(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)
Pemilihan
kepala daerah (pilkada) secara serempak telah selesai dilaksanakan pada 27 Juni 2018 dan pencoblosan
ulang pada sejumlah TPS di berbagai
daerah pun telah dilakukan. Pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar, tidak
ada kerusuhan berskala besar, sekalipun terjadi beberapa insiden di beberapa
tempat. Sengketa hasil pilkada dari beberapa daerah kabupaten telah diajukan ke
Mahkamah Konstitusi dan telah disidangkan. Sebagai seorang pionir teori
vibrasi, saya terpanggil untuk mengemukakan opini tentang vibrasi kepeloporan
beberapa pasangan calon gubernur dan bupati yang maju pada pemilihan kepala daerah secara
serempak pada 27 Juni 2018. Selain itu, saya juga mengemukakan opini tentang
vibrasi kepeloporan calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing pada
pemilihan presiden tahun 2019. Vibrasi keamanan dan gangguan keamanan dalam kaitannya
dengan terorisme pun tidak luput dari perhatian saya. Semuanya telah saya kemukakan dalam tulisan
berjudul “Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 – 2019” yang telah dipublikasikan
di blog www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi Jumat, 16
Maret 2018.
Dalam
tulisan tersebut ada tiga calon gubernur
di pulau Jawa yang saya deteksi vibrasi kepeloporannya. Untuk provinsi Jawa
Barat, Ridwan Kamil memiliki skor vibrasi kepeloporan 80, karena itu akan
unggul pada pemilihan tanggal 27 Juni 2018. Ternyata benar demikian. Untuk
provinsi Jawa Timur vibrasi kepeloporan Khofifah Indar Parawansa 70/80
sedangkan Saifullah Yusuf 50/60, karena itu Khofifah Indar Parawansa akan
tampil sebagai pemenang. Ternyata benar demikian. Dan untuk Provinsi Nusa
Tenggara Timur, skor vibrasi kepeloporan pasangan Voktor B. Laiskodat dan Josef
A. Nae Soi 80/90, karena itu akan tampil sebagai pemenang. Ternyata benar
demikian (baca, “Kandidat dan Ambisi”
(Victory News, 17 Mei 2018).
Selain
itu, ada empat pasangan calon bupati dari Kabupaten Rote Ndao yang saya selisik
vibrasi kepeloporan mereka berdasarkan permintaan salah satu tokoh muda (Jitero
P. Suki) di Baa, ibu kota kabupaten Rote Ndao, melalui HP pada tanggal 22 Juni
2018. Dari keempat pasangan calon bupati
di Kabupaten Rote Ndao itu, teori vibrasi yang saya terapkan menunjukkan bahwa
pasangan “Lentera” yakni Paulina Haning-Bullu -- Stefanus M. Saek memiliki skor
vibrasi kepeloporan 60/70 dan akan berhasil memperoleh suara terbanyak pada
pemilihan kepada daerah tanggal 27 Juni 2018; pada urutan kedua, pasangan Bima
Th. Fanggidae -- S. Z. Pella (paket Lontar) memiliki skor vibrasi kepeloporan
60/65; urutan ketiga, pasangan Jonas C. Lun -- Adolfina Elisabeth Koamesakh
memiliki skor vibrasi 50/60 dan urutan keempat, pasangan Mesak N. Nunuhitu --
Conny Pena memiliki skor vibrasi 50. Oleh karena skor vibrasi kepeloporan
pasangan paket Lentera 60/70 dan skor vibrasi pasangan paket Lontar 60/65 maka
akan ada gugatan dari pasangan ini ke MK; namun teori vibrasi memberi petunjuk
bahwa gugatan akan ditolak oleh MK. Untuk itu, empat pasangan calon bupati dan
seluruh warga masyarakat di Kabupaten Rote Ndao diharapkan bersabar untuk
menunggu hasil sidang dan keputusan MK. Dan ternyata benar! Berita yang saya
baca di koran POS KUPANG edisi Sabtu,
11 Agustus 2018 menyatakan bahwa gugatan yang diajukan oleh pasangan Bima Th.
Fanggidae – S. Z. Pella dan pasangan Mesak N. Nunuhitu – Conny Pena ditolak
oleh Mahkamah Konstitusi!
Lalu
bagaimanakah dinamika vibrasi politik menuju tahun 2019 yang memuncak pada
vibrasi pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden masa bakti 2019 –
2024? Berkenaan dengan pertanyaan ini, terlebih dahulu saya ingin menyingkapkan
skor vibrasi kepeloporan partai-partai politik yang telah ditetapkan sebagai
partai peserta pemilihan umum tahun 2019. Dalam tulisan ini saya mengikuti
urut-urutan Partai Politik yang saya baca di media online OKEZONE News edisi
Jumat 13 April 2018, jam 11.24 WIB. Skor
vibrasi kepeloporan politik PKB 40;
PDI-P 70; Gerindra 40; Golkar 60; NasDem 80; Partai
Garuda 20; Partai Berkarya 30/40’ PKS 30/40; Perindo 40; PPP 50; PSI 40; PAN 30; Hanura 50; Demokrat 40; PBB 20 dan PKPI 40/50. Terhadap
empat partai lokal Aceh yaitu Partai Aceh, Partai Sira, Partai Daerah Aceh dan
Partai Nangroe Aceh, saya tidak melakukan penyelisikan vibrasi kepeloporan
politik partai-partai tersebut. Berdasarkan skor vibrasi kepeloporan 16 Partai
Politik sebagaimana disingkapkan di atas ini terlihat secara jelas bahwa vibrasi kepeloporan politik Partai NasDem
berada pada urutan pertama dengan skor 80;
PDI-P berada pada urutan kedua dengan skor 70;
Partai Golkar berada pada urutan ketiga dengan skor 60; PPP dan Partai Hanura berada pada urutan keempat dengan skor 50; PKPI menempati urutan kelima dengan skor 40/50; PKB, Gerindra, Perindo, PSI, Demokrat berada pada urutan
keenam dengan skor 40; Partai Berkarya dan PKS berada pada urutan ketujuh dengan skor
30/40; PAN urutan kedelapan dengan skor
30; Partai Garuda dan PBB urutan kesembilan dengan skor 20.
Memperhatikan
skor vibrasi kepeloporan Partai Politik sebagaimana disingkapkan di atas maka ada
lima partai politik yang saya
kelompokkan sebagai kelompok dominan yaitu NasDem. PDI-P, Golkar, PPP dan
Hanura serta PKPI. Vibrasi kepeloporan lima partai politik ini jika disatukan dalam
koalisi maka dinamika vibrasinya sangat
dominan dan tidak dapat distagnasikan; apalagi jika partai PKB, Perindo dan PSI
bergabung dengan lima partai tersebut. Dalam tulisan berjudul “Sekali lagi
tentang Vibrasi Kepeloporan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai calon
Presiden RI masa bakti 2019 – 2024” (www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi Rabu, 14
Maret 2018) maupun tulisan berjudul “Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 –
2019” yang disebutkan di atas, telah saya tentukan bahwa vibrasi kepeloporan Joko
Widodo terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 memiliki skor 90/100, dan vibrasi kepeloporan
Prabowo Subianto terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024
memiliki skor 30/40. Ini berarti vibrasi kepeloporan Joko Widodo jauh lebih dominan
dari vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto. Dengan demikian, apabila Partai
NasDem, PDI-P, Gorkar, PPP, Hanura dan PKPI ditambah lagi dengan PKB, Perindo
dan PSI berkoalisi untuk mendukung Joko
Widodo pada pemilihan presiden tahun 2019, maka Presiden RI masa bakti 2019 –
2024 adalah Joko Widodo.
Mengenai
calon Wakil Presiden, beberapa figur telah saya sebut dalam tulisan berjudul
“Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 – 2019”. Berpasangan dengan figur-figur
tersebut, skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo 90/100 tereduksi menjadi 70 –
90; 74 – 90 dan 80/90. Sedangkan Surya
Paloh memiliki vibrasi kepeloporan yang sangat unik, yang muncul dan berkembang
sejak tahun 2007; dan antara tahun 2018/2019 menuju ke tahun 2028/2029 skor
vibrasi kepeloporannya 90/100. Dengan demikian Surya Paloh cocok menjadi Wakil
Presiden. Namun demi soliditas partai-partai koalisi yang mendukung Joko
Widodo, maka alangkah baiknya figur calon Wakil Presiden jangan di ambil dari
partai-partai yang berkoalisi, karena vibrasi kepeloporan mereka tidak sama.
Dengan demikian, saya usulkan agar partai-partai koalisi yang mendukung Joko Widodo
“meminang” Mahfud MD menjadi calon Wakil Presiden yang berpasangan dengan Joko Widodo sebagai
calon Presiden. Vibrasi kepeloporan Joko Widodo apabila berpasangan dengan
Mahfud MD memiliki skor 100/110. Skor vibrasi kepeloporan ini memberi petunjuk
bahwa dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo untuk jabatan Presiden RI masa
bakti 2019 – 2024 tidak dapat
distagnasikan kecuali faktor Triple-X.
Lalu
bagaimanakah vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto yang merupakan rival Joko
Widodo sejak pemilihan presiden tahun 2014 hingga kini? Vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah
30/40. Skor vibrasi kepeloporan ini tidak berubah. Apabila Prabowo Subianto sebagai
calon presiden berpasangan dengan Ustaz Abdul Somad sebagai calon wakil
presiden, maka skor vibrasi kepeloporannya 50/60. Jadi, ada peningkatan skor 20
poin yang disumbangkan oleh Ustaz Abdul Somad kepada vibrasi kepeloporan
Prabowo Subianto. Apabila Prabowo Subianto sebagai calon presiden berpasangan
dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, vibrasi
kepeloporannya 30/40. Anies Baswedan atau Agus Harimurti Yudhoyono apabila
berpasangan dengan Prabowo Subianto; skor vibrasi kepeloporannya tetap 30/40.
Dengan demikian, Prabowo Subianto hanya bisa memperoleh keberuntungan
seandainya muncul faktor Triple X
yang membuat vibrasi kepeloporan Joko Widodo mengalami degradasi dan/atau stagnan.
Ternyata,
pada tanggal 9 Agustus 2018 malam, jam 21.00 (Waktu Indonesia Tengah), saya
memperoleh informasi terbaru: Joko Widodo sebagai calon presiden memilih dan
menetapkan Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin (Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia)
sebagai calon wakil presiden. Setelah mengheningkan diri beberapa saat saya
mendeteksi vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai calon
Presiden RI dan calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024. Ternyata skor
vibrasi kepeloporannya 80. Ada
perubahan yang mencolok: vibrasi kepeloporan Joko Widodo secara pribadi sebesar
90/100 mengalami degradasi 10/20 poin sehingga menjadi 80. Sedangkan apabila Joko Widodo
berpasangan dengan Mahfud MD skor vibrasi kepeloporannya sebesar 100/110. Dengan demikian terjadi degradasi skor
vibrasi kepeloporan 20/30 poin jika dibandingkan dengan vibrasi kepeloporan pasangan
Joko Widodo dengan Ma;ruf Amin yang skornya sebesar 80.
Dapat
saya kemukakan di sini bahwa skor vibrasi kepeloporan 80 adalah skor vibrasi kepeloporan normal
(batas bawah) dan skor vibrasi kepeloporan 120 adalah skor vibrasi kepeloporan normal (batas atas).
Ini memberi petunjuk bahwa skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin
sebesar 80 berada pada level skor
vibrasi kepeloporan normal (batas bawah). Sesungguhnya level skor vibrasi
kepeloporan seperti ini “belum aman”; sebab apabila muncul faktor Triple-X
atau apabila masih ada peluang di mana Prabowo Subianto memperoleh
pasangan salah seorang tokoh ulama Islam terkemuka dan/atau seorang tokoh nasional
terkemuka yang perpaduan skor vibrasi kepeloporannya sebesar 80/90, maka vibrasi kepeloporan Joko Widodo
dan Ma’ruf Amin niscaya mengalami degradasi dan/atau stagnan.
Analisis
vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang skornya berada di
bawah skor vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo – Mahfud MD sebagaimana diwedarkan
di atas ini dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor vibrasi kepeloporan tokoh Ma’ruf
Amin dan tokoh Mahfud MD dalam kaitannya
dengan dinamika vibrasi eksistensi Bangsa
Indonesia periode 2019 – 2024. Skor vibrasi kepeloporan Ma’ruf Amin
dalam kaitannya dengan kedudukan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia
adalah 80/90; dan skor vibrasi
kepeloporan Ma’ruf Amin sebagai calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024
adalah 60. Sedangkan skor vibrasi
kepeloporan Mahfud MD sebagai calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024
adalah 80/90. Analisis vibrasi
kepeloporan ini memberi petunjuk bahwa seorang tokoh yang memiliki skor vibrasi
kepeloporan yang tinggi dalam suatu lembaga keagamaan bisa mengalami degradasi
vibrasi kepeloporan dalam dunia perpolitikan. Analisis vibrasi kepeloporan ini
pun memberi petunjuk: mengapa vibrasi kepeloporan Mahfud MD yang ternyata
tinggi dalam dunia perpolitikan dan penyelenggaraan negara ternyata mengalami
degradasi dalam lembaga keulamaan, padahal vibrasi kepeloporan Mahfud MD dalam
kaitannya dengan vibrasi jabatan Wakil Presiden sesungguhnya sangat positif
menunjang vibrasi kepeloporan Joko Widodo untuk mengabdikan diri sebagai
Presiden NKRI masa jabatan kedua (periode 2019 – 2024) demi kebangunan bangsa
dan negara. Dengan demikian, sesungguhnya vibrasi kepeloporan Presiden dan
Wakil Presiden RI yang ideal bagi bangsa Indonesia kurun waktu 2019 – 2024
adalah duet vibrasi kepeloporan tokoh
nasional Joko Widodo & Mahfud MD yang memiliki skor vibrasi kepeloporan 100/110. Akan tetapi lantaran salah
satu faktor Triple-X, vibrasi kepeloporan Mahfud MD mengalami stagnasi.
Lalu,
bagaimanakah vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto sebagai calon Presiden RI
masa bakti 2019 – 2024 yang secara resmi berpasangan dengan Sandiaga Uno
sebagai calon Wakil Presiden? Setelah
saya melakukan deteksi dalam keheningan, saya mencatat skor vibrasi kepeloporan Prabowo
Subianto dan Sandiaga Uno sebesar 30/40.
Skor vibrasi kepeloporan 30/40 adalah
skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam kaitannya dengan calon Presiden
RI masa bakti 2019 – 2024. Ternyata skor vibrasi kepeloporan Sandiaga Uno dalam
kaitannya dengan jabatan Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 yang
diincarnya, melebur dalam skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto. Dengan
demikian, jika pada tahun 2019 pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden
dilakukan secara demokratis, jujur dan adil, maka vibrasi kepeloporan Prabowo
Subianto dan Sandiaga Uno sebesar 30/40
sangat sulit membendung vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebesar
80. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar