(Antara 1 Februari
1942 sampai 1 Februari 2020)
Oleh: A. G.
Hadzarmawit Netti
Jantung dan
denyut jantung
JANTUNG adalah
jaringan-jaringan otot yang beratnya hampir seperempat kilogram, atau antara
220 sampai 260 gram, dan besarnya hampir sebesar tinju manusia (pemilik jantung).
Jantung adalah “pompa yang sangat ajaib” di dunia ini, yang melebihi efisiensi
segala sesuatu yang dibuat manusia.
Jantung
tidak bertulang, tidak memiliki persendian dan tidak berkelenjar, tidak banyak
jaringan-jaringan kecuali sejumlah lemak. Bentuknya seperti buah mangga atau
telur, dan terletak di depan dada bagian bawah, sedikit ke sebelah kiri dari
pertengahan, dan ujungnya yang lebih kecil mengarah ke bawah dan ke kiri.
Jantung
mempunyai empat ruang dalam dua tingkat, sebelah atas dan sebelah bawah. Kedua
ruang atas disebut serambi, yaitu serambi kiri dan serambi kanan; dan ruang
bawah disebut bilik, yaitu bilik kiri dan bilik kanan. Dinding bilik jantung
lebih tebal jika dibandingkan dengan dinding serambi. Selain itu, bilik kiri
juga lebih tebal jika dibandingkan dengan bilik kanan. Antara serambi dan bilik
dalam jantung dipisahkan oleh dua sekat Katup-katup yang menghubungkan serambi kanan dan
bilik kanan disebut katup trikuspidalis, sedangkan
katup yang menghubungkan serambi kiri dan bilik kiri disebut katup bikuspidalis. Katup-katup ini mencegah
darah balik lagi dari bilik ke serambi.
Jantung
bekerja diawali dengan berkontraksinya otot jantung sehingga serambi
jantung mengembang dan diikuti dengan
masuknya darah yang miskin O² dari vena kava superior dan inverior
ke serambi kanan. Sedangkan, darah yang mengandung O² masuk dari vena pulmonalis ke
serambi kiri. Dengan masuknya darah ke serambi akan merangsang sekat jantung
membuka. Membukanya sekat jantung ini diikuti dengan terjadinya kontraksi otot
yang menyebabkan serambi jantung menguncup. Akibatnya, darah masuk ke bilik
jantung yang diikuti dengan menutupnya katup pada sekat jantung tersebut.
Proses
berikutnya adalah maksimumnya tekanan bilik jantung (tekanan sistole). Akibat tekanan darah yang
maksimum, darah dari bilik kanan akan dikeluarkan menuju paru-paru melalui
pembuluh arteri pulmonalis. Sedangkan,
darah dari bilik kiri akan disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh aorta. Setelah darah terpompa, otot
dinding bilik berelaksasi sehingga tekanannya menjadi minimum (tekanan diastole). Tekanan sistole dan diastole orang
yang sehat berkisar 120 mmHg dan 80 mmHg.
Manusia hidup terlihat dari adanya
denyut jantung yang ada di tubuhnya. Biasanya, ketika denyut jantung manusia sudah tidak
teridentifikasi, maka dikatakan manusia itu sudah meninggal. Jika jantung berhenti berdenyut, maka
jaringan tubuh tidak lagi menerima darah
segar yang membawa oksigen dan zat makanan. Akibatnya, hidup orang itu
berakhir.
Namun
di rumah sakit, mesin kardiopulmoner
bisa mengambil fungsi/peran jantung dan paru-paru. Karena itu, dokter bisa
menyadarkan orang atau operasi pada jantung, seperti mengganti katup jantung
yang sakit, dengan mesin tersebut.
Denyut jantung normal pada manusia
sesuai dengan usianya dapat dicatat sebagai berikut:
- · Bayi berusia 0-1 bulan = 70 -190 denyut per menit.
- · Bayi berusia 1 – 11 bulan = 80 – 160 denyut per menit.
- · Anak berusia 1 – 2 tahun = 80 – 130 denyut per menit.
- · Anak berusia 3 – 4 tahun = 80 – 120 denyut per menit.
- · Anak berusia 5 – 6 tahun = 75 – 115 denyut per menit.
- · Anak berusia 7 – 9 tahun = 70 – 110 denyut per menit.
- · Anak-anak 10 tahun ke atas dan orang dewasa, termasuk orang-orang lanjut usia = 60 – 100 denyut per menit.
- · Atlet (olahragawan) terlatih = 40 – 60 denyut per menit.
Uraian mengenai jantung dan denyut jantung
di atas ini saya sarikan dari “Pembelajaran Mekanisme Kerja Jantung”; “Fungsi
dan Cara Kerja Jantung” dan “Cara Kerja Jantung in Agaric Pro|Scoop.it” dari media
internet.
Berdasarkan
tinjauan singkat tentang jantung dan denyut jantung di atas ini maka kita dapat
katakan bahwa jantung adalah “mesin kehidupan”, dan denyut jantung adalah
“denyut kehidupan; jikalau jantung berhenti berdenyut maka kehidupan pun
berhenti; dan jika jantung kembali berdenyut maka kehidupan berlanjut.
Denyut Jantung Maria Magdalena Netti-Nge
Pada
hari Sabtu, 1 Februari 2020 Maria Magdalena Netti-Nge (selanjutnya saya sapa,
Maria) genap berusia 78 tahun. Selain itu, pernikahannya dengan suami, A. G. Hadzarmawit
Netti, pada hari Sabtu, 1 Februari 2020 juga genap berusia 51 tahun; sebab
keduanya menikah di Papela, Rote Timur, pada hari Sabtu, 1 Februari 1969
bertepatan dengan hari ulang tahun kelahirannya. Acara makan bersama telah
disiapkan, tetapi suatu peristiwa yang “ditentukan takdir” (“fated”) terjadi pada saat
menunggu kehadiran Pendeta yang akan memimpin doa makan bersama dalam rangka
mensyukuri 78 tahun usia Maria, dan usia pernikahan 51 tahun Maria dan A. G.
Hadzarmawit Netti pada 1 Februari 2020.
Sekonyong-konyong
Maria jatuh tersandar di kursi, jantungnya berdenyut kencang beberapa kali,
lalu berhenti berdenyut. Anak sulung saya, Pietro, segera menghubungi dokter
dan perawat. Setelah dokter dan perawat datang serta berupaya untuk menyadarkan
Maria dengan peralatan medis yang memadai, dokter kemudian berkata kepada saya:
“Opa, kami telah berusaha dengan seluruh kemampuan yang ada, akan tetapi yang
Mahakuasa “di atas” yakni Tuhan menentukan yang lain. Jantung Oma telah
berhenti berdenyut.”
Ya,
jantung Maria telah berhenti berdenyut. Maria tutup usia, tepat pada
tanggal dan bulan kelahirannya, serta tanggal dan bulan pernikahannya, 1 Februari tahun 2020!
Usia sama artinya
dengan umur. Umur artinya “lama waktu hidup atau
ada (sejak dilahirkan atau diadakan)”. Dalam arti kias (perbandingan), umur dipersamakan
dengan hidup. Dengan demikian, Maria yang dilahirkan pada hari Minggu
[siang], 1 Februari 1942, sampai dengan hari Sabtu [siang], 1 Februari 2020 telah
hidup 78 tahun di dunia. Dan ini berarti, selama hidup 78 tahun, jantung Maria terus
berdenyut 78 tahun juga. Demi analisis denyut jantung Maria sejak lahir pada
hari Minggu [siang], 1 Februari 1942 sampai dengan hari Sabtu [siang], 1
Februari 2020, saya andalkan intellectual
faculty (daya
pikiran berdasarkan intuisi) yakni nous, guna mendeteksi dan menetapkan denyut
jantung rata-rata per menit, sejak Maria lahir sebagai bayi manusia pada 1
Februari 1942 sampai dengan tutup usia pada 1 Februari 2020. Ternyata, melalui intellectual faculty (nous), saya memperoleh petunjuk
bahwa denyut jantung Maria rata-rata 73 kali dalam 1 menit.
Catatan sisipan:
intellectual faculty
(nous) yang saya sebut dalam tulisan ini, saya
terima dari ALLAH yang saya imani di
dalam Yesus Kristus sebagai suatu karunia,
setelah saya mengalami renovasi spiritual pada tahun 2001. Dengan intellectual faculty (nous) yang ALLAH karuniakan itu,
sejak tahun 2001 saya dituntun untuk hidup dan berjalan di Jalan Tuhan. Saya
diberi kemampuan untuk memahami Perjanjian Baru bahasa Yunani, sekalipun saya
tidak pernah kuliah di sekolah tinggi teologi. Saya diberi kemampuan untuk
mengetahui isi buku-buku teologi dan artikel refleksi teologis-alkitabiah dalam
sesaat.
Untuk
menghitung dan menetapkan rata-rata berapa kali jantung Maria berdenyut sampai
dengan usianya yang ke-78 tahun pada 1
Februari 2020, langkah-langkah penghitungannya dimulai dengan mencatat jumlah jam
guna mengetahui jumlah menit dalam 1 hari, 1 tahun, dan
seterusnya, sampai jumlah jam untuk
mengetahui jumlah menit pada tingkat usia seseorang, dalam hal
ini Maria, yang hendak dideteksi. Setelah jumlah menit diketahui, barulah jumlah
menit itu dikalikan dengan jumlah denyut jantung (rata-rata) dalam
1
menit sesuai dengan petunjuk intellectual faculty (nous). Langkah-langkah
penghitungannya adalah sebagai berikut:
- · Dalam 1 hari (waktu dari pagi sampai pagi lagi, yaitu satu edaran bumi pada sumbunya) ada 24 jam. Dalam 1 jam ada 60 menit. Dalam 24 jam, 24 x 60 menit = 1.440 menit. Dengan demikian, denyut jantung Maria, dalam 1 hari, 1.440 [menit] x 73 [kali denyut jantung rata-rata setiap 1 menit = 105.120 kali.
- · Dalam 1 tahun (karena dalam 1 hari ada 24 jam, maka dalam 1 tahun yang jumlah harinya rata-rata 365¼ hari) jumlah jamnya, 365¼ x 24 jam = 8.766 jam. Jumlah menitnya, 8.766 x 60 menit = 525.960 menit. Dengan demikian, jumlah denyut jantung Maria dalam 1 tahun, 525.960 x 73 = 38.395.080 kali.
- · Dalam 2 tahun, 2 x 365¼ hari = 730,5 hari. Jumlah jamnya, 2 x 8.766 jam = 17.532 jam. Jumlah menitnya, 2 x 525.960 menit = 1.051.920 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 2 tahun, 1.051.920 x 73 = 76.790.160 kali.
- · Dalam 3 tahun, 3 x 365¼ hari = 1.095.75 hari. Jumlah jamnya, 3 x 8.766 jam = 26.298 jam. Jumlah menitnya, 3 x 525.960 menit = 1.557.880 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 3 tahun, 1.557.880 x 73 = 115.185.240 kali.
- · Dalam 4 tahun, 4 x 365¼ hari = 1.461 hari. Jumlah jamnya, 4 x 8.766 jam = 35.064 jam. Jumlah menitnya, 4 x 525.960 menit = 2.103.840 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 4 tahun, 2.103.840 x 73 = 153.580.320 kali.
- · Dalam 5 tahun, 5 x 365¼ hari = 1.826.25 hari. Jumlah jamnya, 5 x 8.766 jam = 43.830 jam. Jumlah menitnya, 5 x 525.960 menit = 2.629.800 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 5 tahun, 2.629.800 x 73 = 191.975.400 kali.
- · Dalam 6 tahun, 6 x 365¼ hari = 2.191.5 hari. Jumlah jamnya, 6 x 8.766 jam = 52.956 jam. Jumlah menitnya, 6 x 525.960 menit = 3.155.760 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 6 tahun, 230.370.480 kali.
- · Dalam 7 tahun, 7 x 365¼ hari = 2.556.75 hari. Jumlah jamnya, 7 x 8.766 jam = 61.362 jam. Jumlah menitnya, 7 x 525.960 menit = 3.681.720 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 7 tahun, 3.681.720 x 73 = 268.765.560 kali.
- · Dalam 8 tahun, 8 x 365¼ hari = 2.922 hari. Jumlah jamnya, 8 x 8.766 jam = 70.128 jam. Jumlah menitnya, 8 x 525.960 menit = 4.207.680 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 8 tahun, 4.207.680 x 73 = 307.160.640 kali.
- · Dalam 9 tahun, 9 x 365¼ hari = 3.287.25 hari. Jumlah jamnya, 9 x 8.766 jam = 78.894 jam. Jumlah menitnya, 9 x 525.960 menit = 4.73.640 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 9 tahun, 473.640 x 73 = 345.555.720 kali.
- · Dalam 10 tahun, 10 x 365¼ hari = 3.652.5 hari. Jumlah jamnya, 10 x 8.766 jam = 87.660 jam. Jumlah menitnya, 10 x 525.960 menit = 5.259.600 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 10 tahun, 5.259.600 x 73 = 383.950.800 kali.
- · Dalam 20 tahun, 20 x 365¼ hari = 7.305 hari. Jumlah jamnya, 20 x 8.766 jam = 175.320. Jumlah menitnya, 20 x 525.960 menit = 10.519.200 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 20 tahun, 10.519.200 x 73 = 767.901.600 kali.
- · Dalam 30 tahun, 30 x 365¼ hari = 10,957.5 hari. Jumlah jamnya, 30 x 8.766 jam = 262.980 jam. Jumlah menitnya, 30 x 525.960 menit = 15.778.800 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 30 tahun, 15.778.800 x 73 = 1.151.852.400 kali.
- · Dalam 40 tahun, 40 x 365¼ hari = 14.610 hari. Jumlah jamnya, 40 x 8.766 jam = 350.640 jam. Jumlah menitnya, 40 x 525.960 menit = 21.038.400 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 40 tahun, 40 x 21.038.400 = 1.535.803.200 kali.
- · Dalam 50 tahun, 50 x 365¼ hari = 18.262.5 hari. Jumlah jamnya, 50 x 8.766 jam = 438.300 jam. Jumlah menitnya, 50 x 525.960 menit = 26.298.000 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 50 tahun, 50 x 26.298.000 = 1.919.754.000 kali.
- · Dalam 60 tahun, 60 x 365¼ hari = 21.915 hari. Jumlah jamnya, 60 x 8.766 jam = 525.960 jam. Jumlah menitnya, 60 x 525.960 menit = 31.557.600 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 60 tahun, 60 x 31.557.600 = 2.303.704.800 kali.
- · Dalam 70 tahun, 70 x 365¼ hari = 25.567.5 hari. Jumlah jamnya, 70 x 87.660 jam = 613.620 jam. Jumlah menitnya, 70 x 525.960 menit = 36.817.200 menit. Jumlah denyut jantung Maria dalam 70 tahun, 70 x 36.817.200 = 2.687.655.600 kali.
- · Berdasarkan langkah-langkah penghitungan di atas maka ketika Maria genap berusia 78 tahun pada 1 Februari 2020, jantung Maria berdenyut rata-rata sebanyak 2.687.655.600 (jumlah denyut jantung 70 tahun) + 307.160.640 (jumlah denyut jantung 8 tahun) = 2.994.816.240 (dua miliar sembilan ratus sembilan puluh empat juta delapan ratus enam belas ribu dua ratus empat puluh) denyutan. Inilah jumlah rata-rata denyutan jantung Maria yang menjalani hidup selama 78 tahun di dunia! Berdasarkan analisis sederhana ini kita digugah untuk sujud dan mengaku: betapa besarnya keagungan ALLAH yang tersirat dalam denyut jantung dan/atau kehidupan manusia. Dengan demikian, seyogianya, kita harus bersyukur senantiasa kepada ALLAH, pemberi kehidupan, di sepanjang jejak langkah kehidupan dan pengabdian kita.
Jejak langkah
kehidupan dan pengabdian
Shakespeare berkata All the world’s a stage, and all the men and women merely players. They
have their exits and entrances, and one man in his time plays many parts, … (Garth
Boomer, 1970:139). “Seluruh dunia adalah suatu pentas kehidupan. Semua manusia,
laki-laki dan perempuan hanyalah pelakon-pelakon. Mereka mempunyai pintu keluar
dan pintu masuk, dan setiap orang pada masanya memainkan banyak lakon.”
Berdasarkan pernyataan Shakespeare ini saya ingin menelusuri jejak langkah
kehidupan dan pengabdian istri saya, Maria Magdalena Netti-Nge yang telah
meninggal dunia pada hari Sabtu, 01 Februari 2020 menjelang jam 12.00 siang
Waktu Indonesia Tengah di rumah Jln. Kesekrom No.1 Naikolan, Kupang.
Pintu masuk Maria Magdalena Nge ke dalam
dunia sebagai pentas kehidupan terbuka pada hari Minggu [siang], 01 Februari 1942,
ketika lahir di Ufa, Bilba, Rote Timur. Pada mulanya ia berperan sebagai
seorang bayi perempuan yang diasuh ibunya. Kelahiran Maria Magdalena Nge pada
bulan Februari 1942 bertepatan dengan pendudukan tentara Jepang di Kupang pada
21 Februari 1942. Pada waktu itu juga pelabuhan rakyat di kampung Papela di
Rote Timur dikuasai tentara Jepang, dan dijadikan Pangkalan Angkatan Laut
Tentara Jepang. Untuk kepentingan tentara Jepang, rakyat Rote Timur (laki-laki
pekerja yang fisiknya kuat) dijadikan pekerja paksa (romusa). Ayah Maria
Magdalena Nge yang bernama Soleman Nge termasuk salah satu pekerja paksa yang
direkrut oleh tentara Jepang pada tahun 1942. Lantaran beratnya kerja paksa, ia
meninggal dunia di kamp romusa di kampung Manulai di Kupang Barat. Dengan
demikian, Maria Magdalena Nge bersama tiga orang saudaranya diasuh oleh ibunya
yang bernama Agustina Nge-Mau di kampung Ufa (di pungcak gunung Lakamola),
Bilba, Rote Timur.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun
1949, jejak langkah kehidupan Maria Magdalena Nge berlanjut ke kota Baa di
pulau Rote. Ia diasuh oleh seorang paman yang berbudi luhur, Bapak Bessie,
seorang pensiunan Pendeta yang tinggal di Oemau, Baa. Di sinilah Maria
Magdalena Nge disekolahkan oleh pamannya di Sekolah Rakyat enam tahun. Setelah
menamatkan pendidikan Sekolah Rakyat 6 tahun pada tahun 1957, Maria Magdalena
Nge melanjutkan pendidikan sekolah guru (Sekolah Guru B) di Baa, dan berhasil
menamatkan pendidikan SGB pada tahun 1961.
Pada tahun 1962 (tanggal 1 Juli), Maria
Magdalena Nge diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Dinas Pengajaran Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur (I. H. Doko), menjadi Guru Indria yang
diperbantukan pada Daerah Tingkat II Kupang di Sekolah Rakyat Negeri di Papela
Rote Timur. Jejak langkah kehidupan dan pengabdiannya terus berjanjut dari
tahun ke tahun.
Pada tahun 1969, Allah berkenan menjodohkan
Maria Magdalena Nge dengan seorang laki-laki perantau bernama Almodat Godlief
Hadzarmawit Netti. Keduanya menikah pada hari Sabtu, 01 Februari 1969 di
Gereja Ora et Labora, Papela, Kecamatan Rote Timur. Dengan demikian, Maria
Magdalena Nge menyandang marga suaminya, sehingga disebut Maria Magdalena
Netti-Nge. Dari Perkawinan mereka, lahirlah seorang anak laki-laki pertama
bernama Pietro Tonserviteur Mondieu Netti pada 19 Mei 1971, dan pada 07 Oktober
1974, anak laki-laki yang kedua lahir dan diberi nama, Rhymma Benyamin Stanley
Netti.
Mutasi kepangkatan Maria Magdalena Nge
antara tahun 1962 sampai tahun 1979 tidak dapat dicatat dalam tulisan ini
karena musnah dimakan rayap. Yang dapat dicatat hanyalah mutasi kepangkatan
antara tahun 1980 sampai dengan pensiun pada tahun 2002 sebagai berikut: 1
Oktober 1980, Pengatur/IIc; 1 Oktober 1985, Pengatur Tkt I/IId; 1 Oktober 1989,
Penata Muda/IIIa; 1 Oktober 1993, Penata Muda Tkt I/IIIb; 1 Oktober 1995,
Penata/IIIc; 1 Oktober 1997, Penata Tkt I/IIId; 1 Oktober 2000, Pembina/IVa; 1
Maret 2002, Maria Magdalena Netti-Nge dipensiunkan dengan hormat dalam
pangkat/golongan ruang: Pembina/IVa dengan masa kerja pensiun 39 tahun 07
bulan. Karena pengabdian dan dedikasinya terhadap bangsa dan negara di bidang
pendidikan sebagai seorang guru, maka pada tanggal 25 Maret 2002, berdasarkan
Keppres RI. No.009/TK/Tahun 2002, Presiden Republik Indonesia—Megawati
Soekarnoputri—Menganugerahkan Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Sapta
30 Tahun kepada Maria Magdalena Netti-Nge.
Maria Magdalena Netti-Nge tercatat sebagai
guru “spesialis” bagi murid-murid Kelas Satu Sekolah Dasar, dan murid Taman
Kanak-Kanak. Sejak diangkat menjadi Guru SD pada tahun 1962 di SD Negeri
Papela, Kecamatan Rote Timur, sampai tahun 1980, ia tetap diserahi tugas untuk
mengajari murid-murid Kelas Satu. Pada tahun 1981 sampai tahun 1987 ia diangkat
menjadi Kepala Taman Kanak-Kanak MANGGUS di Papela, Kecamatan Rote
Timur. Pada tahun 1987 dipindahkan dari Papela, Rote Timur ke SD Negeri
Naibonat, Kecamatan Kupang Timur. Di sekolah Dasar ini Maria Magdalena
Netti-Nge tetap ditugaskan untuk mengajari murid-murid Kelas Satu. Pada tahun
1992 dipindahkan dari SD Negeri Naibonat ke SD Inpres Kelapa Lima II Kupang. Di
Sekolah Dasar ini pun ia tetap ditugaskan untuk mengajari murid-murid Kelas
Satu, sampai pensiun pada tahun 2002.
Sebagai seorang warga Gereja Masehi Injili
di Timor, pada tahun 2000 Maria Magdalena Netti-Nge dipilih menjadi Penatua
Jemaat Immanuel Oepura sampai tahun 2009; kemudian menjadi Penatua Jemaat
Gunung Sinai Naikolan dari tahun 2009 sampai Desember 2019. Dengan demikian,
Maria Magdalena Netti-Nge menjalankan tugas kepenatuaan selama 19 tahun. Di
samping itu, pada tahun 2014 sampai tahun 2016, di Jemaat Gunung Sinai
Naikolan, Maria Magdalena Netti-Nge memimpin Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Jejak langkah kehidupan dan pengabdian
Maria Magdalena Netti-Nge yang lahir pada 1 Februari 1942, berdasarkan teori
vibrasi yang saya kembangkan, tergolong pada pola kesembilan. Jejak
langkah kehidupan dan pengabdian pola kesembilan, berdasarkan Alkitab, saya
sebut “jejak langkah kehidupan dan pengabdian dalam bayang-bayang yang
memanjang antara tahun kelahiran sampai tahun kematian”. Dalam pola ini, luas
siklus vibrasi tahun kelahiran tidak menentukan jejak langkah pengabdian.
Perhatikanlah luas siklus vibrasi tahun
kelahiran Maria Magdalena Netti-Nge, dan bandingkan atau cocokkan dengan
tahun-tahun pengabdiannya sebagaimana telah diuraikan di atas. Tahun 1942
(tahun kelahiran), luas siklus vibrasinya, 1+9+4+2 = 16 (1+6) = 7. Berdasarkan
penghitungan ini maka vibrasi jejak langkah Maria Magdalena Netti-Nge
dianalisis sebagai berikut: 1942 +7 = 1949 +7 = 1956+7 = 1963+7 = 1970+7 =
1977+7 = 1984+7 = 1991+7 = 1998+7 = 2005+7 = 2012+7 = 2019. Analisis ini memberi
petunjuk bahwa tahun-tahun pengabdian Maria Magdalena Netti-Nge sebagaimana
diuraikan di atas, tidak terkait secara tepat dengan tahun-tahun luas siklus
vibrasi menurut tahun kelahiran sebagaimana dianalisis di atas.
Jejak langkah kehidupan dan pengabdian
Maria Magdalena Netti-Nge yang lahir pada 1 Februari 1942, dan menikah dengan
suaminya, A. G. Hadzarmawit Netti pada 1 Februari 1969, serta kematian (tutup
usia) Maria Magdalena Netti-Nge pada 1 Februari 2020, merupakan suatu
keistimewaan jejak langkah kehidupan pola pertama, dalam relasinya dengan
bilangan
super 3. Perhatikan analisis berikut
ini: 1942 (angka tahun kelahiran Maria) dijumlahkan
dengan 3 (bilangan super): 1942+3 = 1945+3 +1948+3 = 1951+3 = 1954+3 = 1957+3 =
1960+3 = 1963+3 = 1966+3 = 1969+3
= 1972+3 = 1975+3 + 1978+3 = 1981+3 = 1984+3 = 1987+3 = 1990+3 = 1993+3 =
1996+3 = 1999+3 = 2002+3 = 2005+3 = 2008+3 = 2011+3 = 2014+3 = 2017+3 = 2020.
Perhatikanlah tiga tahun yang angkanya
diketik dengan warna merah: Tahun 1942 adalah
tahun kelahiran Maria pada hari Minggu siang,
tanggal 1 Februari. Tahun 1969 adalah
tahun pernikahan Maria dengan suaminya pada
hari Sabtu, siang, tanggal 1 Februari.
Dan tahun 2020 adalah tahun
kematian (tutup usia)
Maria pada hari Sabtu, siang, tanggal 1 Februari. Inilah pola kehidupan tahun kelahiran, perkawinan, dan
kematian yang “ditentukan takdir” (“fated”), yang tergolong sangat istimewa dalam
“jejak langkah kehidupan dan pengabdian pola pertama”. Mengenai “bilangan
super” (3, 6, 9), baca buku saya, Bilangan Super Dalam Konteks Religi dan
Budaya Etnis Rote Ndao, B. You Publishing Surabaya, 2012:37-71.
Catatan sisipan: Jejak langkah kehidupan dan pengabdian Maria Magdalena
Netti-Nge selengkapnya dapat dibaca dalam artikel jejak langkah kehidupan dan
pengabdian A. G. Hadzarmawit Netti, karena pola jejak langkah kehidupan
pasangan suami istri ini identik.
Demikianlah
ringkasan Jejak-jejak langkah kehidupan
dan pengabdian Maria Magdalena Netti-Nge, yang lahir pada 1 Februari 1942;
menikah pada 1 Februari 1969; dan tutup usia pada 1 Februari 2020.
Kontemplasi
Mazmur 90:10a berbunyi: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika
kami kuat, delapan puluh tahun…” Jalan hidup Maria Magdalena Netti-Nge
(selanjutnya akan disapa, Maria) menggenapi ayat ini. Pada 1 Februari 2019:
Maria memasuki usia 70 + 7 tahun (= 77 tahun), yang menunjukkan bahwa sudah 7
tahun Maria melewati batas usia harapan hidup 70 tahun, dan sekiranya kuat, 3
tahun lagi Maria akan mencapai usia 80 tahun. Selain itu, persekutuan hidup
rumah tangga Maria dan suaminya, A. G. Hadzarmawit Netti, genap 50 tahun.
Pada
tanggal 1 Februari 2019 itu pula, berdasarkan intellectual
faculty (nous),
saya temukan “vibrasi (getaran) yang
lemah” dalam langkah kehidupan Maria,
memasuki hari-hari esok. Karena itu, saya selalu menggugah dan mengingatkan
Maria untuk senantiasa bersandar pada Tuhan, sebab jalan hidupnya ke depan,
dari usia 77 tahun menuju ke usia 80 tahun, sangat samar-samar. Berbetulan saya
dan Maria terpanggil sebagai penatua untuk melayani jemaat Gunung Sinai
Naikolan, Kupang, karena itu perenungan dan percakapan tentang hidup dan
pengabdian untuk Tuhan dan sesama manusia senantiasa saya tonjolkan dan
tekankan dalam setiap Ibadah Rumah Tangga dan Ibadah Kaum Bapa di Rayon 1
Jemaat Gunung Sinai Naikolan. Di samping itu, saya dan Maria selalu
berbincang-bincang tentang hidup dan pengabdian di usia senja, karena itu, kami
sudah siap untuk menghadap Tuhan melalui jalan kematian, setelah mencapai batas
usia harapan hidup 70 – 80 tahun (Mazmur 90:10).
Maria
mengalami masalah kesehatan pada 25 November 2019. Ia menjalani “rawat jalan”
dua kali di Puskesmas, dan satu kali di RS DEDARI Kupang. Penyakit yang dialami
tak kunjung sembuh. Empat Minggu Adventus menjelang Natal pada 25 Desember
2019, saya dan Maria tidak dapat mengikuti Ibadah Minggu Adventus Natal. Saya
sehat, karena itu bisa mengikuti Ibadah Minggu Adventus, akan tetapi istri
saya, Maria, dalam keadaan sakit yang membutuhkan perhatian, pengawasan, dan pendampingan
suami. Ini pun merupakan ibadah, bahkan ibadah sejati, yang patut dilaksanakan,
karena itu saya harus tetap setia mendampingi Maria.
Pada
tanggal 24 Desember, ketika Maria menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah
Sakit LEONA Oebufu, Kupang, dokter menganjurkan Maria untuk menjalani “rawat
inap”. Saya terus menjaga dan menemani Maria di RS LEONA, dan setiap saat saya
melakukan percakapan pastoral, memberikan penyadaran dan penguatan iman dan
harap kepada Maria, agar siap menerima ketetapan dan panggilan Tuhan. Pada
tanggal 24 Desember malam, ketika Ibadah Malam Natal dilakukan di berbagai
persekutuan jemaat kristen, saya katakan kepada Maria, dalam bulan Desember
2019 ini kita berdua tidak mengikuti Ibadah Adventus, Ibadah Malam Natal, dan
Perayaan Natal, sebagaimana lazimnya. Kita berdua menjalani minggu adventus dan
Natal secara khusus di Rumah Sakit LEONA, kamar pasien Azalea Nomor 12.
Kendatipun jalan hidup kita dalam bulan Desember 2019 tidak ceria seperti
puluhan tahun yang telah kita lewati,
tabahkanlah hatimu, Maria; dan teguhkanlah imanmu kepada Yesus,
Juruselamat. Maria mengaminkan apa yang saya katakan, seraya mengutip rumusan
kalimat iman rasul Paulus: “…hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan”(Filipi
1:21). Lalu saya menimpali: “Puji
Tuhan.” … …
Pada
tanggal 29 Desember 2019 siang, dokter memperkenankan Maria meninggalkan Rumah
Sakit, dan selanjutnya melakukan kontrol atau rawat jalan sesuai anjuran
dokter. Akan tetapi semua upaya untuk memperoleh kesembuhan tidak membuahkan
hasil. Saya dan Maria terus menjalani “masa adventus”, bukan empat minggu,
melainkan sembilan minggu, yakni 5 minggu di bulan Desember 2019 dan 4 minggu
di bulan Januari 2020 menjelang “hari sukacita” (euphrosunē hēmera) pada
hari Sabtu, 1 Februari 2020, guna mensyukuri usia Maria yang akan genap 78
tahun, dan usia pernikahan saya dan
Maria yang akan genap 51 tahun. … … …
Teringat
saya akan kontemplasi yang saya bersama Maria lakukan pada tanggal 1 Februari 2015,
lima tahun yang telah berlalu: “Hari itu, 1 Februari 2015, adalah hari ulang
tahun Maria, yang genap berusia 73 tahun, dan hari ulang tahun pernikahan
antara saya dan Maria yang genap 46 tahun. Sebagai pasangan nikah masehi yang
ditautkan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, saya dan Maria punya
kerinduan dan harapan pada 1 Februari 2015: semoga gerbang nikah emas (50 tahun
usia pernikahan) yang masih tertutup pada ruang dan waktu bertanda 1 Februari
2019, dapat terbuka bagi kami untuk dimasuki.” Itulah kerinduan dan harapan
kami. Kerinduan dan harapan yang semoga dikabulkan Tuhan. … … …
Kontemplasi
pada 1 Februari 2015 sebagaimana diwedarkan di atas (baca selengkapnya artikel
berjudul, “Kontemplasi” yang telah dimuat di web blog: www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi 01
Februari 2015), saya dan Maria renungkan kembali setiap memasuki tanggal 1
Februari tahun-tahun sesudahnya, sampai tanggal 1 Februari 2019, pada saat saya
dan Maria memasuki gerbang pernikahan 50 tahun, dan usia Maria yang genap 77
tahun. … … …
Tahun 2019 telah berlalu bersama segala
tantangan dan pergumulan sebagaimana telah diwedarkan di atas. Dan ketika saya
dan Maria berada di gerbang pergantian waktu: hari Jumat, 31 Januari 2020,
memasuki hari Sabtu, 1 Februari 2020, jam 00.00, tengah malam, saya dan Maria
pasrahkan diri dalam doa … … …
“Ya,
ALLAH…, dalam keheningan di bilik kontemplasi dalam rumah sederhana
beralamat di Jln. Kesekrom No.1 Naikolan, Kupang, hamba-Mu Almodat Godlief
Hadzarmawit Netti dan istri hamba, Maria Magdalena Netti-Nge berserah diri seraya mengucap syukur kepada-Mu, sebab
Engkau telah memperkenankan kami hidup di dunia, melampaui batas usia harapan
hidup 70 tahun menuju 80 tahun, sekiranya kami kuat. Engkau telah perkenankan
hamba, Almodat Godlief Hadzarmawit Netti hidup selama 79 tahun 114 hari,
terhitung dari hari Kamis, 9 Oktober 1940 sampai dengan hari ini, Sabtu, 1
Februari 2020, jam 00.00 tengah malam buta. Dan bagi istri hamba, Maria
Magdalena Netti-Nge, Engkau telah memperkenankan dia menjalani hidup selama 78
tahun, terhitung dari hari Minggu, 1 Februari 1942 sampai dengan hari ini,
Sabtu, 1 Februari 2020, jam 00.00 tengah malam buta. Hamba-Mu berdua juga
mengucap syukur atas penyertaan dan perlindungan-Mu, karena persekutuan hidup
hamba-Mu berdua sebagai suami istri yang Engkau kukuhkan melalui pernikahan
masehi pada hari Sabtu, 1 Februari 1969, genap berusia 51 tahun pada jam 00.00
malam ini, 1 Februari 2020.
Ya
ALLAH
yang Maha Agung …., kemahakuasaan dan kasih-Mu di dalam Yesus Kristus sungguh-sungguh
menakjubkan. Pada jam doa di tengah malam buta, jam 00.00, hari Sabtu, 1
Februari 2020 ini, hamba-Mu berdua tetap terkenang dan setia pada lagu jemaat
[Gereja Masehi Injili di Timor] tempo dulu, yang menjadi lagu tema kehidupan
hamba-Mu berdua: “Kuminta pakai aku - sehingga
ajalku; di dalam pekerjaan - yang akan
hormat-Mu; di mazbah kutertaruh - Imam
dan Penebus; kunanti akan Dikau - dan
api yang kudus” (Tahlil 76:3).” …
… …
Demikianlah
penggalan doa, yang saya, Almodat
Godlief Hadzarmawit Netti ucapkan, saat bersama Maria Magdalena Netti-Nge
mensyukuri panjang usianya yang genap 78 tahun, dan usia pernikahan kami yang
genap 51 tahun pada jam 00.00, dini hari Sabtu, 1 Februari 2020.
Pada
hari Sabtu, 1 Februari 2020 siang, ALLAH
di dalam Yesus Kristus menghadirkan sukacita sejenak sepanjang subuh
menyongsong matahari pagi. Namun sebelas jam kemudian, menjelang jam 12.00
siang, ternyata telah ditentukan takdir (fated):
“hari sukacita” (euphrosunē hēmera) seketika berubah menjadi “dukacita”
(penthos)
“menjelang mati” (eschatōs
echō). Sebab Yesus Kristus datang menjemput Maria melalui kematian (tutup
usia) pada hari Sabtu, 1 Februari 2020, menjelang jam 12.00 siang itu
juga.” … … …
Maria
tutup
usia. Jantungnya berhenti berdenyut pada usianya yang genap 78 tahun,
dan usia pernikahannya yang genap 51 tahun bersama suaminya, Almodat Godlief
Hadzarmawit Netti.
Berdukacita?
Tentu! Karena insani! Akan tetapi berdasarkan kasih karunia ALLAH
di dalam Yesus Kristus, intellectual faculty (nous)
menganjurkan saya untuk berkata: Maria,
langkah kakimu yang engkau ayunkan sejak masa mudamu, hingga mencapai tapal
batas tutup usiamu pada 1 Februari 2020, terhisab pada langkah kaki orang-orang
yang dikasihi-Nya (1 Samuel 2:9a).
Di
dalam Yesus Kristus, dan demi kemuliaan nama Yesus, saya—sebagai suami yang
sangat mengenal moralitas dan spiritualitas kristiani Maria sejak masa mudanya
di Papela, Rote Timur pada tahun 1963 dan menikah pada 1 Februari 1969; hingga saat tutup usianya di rumah Jln.
Kesekrom No.1 Naikolan, Kupang pada 1 Februari 2020—sungguh-sungguh mengamini
bahwa “TUHAN menetapkan langkah-langkah
orang yang hidupnya berkenan
kepada-Nya” (Mazmur 37:23). Sehingga saya boleh bermadah: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati di dalam Tuhan, sejak sekarang
ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah
mereka, karena segala perbuatan
mereka menyertai mereka.” (Wahyu 14:13).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar