Oleh: A. G.Hadzarmawit
Netti
Catatan
pengantar
Ioanes
Rakhmat dalam bukunya (2013:202-207) menyindir habis-habisan orang beragama
yang menjunjung kisah penciptaan, taman Eden, Adam, dan Hawa sebagaimana
tertulis dalam Perjanjian Lama (kitab Kejadian). Kisah penciptaan (Kejadian
1:1-31 dan 2:1-4a); Taman Eden, Adam, dan Hawa (Kejadian 2:8-25; 3:1- 24)
merupakan mitos, dongeng, fiksi teologis, yang direndahkan sampai pada taraf
tak bermakna yang patut disingkirkan. Hal ini ia lakukan dengan terlalu nekat
karena ia telah menjadi seorang agnostik dan/atau ateis, serta mengambil posisi
konflik abadi dengan agama yang
semula dianutnya.
Akan
tetapi kenekatan Ioanes Rakhmat merendahkan dan menafikan mitos, fiksi teologis
tentang kisah penciptaan, Taman Eden, Adam dan Hawa yang dikisahkan dalam Kitab
Kejadian, sesungguhnya sangat konyol. Mengapa
saya katakan kenekatan Ioanes Rakhmat sangat konyol? Sebab, di bagian lain dari
bukunya, Ioanes Rakhmat berkata begini: “Teologi
ternyata juga memerlukan dan memang memakai fiksi-fiksi atau kisah-kisah
imajinatif sebagai wahana-wahana sastra komunikatif untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Fiksi juga menyandang suatu nilai religius. Dengan fiksi juga, orang dapat
membuat banyak hal dalam dunia ini make
sense, bermakna, dapat dimengerti dan masuk ke dalam akalnya. Fiksi memang
bisa membangun suatu moralitas yang bagus pada diri seorang beragama, dan bisa
juga membuatnya lebih berhikmat, imajinatif, berbahagia dan terhibur dalam
arti-arti tertentu, dan dapat membantunya masuk ke dalam berbagai pengalaman
religius yang diproses dalam organ otak manusia.” (2013:52).