6:1-13, yang dilihat oleh Yesaya adalah
kemuliaan Tuhan (ayat 1), dan yang dimaksudkan dengan Tuhan pada ayat itu
adalah YHWH (ayat 3,5). Bukan
kemuliaan Yesus sebagaimana pemahaman dan tafsiran YTH.
(6)
Yesus disebut sebagai gembala yang baik bagi umat-Nya (Yoh 10:11), padahal
dalam Perjanjian Lama YHWH disebut sebagai gembala (Mzm 23:1). Bukan hanya itu,
pernyataan Yesus tersebut merupakan penggenapan dari nubuat YHWH bahwa Dia
sendiri akan menggembalakan umat-Nya yang tidak terpelihara oleh para pemimpin
agama mereka (Yeh 34:11-16). Saya benar-benar heran apabila pelukisan
perumpamaan Yesus gembala yang baik (Yohanes
10:11) dan TUHAN ( YHWH)
adalah gembala… (Mazmur 23:1),
dan TUHAN
(YHWH) Gembala Israel yang baik, melawan gembala-gembala yang jahat (Yehezkiel
34:1-31) begitu mudah
disimpulkan oleh YTH bahwa Yesus adalah YHWH dan/atau YHWH adalah
Yesus. Saya ingin menyiasati asumsi
YTH di bawah ini.
Dalam
Yohanes 10:11 Yesus berkata begini: “Akulah gembala yang baik…” Dan pada ayat 14-15 Yesus tegaskan lagi: “Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal
Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa…” Dalam ayat 15 Yesus mengatakan bahwa Bapa
mengenal Yesus dan Yesus mengenal Bapa. Siapakah Bapa yang Yesus maksudkan
itu? Jawabnya, yang Yesus maksudkan dengan Bapa ialah satu-satunya Allah yang benar (Yohanes
17:3), yakni YHWH itu sendiri yang mengutus Yesus.
Jikalau Yesus juga adalah YHWH itu sendiri, maka bagaimana mungkin YHWH yang
adalah satu-satunya Allah itu mengutus YHWH
yang lainnya, yaitu Yesus?
Selanjutnya,
dalam ayat 17 Yesus mengatakan: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku
memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.” Apabila ayat ini kita
pahami menurut asumsi YTH, niscaya kita
harus berkata begini: YHWH mengasihi YHWH, oleh karena YHWH memberikan
nyawa-Nya untuk menerimanya kembali.” Ini
berarti, YHWH yang digantung dan mati di
atas kayu salib di Golgota, kemudian YHWH dikuburkan.
(7)
Yesus ditampilkan sebagai objek seruan yang oleh-Nya orang diselamatkan (Roma
10:13). Hal ini merupakan pengutipan dari Yoel 2:32 yang merujuk pada YHWH. Asumsi teologis YTH kelihatannya
sangat kabur. Umat Perjanjian Lama
berseru meminta pertolongan, perlindungan dan penyelamatan kepada YHWH.
“Luputkanlah aku, ya TUHAN
(YHWH), dari pada manusia jahat” (Mazmur 140:2); “Aku berseru-seru kepada-Mu, ya TUHAN (YHWH), kataku: ‘Engkaulah
tempat perlindunganku,’..”; (Mazmur
142:6, par); Lepaskanlah aku dari pada musuh-musuhku, ya TUHAN (YHWH), Pada-Mulah
aku berteduh” (Mazmur 143:9), dan amat banyak contoh yang dapat disebutkan,
namun saya persilakan YTH baca sendiri dalam Perjanjian Lama. Dan Yoel 2:32
yang YTH rujuk itu meneguhkan apa yang saya kemukakan di atas. Namun sangat disayangkan apabila YTH lupa
bahwa kitab Perjanjian Baru menyaksikan bahwa Yesus telah diutus oleh YHWH ke
dalam dunia untuk menyelamatkan manusia (barangsiapa yang percaya kepada-Nya). Sehingga
dengan demikian Yesus telah ditetapkan oleh YHWH untuk menjadi Tuhan dan
Juruselamat. Inilah yang
disaksikan oleh Paulus dalam Roma 10:1-15. Dan ayat 13 yang YTH rujuk itu menunjuk
kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat itu, dan bukannya menunjuk
kepada YHWH, sebagaimana asumsi YTH yang sangat salah.
(8)
Dalam 1 Korintus 2:16 Paulus sedang membicarakan tentang hikmat Allah yang
tidak terselami oleh pikiran manusia (1 Kor 2:7,10). Untuk menunjukkan hal ini
dia mengutip Yesaya 40:13 yang membicarakan tentang Roh TUHAN. Menariknya, di 1
Korintus 2:16b dia malah menghubungkan hal ini dengan “pikiran Kristus”. Semua
ini menyiratkan bahwa ada kesatuan dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan
Kristus.
Ketika membaca
asumsi teologis YTH sebagaimana dikutip di atas ini, saya langsung teringat akan
pernyataan Eka Darmaputra yang berbunyi sebagai berikut: “Bagi fundamentalis Kristen,
Alkitab adalah potongan-potongan ayat tertentu yang dipakai secara selektif
untuk mendukung ‘ideologi’ mereka.” (Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. BPK GM 2003:64).
Apa yang dikatakan oleh Eka Darmaputra ini benar, dan jelas terlihat dalam
Penyelidikan Alkitab maupun metode berteologi yang dilakukan oleh YTH. Ayat-ayat
Alkitab dicopot satu persatu dari konteksnya, kemudian ayat-ayat itu
ditafsirkan menurut asumsi dan ‘ideologi’ tertentu yang dianutnya, yaitu
tentang Tritunggal, sehingga YTH menarik kesimpulan bahwa 1 Korintus
2:7,10,16, dalam kaitannya dengan Yesaya 40:13 menyiratkan bahwa ada kesatuan
dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan Kristus.
Yesaya 40:13: “Siapa
yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai
penasihat?” Ayat ini memberi petunjuk tentang
kemahakuasaan YHWH, di atas segala-galanya, di mana Kuasa Ilahi-Nya dan
kemahakuasaan-Nya tidak membutuhkan intervensi, petunjuk maupun nasihat
dari ilah
mana pun. Sama seperti pengakuan Ayub: “Dapatkah engkau memahami
hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” (Ayub
11:7). Yesaya 40:13 itu dikutip secara bebas dan diringkaskan oleh Paulus dalam
1 Korintus 2:16a yang berbunyi: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan,
sehingga ia dapat menasihati Dia?” Ayat ini pun telah ditekankan oleh
Paulus dalam Roma 11:34: “…siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?
Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” Dengan ayat ini Paulus juga mau
mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang mengetahui pikiran
Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang dapat menasihati Tuhan. Paulus sudah
tentu menginsafi kesaksian Yesaya: “Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalan-Mu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”
(Yesaya 55:9). Meskipun demikian, Paulus berkata: “Tetapi kami memiliki pikiran
Kristus” (1 Korintus 2:16b).
Apakah
gerangan maksud Paulus dengan pernyataan: “Tapi kami memiliki pikiran Kristus?” trasnskripsi teks Gerika: hēmeis de noun Christou echomen. Noun Christou yang diterjemahkan pikiran
Kristus bukan saja berarti pengertian
atau pemahaman yang dipunyai oleh
Kristus, melainkan juga kesanggupan
memahami perasaan dan pendapat orang lain dan sebagainya yang dimiliki oleh
Kristus. Pikiran Kristus seperti yang diuraikan inilah yang dimiliki oleh
Paulus. Dan dengan pikiran Kristus inilah , Paulus
menyaksikan tentang hikmat yang
benar kepada jemaat di Korintus, sebagaimana tersurat dalam 1 Korintus
1:18-31 dan 2:1-16. Dengan demikian, terlalu mengada-ada apabila YTH
menyimpulkan bahwa 1 Korintus 2:7,10,16 dalam kaitannya dengan Yesaya 40:13 itu
menyiratkan bahwa ada kesatuan dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan
Kristus.
(9)
Dalam Efesus 4:8-10 Yesus ditampilkan sebagai YHWH yang telah naik ke tempat
tinggi untuk membawa tawanan-tawanan (Mzm 68:19). Benarkah asumsi
teologis ini? Mazmur 68:1-36 merupakan Mazmur perarakan kemenangan Allah, atau
Mazmur pawai kemenangan Allah. Mazmur ini mengungkapkan puji-pujian bangsa Israel
kepada Allah, lantaran merasakan pertolongan dan keberpihakan Allah yang
meluputkan, membebaskan, dan menyelamatkan bangsa Israel dari berbagai
tantangan hidup, teristimewa ketika dalam berperang melawan musuh. Bagi bangsa
Israel, kemenangan yang mereka alami dalam peperangan melawan musuh adalah
kemenangan Allah yang berpihak kepada mereka, sehingga segala hormat dan
puji-pujian patut diberikan kepada Allah. Mazmur 68 mengingatkan kita kepada
pengalaman Daud berperang melawan bani Amon dan orang Aram (2 Samuel 10:1-19);
dan puji-pujian yang dimadahkan kepada Allah mengingatkan kita kepada nyanyian
Debora (Hakim-Hakim 5; Mazmur 24, dan Mazmur 47).
Mazmur 68:19 merupakan pemuliaan kepada Allah yang telah memenangkan peperangan. Allah
dinyatakan telah naik ke tempat yang tinggi dengan membawa tawanan-tawanan.
Karena Allah memenangkan peperangan, maka Ia menerima persembahan-persembahan
di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak. Dan “tempat tinggi”
yang dikatakan dalam ayat 19 itu dilukiskan secara simbolis dengan ungkapan
“Gunung Allah gunung Basan” (ayat 16), yang dikehendaki Allah menjadi tempat
kedudukan-Nya (ayat 17). Dengan demikian, “tempat tinggi” yang dimaksudkan
dalam ayat 19 itu bukan “Surga”.
Dalam Efesus
4:19 Paulus mengutip Mazmur 68:19 secara bebas dan membuat suatu variasi
terhadap ayat tersebut untuk menyaksikan tentang “kenaikan Yesus ke surga”.
Perhatikan bunyi Mazmur 68:19 dan variasi yang Paulus buat dalam Efesus 4:8. “Engkau telah naik ke tempat yang tinggi,
telah membawa tawanan-tawanan;” (Mazmur 68:19); diubah oleh Paulus menjadi “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia
membawa tawanan-tawanan;” (Efesus 4:8). ”Engkau
telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari
pemberontak-pemberontak…” (Mazmur 68:19); “ diubah oleh Paulus menjadi “Ia
memberikan pemberian-pemberian kepada manusia” (Efesus 4:8). Apakah dengan
ayat ini “Yesus ditampilkan sebagai YHWH
yang telah naik ke tempat tinggi untuk membawa tawanan-tawanan (Mazmur 68:19)
sebagaimana tafsiran dan/atau asumsi teologis YTH? Jawab saya, tegas, Tidak.
Dengan ayat
tersebut Paulus bermaksud menyaksikan tentang kenaikan Yesus ke surga, setelah
sebelumnya Yesus disalibkan, mati, dan dikuburkan, tetapi pada hari yang ketiga
dibangkitkan oleh Allah. Kesaksian ini dikatakan secara padat oleh Paulus dalam
Efesus 4:9,10 yang berbunyi: “Bukankah
‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling
bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada
semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” Ayat 9 ibarat jari yang menunjuk kepada
Yohanes 3:13: “Tidak ada seorang pun yang
telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu
Anak Manusia”. Dan ayat 10 yang berbunyi: “…Ia juga telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk
memenuhkan segala sesuatu” juga ibarat jari yang menunjuk kepada kesaksian
penulis surat Ibrani 1:3b-4: “Dan setelah
Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar,
di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama
seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama
mereka”; dan juga Ibrani 4:14: “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar
Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita
teguh berpegang pada pengakuan iman kita”.
Dan
selanjutnya, perhatikanlah frasa-frasa Mazmur 68:19: “…Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia…,”
yang Paulus ubah dalam Efesus 4:8 menjadi: “Ia
memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Bukankah frasa ayat-ayat
ini berbeda, sekaligus gagasan yang tersirat di dalamnya pun tidak sama?
Hendaknya YTH camkan bahwa farasa
(kalimat) “Ia memberikan
pemberian-pemberian kepada manusia” itu telah dijelaskan oleh Paulus dalam
ayat 11 sampai ayat 16, yang diawali dengan kalimat yang berbunyi: “Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,…” (baca
seterusnya sampai ayat 16).
(10)
Dalam Ibrani 1:10 Yesus ditampilkan sebagai YHWH yang telah meletakkan dasar
bumi (Mzm 102:26-27, band. ayat 13). Benarkah Yesus ditampilkan sebagai
YHWH dalam Ibrani 1:10?
Ibrani 1:10
tidak berdiri sendiri, tetapi berada dalam rangkaian berita dan kesaksian
Ibrani 1:5 sampai ayat 14 yang merupakan suatu kesaksian pemuliaan terhadap
Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan, setelah selesai melaksanakan misi
mesianik-Nya. Perhatikan Ibrani 1:3b-4: “Dan
setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang
Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada
malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih
indah dari pada nama mereka.” Perhatikan frasa ayat ini: “Ia
(Yesus [Anak Allah]) duduk di sebelah
kanan Yang Mahabesar…” Siapakah
yang dimaksudkan dengan ungkapan Yang Mahabesar dalam frasa ayat ini?
Jawabnya, pasti, ALLAH, atau TUHAN, yaitu: YHWH. Jadi, Yesus
(Anak Allah) duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, yaitu ALLAH (TUHAN = YHWH).
Berdasarkan ayat ini saja kita telah memperoleh pemahaman yang jelas dan benar,
bahwa Yesus bukan YHWH.
Sekarang kita
beralih kepada kesaksian yang tersurat dan tersirat dalam Ibrani 1:5-14. Di
atas telah dikemukakan bahwa kesatuan ayat-ayat ini merupakan suatu kesaksian
pemuliaan terhadap Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan setelah selesai
melaksanakan misi mesianik-Nya. Berkenaan dengan Ibrani 1:5, saya persilakan
YTH baca Tanggapan Bagian Pertama,
halaman 7 tentang Anak. Ibrani
1:6 adalah pemuliaan terhadap Yesus sebagai Anak Allah ketika ‘turun’ ke dunia.
Pada catatan kaki, LAI-TB hanya merujuk Mazmur 97:6. Namun dapat ditambahkan
pula Lukas 2:13-14. Terhadap Yesus (Anak Allah) yang duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi itu,
penulis surat Ibrani melukiskan pemuliaan dalam Ibrani 1:8-9: “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu,
ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah
tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman Sekutu-Mu’” Penulis surat Ibrani mengutip ayat ini dari
kitab Mazmur 45:7-8 untuk dikenakan kepadaYesus
(Anak Allah) yang “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar”.
Ungkapan “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar” artinya
“berada di tempat kehormatan, atau
berkedudukan di tempat kehormatan di sisi Yang Mahabesar”. Apakah ayat ini
menyaksikan bahwa Yesus (Anak Allah) adalah YHWH?
Jawabnya, Tidak. Yesus (Anak
Allah), tetap sebagai Anak Allah yang berkedudukan di tempat kehormatan di sisi
Yang Mahabesar, yaitu YHWH. Kalau dalam Alkitab The Word of Yahweh sebutan Elohim dipergunakan dalam Ibrani 1:8-9 dan ada yang berpendapat
bahwa sebutan Elohim itu ditujukan
kepada Yesus (Anak Allah), maka sebutan itu hanya merupakan sebutan pemuliaan saja, dan sama sekali tidak
dimaksudkan untuk mendudukkan Yesus (Anak Allah) menjadi YHWH.
Lalu,
bagaimanakah dengan Ibrani 1:10 yang berbunyi: “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan
langit adalah buatan tangan-Mu.’”? Apakah ayat ini menampilkan Yesus
sebagai YHWH yang telah meletakkan
dasar bumi (Mazmur 102:26-27, band. Ayat 13) seperti kata YTH? Menurut
pertimbangan saya, YTH terlalu cepat ‘melompat’ di dalam menyimpulkan ayat ini.
Saya ajak YTH untuk membaca Ibrani 1:2b yang berbunyi: “Oleh Dia Allah telah menjadikan
alam semesta.” Dalam Kolose 1:16 dikatakan: “karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun penguasa; segala
sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Ayat-ayat ini menunjuk kepada peran Yesus
sebelum inkarnasi, yaitu ketika Yesus dalam eksistensi-Nya sebagai “Logos”
sebagaimana disaksikan dalam Yohanes 1:3 yang berbunyi: “Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan.” Dengan demikian, apabila YTH dan
semua teolog yang sepandangan dengan YTH memahami eksistensi dan peranan “Logos”
sebelum berinkarnasi menjadi
manusia sebagaimana dijelaskan secara singkat di atas ini, maka Ibrani 1:10 tidak
dapat ditafsirkan seolah-olah ayat itu menampilkan Yesus sebagai YHWH, sebab
YHWH hanya satu, yaitu yang disebut Bapa oleh
Yesus sebagai Anak.
(11)
Kita harus menguduskan Yesus sebagai Tuhan dan kepada-Nyalah saja kita harus
takut dan gentar (1 Pet 3:14-15). Hal ini sesuai dengan Yesaya 8:13. Demikianlah
kata YTH. Apakah ayat ini juga memberi petunjuk bahwa Yesus adalah YHWH? Saya
sungguh heran atas ketidaktelitian YTH. Dalam 1 Petrus 3:15, rasul Petrus
menganjurkan agar kita menguduskan Kristus Yesus sebagai Tuhan di dalam hati kita.
Tuhan
dalam ayat ini bukan
TUHAN, yaitu YHWH
melainkan Kurios. Sedangkan TUHAN
yang dimaksudkan dalam Yesaya
8:13 itu adalah YHWH. Alangkah rudimentir apabila di dalam berteologi YTH hanya merujuk pada catatan kaki 1 Petrus
3:14-15 yang menunjuk Yesaya 8:13.
(12)
Wahyu 1:7 “semua mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia”
merupakan penggenapan dari Zakaria 12:10 “mereka akan memandang kepada dia
[lit. “Aku”] yang telah mereka tikam”. Jika kita perhatikan konteks Zakaria 12,
maka ”Aku” di sana adalah YHWH sendiri (ayat 1-2). Waduh…, Waduh….!
Asumsi teologis YTH atas Zakharia 12:10 ini benar-benar membuat saya merinding.
YTH sangat berani mengada-ada di dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab.
Saya telah memeriksa
teks bahasa Ibrani Zakharia 12:10 dalam Biblia
Hebraica Stuttgartensia, berkenaan dengan frasa yang berbunyi: “dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam”. Teks
bahasa Ibrani sama sekali tidak menyatakan “Aku (YHWH) yang telah mereka tikam”, melainkan “dia yang
telah mereka tikam”. Nah, ternyata YTH telah berani melakukan pembohongan! “dia yang telah mereka tikam” diubah oleh YTH
menjadi “Aku yang telah mereka
tikam” demi mendukung asumsi bahwa yang dimaksudkan dengan “Aku”
dalam ayat itu adalah YHWH sendiri. Dan untuk mendukung
asumsi ini YTH merujuk Zakharia 12:1-2.
Saya ingin
menggugah YTH untuk mencermati Zakharia 12:10 yang berbunyi sebagai berikut: “Aku akan
mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas
penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang
menangisi anak sulung.” Siapakah
gerangan “Aku” yang dimaksudkan dalam Zakharia 12:10a ini? Jawabnya
adalah: TUHAN (YHWH) yang disebutkan dalam ayat 1,4,5,7,8, dan 9.
Siapakah gerangan “dia” yang dimaksudkan dalam Zakharia 12:10b,c,d di atas ini?
Jawabnya, “orang ketiga tunggal laki-laki” (anonim) yang disaksikan oleh “Aku”
dalam ayat 10a. Zakharia
12:10b,c,d inilah yang dikutip oleh penulis Injil Yohanes sebagai nubuat yang
dikenakan dan digenapi oleh Yesus (Yohanes 19:37), dan juga dikutip oleh
penulis kitab Wahyu dalam Wahyu 1:7.
(13)
Yesus adalah YHWH yang menguji hati dan batin orang serta menghakimi orang
menurut perbuatan mereka (Why 2:23/Yer 17:10). Ini juga merupakan suatu blunder yang dilakukan oleh YTH. Bukankah
dalam Wahyu 2:18b penulis kitab Wahyu telah mengatakan secara tegas dan gamblang:
“Inilah
firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan
tembaga:” Ayat 19 sampai dengan ayat 29 adalah rangkaian firman yang
diucapkan oleh Anak Allah yang disebutkan dalam ayat 18b. Anak Allah di sini tak
lain tak bukan adalah Yesus.
Dengan
demikian, Yesus bukan YHWH.
Apabila YTH cermat, YTH akan melihat bahwa pada ayat 27 Yesus
(Anak Allah) mengatakan secara
tegas bahwa kuasa untuk menghakimi
orang menurut perbuatannya (ayat 23) dan kuasa untuk mengaruniakan kuasa atas
bangsa-bangsa kepada barangsiapa yang menang dan melakukan pekerjaan-Nya sampai
kesudahannya, adalah kuasa yang Yesus (Anak Allah) terima dari
Bapa-Nya. Dan Bapa yang dimaksudkan oleh Yesus
(Anak
Allah) dalam ayat ini tak lain tak bukan adalah Allah (YHWH), yang disebut TUHAN dalam Yeremia17:10.
(14)
Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Why 2:8; 22:13), sama seperti YHWH (Yes
44:6; 48:12). Kesamaan ini penting untuk digarisbawahi karena hal ini merupakan
salah satu perbedaan fundamental antara Allah dan yang bukan Allah (Yes 44:6b
“tidak ada Allah selain dari pada Aku”). Benar, Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir sama seperti YHWH.
Akan tetapi Yesus bukan YHWH.
Yesus adalah Anak, dan YHWH adalah Bapa. Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir sama
seperti YHWH, karena Yesus adalah
cahaya kemuliaan Allah [YHWH] dan gambar wujud Allah [YHWH] (Ibrani 1:3); dan
karena “seluruh kepenuhan Allah [YHWH] berkenan diam di dalam Dia [Yesus]
(Kolose 1:19). Itulah sebabnya Yesus berkata “segala sesuatu yang Bapa [YHWH]
punya, adalah Aku [Yesus] punya (Yohanes 16:16a), Dengan demikian, ungkapan
pemuliaan “Yang Awal dan Yang Akhir” bagi
Yesus dan bagi YHWH tidak perlu ditafsirkan aneh-aneh bahwa Yesus adalah YHWH.
Yesus tetap sebagai Anak, dan YHWH sebagai Bapa.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar