APRESIASI
PUISI pada hakikatnya adalah penilaian (penghargaan) terhadap puisi, dan ini
niscaya melalui suatu proses pengamatan, penelitian yang bertujuan mendalami, menilai,
dan menghayati nilai-nilai puisi. Kegiatan semacam ini hanya bisa terjadi
apabila seseorang mengenal dan secara tekun menggeluti puisi itu sendiri maupun
materi-materi yang bertalian dengan puisi, sehingga di dalam dirinya tumbuh dan
berkembang pengertian serta kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
terhadap puisi. Untuk itu, minat harus dibangkitkan dan digalakkan, sebab tanpa
minat yang sungguh-sungguh, tidak mungkin ada rasa ketertarikan terhadap puisi,
tidak mungkin ada ketekunan mengakrabi dan menggeluti puisi.
Masalah
membangkitkan serta menggalakkan minat seseorang terhadap puisi sangat
ditentukan oleh cara bagaimana puisi
itu diperkenalkan. Cara bagaimana ini
pada gilirannya ditentukan oleh orang
yang terpanggil untuk memperkenalkan puisi itu kepada orang lain. Jikalau
kita batasi pada masyarakat sekolah, maka cara
bagaimana ini sangat ditentukan oleh guru
yang mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia.
Seorang guru
yang telah berhasil menggalakkan dirinya dalam mengalami puisi niscaya dapat menuntun para siswanya untuk menjadi
apresiator puisi yang baik mulai dari bangku sekolah. Sebaliknya, apabila
seorang guru merasa hambar dan dingin terhadap sastra atau puisi, tidak pernah mengalami sastra atau puisi secara
intens, niscaya bidang studi sastra atau puisi pun akan menjadi hambar dan
dingin di dalam ruang kelas, sehingga para siswa tidak dapat dituntun menjadi
apresiator sastra atau puisi yang baik.
Untuk
menggugah para guru yang mengajarkan bahasa/sastra (khususnya puisi), dan untuk
membantu para siswa yang berminat terhadap sastra (puisi), saya mempersembahkan
karangan ini. Karangan ini saya beri judul, Sajak-Sajak
Chairil Anwar Dalam Kontemplasi. “Kontemplasi” artinya “renungan dengan
kebulatan pikiran”, atau “renungan dengan perhatian penuh”. Jadi, “sajak-sajak
Chairil Anwar dalam kontemplasi” berarti “sajak-sajak Chairil Anwar dalam
renungan dengan kebulatan pikiran”, atau “sajak-sajak Chairil Anwar dalam
renungan dengan perhatian penuh”. Dan ini merupakan suatu aktivitas apresiasi
puisi dalam rangka mendalami, menilai, dan menghayati nilai-nilai puisi yang
tersirat di dalam sajak-sajak, yang adalah merupakan wahana pengungkapan nosi
dan emosi imajinatif penyair Chairil Anwar. Dengan demikian, isi buku ini
merupakan kumpulan hasil renungan dan/atau kumpulan hasil berpikir dengan
sepenuh perhatian terhadap sajak-sajak Chairil Anwar yang saya geluti secara
intensif.
Dalam
berhadapan dengan sajak-sajak Chairil Anwar yang dikontemplasikan, saya,
sebagai subyek dengan segala faktor subyektivitas yang melekat pada diri saya,
berupaya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati untuk memahami dan mendalami
nosi dan emosi Chairil Anwar selaku subyek dengan segala faktor
subyektivitasnya yang tersirat di dalam sajak-sajaknya. Dengan demikian, di
mata saya, sajak-sajak Chairil Anwar yang saya kontemplasikan itu bukan melulu
sebagai objek penelitian/telaah dan kontemplasi, melainkan sekaligus sebagai
subyek, di mana faktor-faktor subyektivitasnya patut diapresiasi secara
proporsional di dalam kontemplasi dan dialog imajiner.
Melalui proses
apresiasi puisi sebagaimana dikemukakan di atas ini, barulah saya dapat
memahami dan menghayati nosi dan emosi Chairil Anwar yang tersirat di dalam kata-kata,
ungkapan-ungkapan, serta simbol-simbol yang terdapat dalam larik-larik yang
membangun keutuhan sajaknya. Ya, melalui proses apresiasi puisi sebagaimana
dikemukakan di atas inilah, karangan ini saya persembahkan kepada pembaca.
Semoga
nilai-nilai puisi yang tersirat di dalam sajak-sajak Chairil Anwar yang saya
singkapkan melalui karangan ini tetap bermanfaat bagi kita yang sementara hidup
kini dan di sini
Kupang, 1 Februari
2011
Menyongsong 9 Oktober
2011
A. G. Hadzarmawit Netti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar