BAGIAN
KEDUA
Tao dalam rencana penyelamatan oleh Allah
Tao dalam dunia biologis sebagaimana dikemukakan di atas
ini sejalan dengan Tao dalam rencana
penyelamatan yang Allah lakukan di dalam Yesus yang dikandung dan dilahirkan
oleh Maria. Secara analogi konversi dapat diuraikan sebagai berikut.
Yesus yang pada awal keberadaan-Nya
adalah “Firman”, telah “mendaging” dalam kandungan Maria oleh
kuasa Roh Kudus, seperti menyatunya sel sperma dan sel telur. Dengan “mendagingnya Firman” dalam kandungan
Maria, maka “Firman” tidak lagi tetap
berada dalam kekhasannya sebagaimana dijelaskan dalam Injil Yohanes 1:1,2;
melainkan “Firman” itu telah “mati” (= tidak terus berada dalam
keadaan asali) bagi terwujudnya suatu kehidupan baru. Di dalam kandungan Maria,
“Firman” telah mengalami suatu proses
metamorfosa yang ajaib mengikuti Tao
yang berlaku dalam dunia biologi. Proses metamorfosa ini berkembang mulai dari
masa telur yang dibuahi datang ke masa mudigah; dari masa mudigah datang ke
masa janin; kemudian janin dilahirkan untuk disebut sebagai bayi yang diberi
nama Yesus (Matius 1:21). Demikianlah “Firman itu telah menjadi manusia....”
(Yohanes 1:14). Lalu, bagaimanakah faktor-faktor warisan dalam pertumbuhan
Yesus yang menjadi manusia? Menurut Tao
yang berkenaan dengan dunia biologi, Dr. Belle Wood Camstock menguraikan
sebagai berikut.
Dalam khromosom tiap-tiap sel tubuh ada semua
faktor-faktor yang telah turun dari bapa dan ibu, separo dari masing-masing
bapa dan ibu. Dalam tiap-tiap susunan khromosom yang sempurna seperti terdapat
dalam sel-sel tubuh dan dalam sel-sel inti sebelum pembagian penyusutan, ada
sebuah genes atau pendukung pembawaan yang mempengaruhi tiap-tiap sifat yang
mungkin. Genes ini adalah selamanya dalam pasangan: salah satu dari pasangan
itu dari pihak bapa, dan satu lagi dari pihak ibu. Genes dari sesuatu pasangan
mungkin sangat serupa atau mungkin pula sangat berbeda. Maka tentu saja dengan
sifat-sifat yang bertentangan ada kemungkinan mengadakan penelitian. Umpamanya,
sepasang genes yang ada hubungannya dengan tinggi badan. Kalau kedua ibu-bapa
pendek, maka buktinya ialah genes atau pendukung pembawaan ketinggian dalam sel-sel
tubuh keturunan mereka akan membawa badan yang pendek, sehingga pengaruhnya
menjadikan keturunan mereka yang pendek pula. Begitu pula kalau ibu dan bapa
tinggi, maka genes ketinggian dalam sel-sel tubuh anak mereka akan membawa
ketinggian, sehingga anak-anak mereka akan condong menjadi orang yang tinggi.
Tetapi kalau salah seorang dari ibu-bapa itu ada yang
tinggi dan yang lainnya pendek, maka seorang anak yang mereka lahirkan dapat
membawa dalam masing-masing sel tubuhnya sepasang genes, satu yang akan
mempunyai pengaruh untuk ketinggian dan yang satu lagi untuk kependekan. Dalam
hal seperti ini, genes ketinggian adalah suatu ciri yang positif atau terbanyak
sehingga mempunyai pengaruh yang lebih banyak daripada genes kependekan sebagai
ciri yang negatif atau terdesak. Karena memang demikian halnya, maka anak itu
akan condong kepada pertumbuhan tinggi, meskipun ia mempunyai genes kependekan.
Salah satu hal yang penting dan menarik
ialah bahwa tidak ada dua dari suatu pasangan genes berjalan bersama-sama (satu
dari ibu, satu dari bapa) di dalam sel-sel tubuh pernah terdapat dalam sel inti
yang satu, setelah sel itu disusutkan oleh pembagian penyusutan dan telah
menjadi sel kawin. Dengan kata lain, tidak pernah ada seorang yang menyampaikan
kepada salah satu sel intinya yang telah disusutkan, baik genes yang telah
diterimanya dari ibunya dan genes pasangan yang diterima dari bapanya. Ia boleh
mewariskan genes ibu atau genes bapa, tidak pernah kedua-duanya. Dalam hal ini
sifat yang terbanyak akan mempunyai kecondongan akan menutupi genes yang
terdesak.
Sesuatu faktor yang terbanyak atau
dominan apabila dipersatukan dengan ciri-ciri lawannya, niscaya condong kepada
melebihi atau mendesak ciri lawan itu. Jadi boleh dikatakan bahwa faktor
dominan atau faktor terbanyak itu adalah faktor yang positif. Dan ciri yang
terdesak itu condong kepada dilenyapkan apabila digabungkan dalam sel-sel tubuh
dengan sifat-sifat yang positif, atau faktor yang terbanyak/dominan itu. Dengan
demikian, bolehlah disebutkan faktor yang terdesak itu disebut sebagai faktor
yang negatif (Belle Wood Camstock, 1963:35-41).
Berdasarkan uraian Dr. Belle Wood
Camstock sebagaimana diparafrase di atas ini, saya ingin membuat beberapa
catatan analogi konversi berkenaan dengan “faktor warisan” dalam pertumbuhan
Yesus yang menjadi manusia sebagai berikut.
Pertama, Karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria
itu pada mulanya adalah Firman’; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1), maka faktor-faktor
warisan dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia terbanyak diterima-Nya dari Allah (Yohanes 1:14).
Kedua, Karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria
itu dari Roh Kudus, di dalam naungan kuasa Allah Yang Mahatinggi (Lukas 1:35
dyb), maka faktor-faktor warisan dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia
itu terbanyak diterimanya dari Allah
(Matius 1:20-23; Lukas 1:35, 36; Ibrani 1:3; Kolose 1:19; 2:9). Dengan demikian
sifat faktor warisan yang terbanyak
tersebut merupakan faktor dominan, atau faktor positif yang mempunyai kecondongan untuk menutupi faktor
yang terdesak atau faktor negatif yang diterima Yesus dari manusia (perempuan)
Maria yang mengandung dan melahirkan-Nya.
Ketiga, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah
itu bersifat ilahi, maka Yesus
disebut orang, Imanuel, yang berarti “Allah
menyertai kita” (Matius 1:23); Anak Allah Yang Mahatinggi” (Lukas 1:32); “Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14, 18); “Anak
Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29); “Yesus tidak mengenal
dosa (2 Korintus 5:21), tidak berbuat dosa (1 Petrus 2:22), tidak berdosa (1
Yohanes 3:5), benar (Kisah 7:52; 1 Yohanes 3:7), suci” (1 Yohanes 3:3), karena
Yesus adalah “Yang Kudus dari Allah” (Markus 1:24; Yohanes 6:69).
Keempat, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah,
maka Yesus menyebut diri-Nya Anak dan
Allah adalah Bapa-Nya seraya mengungkapkan relasi-Nya
sebagai Anak dengan Allah sebagai Bapa, serta kuasa yang diterima-Nya dari
Allah sebagai Bapa-Nya (Yohanes 5:17, 18, 19-47).
Kelima, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah,
maka Yesus bersaksi secara positif tentang diri-Nya sebagai Roti hidup, Air sumber hidup, Gembala yang
baik, Terang dunia, Pokok anggur yang benar, Jalan dan kebenaran dan hidup.
Keenam, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah,
maka secara positif Yesus bersaksi tentang diri-Nya: “Aku datang bukan atas
kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu
kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku”
(Yohanes 7:28, 29 dst.); “Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang
bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku” (Yohanes
8:42); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa... Tidak
percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.....” (Yohanes 14:9-11);
“Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus Aku” (Yohanes 7:16).
Demikianlah faktor-faktor dominan yang
Yesus warisi dari Allah sejak Ia berada di dalam kandungan Maria, yang kemudian
menampakkan kecondongannya yang kuat di dalam pribadi Yesus, sebagaimana
dikatakan oleh penulis Injil Lukas: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,
penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Lukas 2:40). Kecondongan
faktor-faktor dominan tersebut semakin bertambah kuat ketika Yesus berusia dua
belas tahun: “Di dalam Bait Allah, Ia duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil
mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua
orang yang mendengarkan Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab
yang diberikan-Nya” (Lukas 2:46, 47). “Sejak itu, Yesus makin bertambah besar
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia” (Lukas 2:52). Dan kecondongan faktor-faktor dominan yang Yesus warisi
dari Allah tersebut mencapai puncak kematangannya pada saat Yesus mulai
menjalani karya mesiani-Nya, yang diawalinya dengan menjalani masa pencobaan di
padang gurun (Lukas 4 dyb), setelah kembali dari sungai Yordan. Sebab, demi tujuan
karya mesiani bagi keselamatan dunia/manusia itulah, Allah mengutus-Nya ke
dalam dunia (Yohanes 3:16; Matius 20:28).
Faktor-faktor dominan yang disebutkan di
atas inilah yang menyebabkan Yesus menghadapi penangkapan, penghinaan dan
penganiayaan dengan tabah dan rela, sampai mati digantung di tiang salib
(Matius 26:47-56; Lukas 23:1-49; 1 Petrus 2:23, 24). Berdasarkan tinjauan di
atas ini, maka dapat saya membuat suatu simpulan sebagai berikut:
“Bahwasanya makna kasih Allah akan dunia
dan manusia terletak dalam ‘pertemuan’ antara Allah dan manusia di dalam dunia.
Dan ‘pertemuan’ itu terjadi di dalam ‘Firman’ yang mendaging di dalam rahim
perawan Maria, yang mengandung dan melahirkan Yesus yang menjadi Juruselamat.
Dengan demikian, di dalam Yesus, Allah merangkul dunia dan manusia di dalam
kasih-Nya yang menyelamatkan. Dan di dalam Yesus, manusia dapat menghampiri
Allah dalam suatu relasi yang baru, yakni relasi pengampunan dan pendamaian
berdasarkan rahmat Allah. Tanpa demikian, maka Allah akan tetap tinggal sebagai
Allah yang Mahamurka, dan dunia serta manusia akan tetap tinggal sebagai dunia
dan manusia yang terkutuk dan terperangkap dalam kuasa maut.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar