BAGIAN
KEENAM
Catatan
antara (bagian kedua)
Dalam buku Aku Memahami Yang Aku Imani (BPK
GM Jakarta 2012. Cetakan ke-3), Ebenhaizer I. Nuban Timo menguraikan tentang
Yesus Kristus yang bangkit dari kematian sebagai berikut: “Yesus Kristus yang dahulu pada masa prapaskah hadir di tengah
murid-murid secara fisik, dalam daging dan darah, dalam rupa manusia, sekarang
setelah paskah menjadi roh. Kehadiran Yesus Kristus di antara murid-murid
setelah kebangkitan adalah dalam wujud roh. Yesus Kristus pascapaskah adalah
roh. Seperti apakah roh itu?
Roh
yang kita kenal dalam Yesus Kristus ternyata bukan sekadar satu daya yang
impersonal, tidak berpribadi. Bukan! Roh yang sesungguhnya yang diperkenalkan
Kristus kepada kita memiliki daging dan darah. Roh itu satu pribadi. Roh itu
dapat dilihat dan disentuh, makan dan minum, berbicara. Roh itu memiliki semua
kualitas yang dimiliki manusia. Bedanya, tubuh itu tidak lagi terikat pada
hukum-hukum ruang, geografis, dan gravitasi. Ia dapat tampak sewaktu-waktu,
dapat juga menghilang secara mendadak. Lihat saja pada cerita kitab-kitab Injil
tentang Kristus yang bangkit. Kristus yang adalah Roh itu (2 Kor.3:17, 18)
punya tubuh, dapat makan, mendengar, bicara seperti manusia, tetapi lebih
daripada manusia. Bandingkan cerita kitab-kitab Injil tentang penampakan diri
Yesus kepada murid-murid. Kristus yang bangkit, yang oleh Paulus disebut
menjadi roh, datang dalam tubuh yang dikenal, memiliki darah dan daging, dapat
mendengar, berbicara dan merasa. Ia bahkan minta makan dan minum bersama
murid-murid. Akan tetapi pada saat yang Sama, IA tidak terikat pada tubuh,
darah dan daging, tidak bergantung pada makanan dan minuman……” (bt. Hlm.19,
20).
Demikianlah pendapat dan uraian Ebenhaizer I. Nuban
Timo (selanjutnya akan saya sapa, Nuban Timo) tentang eksistensi dan wujud
Yesus Kristus sebelum kematian dan sesudah bangkit-Nya dari kematian. Ketika
membaca uraian Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas, saya pikir, Nuban Timo
sedang mendagel. Ternyata saya salah. Nuban Timo tidak sedang mendagel, tetapi
sedang mengungkapkan pendapatnya, dan pemahamannya tentang apa yang diimaninya,
sesuai judul bukunya, Aku Memahami Yang
Aku Imani; dengan judul kecil: Memahami
Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh secara bertanggung jawab.
Setelah pendapat Nuban Timo sebagaimana dikutip di
atas ini saya cermati, ternyata Nuban Timo mengalaskan pendapatnya pada 2
Korintus 3:17 bagian a, yang
berbunyi: “Sebab Tuhan adalah Roh;” dan
ayat 18 bagian b, yang
berbunyi: “Karena kemuliaan itu datangnya
dari Tuhan yang adalah Roh, …” Beralaskan kedua ayat yang di dalamnya
disebutkan “Tuhan adalah Roh”, dan “Tuhan yang adalah Roh”, Nuban Timo mengatakan
begini: “Sebab Tuhan (yang ia maksudkan adalah Yesus Kristus) adalah Roh” (2
Kor. 3:17), maka Nuban Timo berteologi tentang tubuh kebangkitan Yesus sebagai
berikut: “Yesus Kristus yang dulu, yaitu
pada masa prapaskah hadir di tengah-tengah murid secara fisik, dalam daging dan
darah, dalam rupa manusia, sekarang setelah paskah menjadi roh. Kehadiran Yesus
Kristus di antara murid-murid setelah kebangkitan adalah dalam wujud roh. Yesus
Kristus pascapaskah adalah roh. Seperti apakah roh itu? Roh yang kita kenal
dalam Yesus Kristus ternyata bukan sekadar satu daya yang impersonal, tidak berpribadi.
Bukan! Roh yang sesungguhnya diperkenalkan Kristus kepada kita memiliki daging
dan darah. Roh itu satu pribadi. Roh itu dapat dilihat dan disentuh, makan dan
minum, berbicara…..” Stop! Baca
kembali pendapat Nuban Timo yang telah dikutip di atas ini dalam bukunya yang
telah disebutkan pula di atas.
Pendapat Nuban Timo bahwa Tuhan (Yesus Kristus) adalah Roh; dan bahwa
Roh yang sesungguhnya diperkenalkan Kristus kepada kita memiliki daging dan
darah, dapat dilihat, disentuh, makan dan minum, serta berbicara, yang
didasarkan pada 2 Korintus 3:17, 18, merupakan pendapat yang mengada-ada! Mengapa?
Sebab dalam 2 Korintus 3:17, 18, sesungguhnya Paulus tidak menyaksikan bahwa Roh itu Yesus
Kristus dan/atau Yesus Kristus itu Roh yang memiliki daging dan darah; atau
Roh yang dapat makan dan minum!
Dalam
2 Korintus 3 sesungguhnya Paulus menguraikan tentang peranan Roh dalam pelayanan pelayan-pelayan perjanjian yang baru (2
Korintus 3:6). Dan Roh yang
dimaksudkan oleh Paulus dalam 2 Korintus 3 itu bukan Yesus Kristus, dan bukan
pula Roh yang memiliki daging dan darah, makan dan minum seperti yang diimani
oleh Nuban Timo, melainkan Roh sebagai kekuatan/kuasa
pemberi kehidupan yang tak terlihat (dari Allah) dan/atau dari Yesus Kristus. Inilah
maksud Paulus dalam ayat 6 dalam pernyataannya: “… sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” Roh
dalam pengertian inilah yang Paulus kemukakan mulai dari 2 Korintus 3:5, 6, 8,
17 dan 18. Dalam ayat 3 terdapat frasa yang berbunyi, “tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup” sama artinya dengan “tetapi
dengan kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat dari Allah yang
hidup”. Pengertian seperti ini juga yang tersirat dalam ayat 17 dan 18,
sehingga ayat 17 dapat dibaca begini: “Sebab
Tuhan adalah Roh” sama artinya dengan “Sebab
Tuhan adalah kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat; “dan di
mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan” sama artinya dengan “dan di mana ada kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat dari Tuhan, di
situ ada kemerdekaan.” Dan ayat 18 dapat dibaca: “Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak
terselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh” (dapat
dibaca: “Karena kemuliaan itu datangnya
dari Tuhan yang adalah kekuatan dan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat”), maka kita sedang diubah mendjadi serupa
dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”
Sebagai perbandingan terhadap
pendapat Nuban Timo, saya tertarik untuk mengutip pendapat Karl Barth tentang
“Yesus Kristus Bangkit”, sebagai berikut: “Manusia
Yesus tampaknya hadir di tengah mereka pada waktu itu menurut cara Allah (huruf tebal, dari saya). Yang bangkit adalah manusia Yesus; dengan
demikian Ia datang dan hadir di tengah-tengah para murid-Nya, lalu pergi lagi;
mereka melihat dan meraba Dia; mereka mendengar Dia dan Ia mendengar mereka; Ia
makan dan minum bersama-sama mereka. Di depan mata dan telinga mereka, Dialah
manusia yang sejati (vere homo). Perlu dilihat bahwa Ia – yaitu Manusia Yesus
itu – hadir di tengah-tengah mereka pada waktu itu sejelas-jelasnya menurut cara Allah. Mereka
menyadari pada saat itu bahwa Ia
senantiasa tersembunyi dan senantiasa—juga bila Ia berada bersama mereka
sebelum kematian-Nya—hadir menurut cara
Allah di tengah-tengah mereka. Dalam kehadiran Manusia Yesus pada waktu itu
dengan keberadaan-Nya yang khas, terjadi
bahwa jatuh keputusan antara tidak percaya dan percaya bagi murid-murid-Nya,
terjadi bahwa Allah sendiri menyatakan
diri-Nya pada mereka secara utuh, pasti, yang tidak dapat dibatalkan lagi,
yang kekal sifatnya. Ia tampaknya hadir di
tengah-tengah mereka dengan cara Allah dan
juga bertindak demikian” (Clifford Green, penyunting. KARL BARTH: Teolog Kemerdekaan. Cet.3.
BPK GM. 2003:269-271).
Berkenaan dengan pandangan Barth yang
dikutip di atas ini, saya tertarik untuk menggarisbawahi beberapa pernyataan: Yesus
Kristus bangkit, tampak hadir di tengah-tengah murid-Nya dengan
sejelas-jelasnya, menurut cara Allah, atau dengan cara Allah. Bahkan berkenaan dengan
kebangkitan Yesus dan penampakan-Nya,
Allah sendiri menyatakan diri-Nya. Barth tidak menyebut kebangkitan
Yesus dalam tubuh rohaniah atau tubuh surgawi, kecuali mengatakan bahwa “yang
bangkit adalah Manusia Yesus. Yesus Kristus bangkit dan tampak hadir di
tengah-tengah murid-Nya dengan keberadaan-Nya yang khas.” Meskipun Barth tidak
mengatakan Yesus bangkit dalam tubuh rohaniah, menurut hemat saya, pendapat Barth
tidak menafikan konsepsi Paulus tentang tubuh rohaniah atau tubuh
surgawi (1 Korintus 15:35-44), maupun hasil kontemplasi dan wedaran saya
tentang kebangkitan Yesus dalam tubuh rohaniah atau tubuh surgawi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar