ANTARA
sastrawan Mezra Pellondou, ambisi, dan NTT Academia Award 2013 telah menyatu, dan menjadi kenyataan dalam waktu
(1 Februari 2014) dan ruang (di F-Square, Jl. Shoping
Center Kelurahan Fatululi [Samping Apotik Oce Farma], kota Kupang). Dalam waktu
dan ruang (1 Februari 2014 dan di F-Square, Jl. Shoping Center Kelurahan
Fatululi) itulah segenap daya-daya roh kesastrawanan Mezra Pellondou yang bergelut
aktif untuk “Hidup dari dan untuk Tanah Air”—bukan saja terbatas pada ‘tanah
air’ nusa tenggara timur, melainkan serentak ‘Tanah Air’ Indonesia—memperoleh
pengakuan dan penghargaan level Forum Academia NTT.
Dengan
demikian, “ambisi” Mezra Pellondou (selanjutnya saya sapa, Mezra) sebagai
seorang sastrawan, atau dalam lingkup tersendiri dikenal sebagai seorang guru
yang penulis, penulis yang guru, telah berhasil mem-ber-ada-kan ada-nya: menjadi
kenyataan. “Ambisi” memiliki dua sisi arti/makna yang berhimpitan erat,
yaitu “strong desire to be famous”
(keinginan yang kuat untuk termasyhur), dan “strong desire to be successful”
(keinginan yang kuat untuk berhasil). Keinginan yang kuat untuk termasyhur
artinya keinginan yang kuat untuk dikenal orang; keinginan yang kuat untuk
menjadi terkenal dan kenamaan. Serta keinginan yang kuat untuk berhasil artinya keinginan yang kuat untuk beroleh
hasil dari apa yang dikerjakan, atau keinginan yang kuat untuk tercapai
maksudnya/cita-citanya. Itulah ambisi Mesra dalam menggeluti dunia kehidupan yang bernama “sastra”,
sehingga ia dikenal dan diakui sebagai “sastrawan”.
Itulah juga ambisi Mesra dalam menggeluti
dunia pendidikan sebagai seorang guru dan pendidik yang tidak saja mengajar dan
mendidik siswa, tetapi serempak menekuni dunia tulis-menulis sesuai dengan
bakatnya sehingga ia menyatakan dirinya sebagai seorang “guru yang penulis,
penulis yang guru”. Dan ternyata ambisi Mezra di dunia pendidikan dan tulis-menulis
sesuai dengan bakat itu pada gilirannya telah memperoleh pengakuan dan penghargaan, antara
lain: (1) Penghargaan karya tulis sastra
terbaik dari Depdiknas RI bagian
peningkatan perpustakaan sekolah (tahun 2005). Penghargaan karya sastra dari Depdiknas
RI bagian peningkatan perpustakaan sekolah (tahun 2006). Penghargaan dari Pusat
Bahasa Depdiknas RI atas karya naskah drama Sasando
Keseratus sebagai naskah terbaik keempat se-Indonesia (tahun 2011). Dan Pemenang
Pertama Peraih Penghargaan Sastra untuk Pendidikan (2012) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Akan
tetapi ambisi Mesra tidak tertuju hanya pada dunia sastra di mana ia diakui
sebagai sastrawan dan dunia pendidikan di mana ia terpanggil untuk mengemban
profesi sebagai seorang guru, melainkan ambisinya, seperti katanya sendiri:
“Bagi Mezra, dari semua hal terbaik… adalah menjadi ibu dari dua orang anak
laki-laki dan seorang putri cantik, karena kenikmatan yang paling berharga
adalah nikmatnya melahirkan tiga orang anak—dan menyaksikan mereka bertumbuh setiap harinya—yaitu
Mujizat Messakh, Amzal Xavier Messakh, dan Kyrieleison Putri Mezra…”
(diversikan dari alinea terakhir “Tentang Penulis”, Perempuan dari Lembah Mutis, 2012:141). Dan niscaya serempak dengan
itu pula, ambisi untuk mengayuh biduk rumahtangga yang diberkati Tuhan bersama
suami terkasih Adi Messakh, sehingga maut sajalah yang boleh menceraikan.
Berdasarkan
tinjauan di atas, presensi Mesra Pellondou sebagai guru yang penulis, penulis
yang guru sekaligus sebagai sastrawan tak dapat dimungkiri. Dengan demikian,
Mezra telah ‘merumuskan’ dirinya dan
presensinya secara jelas dan nyata melalui dunia pengabdiannya. Ia adalah sungguh-sungguh
seorang guru dan sastrawan, seorang sastrawan dan guru. Catatan hasil
pengabdian di atas memberi petunjuk bahwa Mezra bukan saja telah menjadi salah
satu tokoh sastra daerah Nusa
Tenggara Timur, melainkan tergolong juga sebagai salah satu tokoh sastra Nusantara.
Melalui
karya dan pengabdian di dunia sastra, Mezra telah mengangkat dan mengharumkan
nama daerah Nusa Tenggara Timur dan Nusantara yang bernama Republik Indonesia
di mancanegara. Sebab karya sastranya berupa novel antara lain, Loge, Nama Saya Tawwe Kabota, dan Perempuan
dari Lembah Mutis, telah ada di beberapa perpustakaan: Yale University
Library, dan National Library of Australia. Di samping itu, novel-novel Mezra dapat dilacak juga di WorldCat.org., Google
Books, Open Library, dan HathiTrust Digital Library. Apabila nama pengarang dan
karya tulisnya sudah berada dalam WorldCat.org.,
maka nama pengarang dan karya tulisnya telah dipromosikan pula dalam katalog
berbahasa Czekoslowakia, Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, Belanda,
Portugis, Korea, Jepang, dan Cina. Dan, sebagai pengarang yang dinilai
mengetahui betul-betul tentang sesuatu, nama Mezra telah terdaftar di Virtual International Authority File dengan
nomor registrasi VIAF ID: 284679888 (Personal); ISNI-test: 0000 0003 9100 4359
di National Library of the Netherlandstest.
Terkait
dengan prestasi Mezra sebagaimana dicatat di atas ini dalam hubungannya dengan
terpilihnya Mezra sebagai penerima NTT Academia Award 2013 oleh Panitia NTT
Academia Award pada 1 Februari 2014,
maka saya terpanggil untuk menyebut dua
nama sastrawan perempuan daerah NTT yang patut diperhitungkan oleh Panitia NTT
Academia Award 2014. Dua nama sastrawan perempuan NTT itu ialah, Maria Matildis
Banda, dan Fanny J. Poyk.
Maria
Matildis Banda telah menghasilkan karya sastra yang fenomenal. Ia telah
terdaftar di Virtual International
Authority File dengan nomor registrasi VIAF ID: 78198362 (Personal);
ISNI-test: 0000 0000 3705 2577 di empat perpustakaan kelompok VIAF mancanegara,
yaitu National Library of Australia, ISNI, Library of Congress/NACO – Amerika
Serikat, dan National Library of the Netherlandstest. Di empat perpustakaan
tersebut terdapat delapan karya tulis (buku) Maria Matildis Banda, yaitu: (1)
Deskripsi Naskah dan Sejarah Perkembangan Aksara Ende, Flores, Nusa Tenggara
Timur. (2) Novel Surat-Surat dari Dili. (3)
Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di NTT: dialog antara pemerintah, tokoh
agama, pemimpin lembaga keagamaan, generasi muda, dan perempuan. (4) Novel Bugenfil di Tengah Karang. (5) Wanita,
Sastra, dan Religius: kajian tokoh wanita dalam sastra (laporan penelitian).
(6) Terorisme dan Implikasinya di dalam Karya Sastra Indonesia: sebuah refleksi
budaya bangsa (laporan penelitian). (7) Rabies Dalam Realitas Kebudayaan dan
Realitas Fiksi. (8) Perbandingan Pendekatan Amin Sweeney dan Nani Tuloli
terhadap Sastra Lisan (laporan penelitian).
Fanny
J. Poyk juga telah lama tercatat di VIAF dengan nomor registrasi VIAF ID: 283473358
dengan empat karya tulisnya di National
Library of the Netherlandstest. Di samping itu, Fanny J. Poyk juga tercatat
dengan nomor registrasi VIAF ID: 203306377(Personal); ISNI-test: 0000 0003 5822
2784 dengan tiga karya tulisnya di empat perpustakaan kelompok VIAF yaitu:
Sudoc (ABES) France, Library of Congress/NACO, German National Library, dan
ISNI-test. Dengan demikian, sastrawan Maria Matildis Banda dan Fanny J. Poyk
tidak boleh dilangkaui. Dua sastrawan perempuan ini—sekalipun bertempat tinggal
dan mengabdi di luar daerah NTT—adalah
sastrawan asal daerah NTT. Melalui
delapan karya tulis Maria Matildis Banda dan tujuh karya tulis Fanny J. Poyk yang terdapat di perpustakaan-perpustakaan
kelompok VIAF di beberapa negara sebagaimana disebutkan di atas, kedua
sastrawan perempuan ini telah mengangkat
citra daerah NTT di luar negeri.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar