(Respons atas
komentar Nuban Timo)
Oleh: A. G.
Hadzarmawit Netti
ARTIKEL
“Maria dan Marta” (www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi 27
Februari 2018) sebenarnya telah dipublikasi pada 26 November 2016, akan tetapi
lantaran suatu kesalahan teknis artikel tersebut bersama artikel-artikel lain
edisi tahun 2016 dan tahun 2017 terhapus. Semua artikel yang terhapus, termasuk
artikel “Maria dan Marta” dapat dipublikasikan kembali di blog bianglalahayyom
pada 22 Februari 2018 di mana artikel “Maria dan Marta” dimuat pada 27 Februari
2018. Artikel “Maria dan Marta” merupakan
tanggapan saya atas artikel Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo berjudul “Maria dan
Marta” yang diterbitkan di koran POS
KUPANG edisi Senin, 2 November 2013.yang
telah lama berlalu.
Menjelang
akhir tahun 2019 artikel yang termuat di internet itu kembali menjadi pokok pembicaraan, karena
komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo yang masuk ke blog saya sebagai
berikut: “Timo 25 November 2019 09.39.
Maaf gan tapi masalah kakak beradik ini benar kata nubantimo, LAI kurang cermat
dalam menerjemahkan kata adik kakak, karena rujukannya juga dari KJV, bahasa
Inggris yang lemah juga dalam hal ini. Kata “sister” adalah untuk saudara tapi
tidak jelas siapa adik siapa kakak. Kalau dari tradisi, yang melayani tamu
selalu kewajiban anak tertua. Karena itu nuban timo berkata Marta adalah
kakaknya. Mungkin untuk referensi jangan baca LAI gan, banyak salahnya. GBU.” Demikianlah komentar yang masuk ke kolom
komentar pada bagian akhir artikel “Maria dan Marta” di blog bianglalahayyom.
Berkenaan
dengan komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo sebagaimana dikutip di
atas ini, saya ingin memberikan respons sebagai berikut: Yesus dalam cakrawala
(jangkauan pandangan) Maria dan Marta sama sekali tidak ditentukan oleh faktor tradisi melainkan faktor
“apresiasi”. Maria dan Marta memiliki apresiasi yang berbeda terhadap Yesus, sekalipun keduanya beradik-berkakak. Maria memandang Yesus tidak saja
terbatas sebagai Tuan (kurie) yang
dihormati, melainkan juga sebagai Guru
(rabbi) yang sangat dijunjung, karena
itu patut didengar ajaran-ajaran dan petuah-petuah spiritualitasnya. Itulah
sebabnya Maria memilih untuk dekatkan
dirinya pada kaki Yesus seraya mendengarkan apa kata Yesus dengan sepenuh hati (Lukas
10:39). Apresiasi terhadap Yesus sedemikian dan pilihan Maria untuk mendekatkan
diri di kaki Yesus secara konsisten, terbaca pula dalam Yohanes 12:3: Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak
narwastu murni yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya. Perbuatan Maria
ini sekaligus memberi petunjuk tentang penghormatan dan pemuliaan yang ia
lakukan terhadap Yesus yang dijunjung sebagai Tuan (kurie) dan Guru (rabbi).
Sedangkan Marta mengapresiasi dan memandang Yesus hanya
sebagai Tuan (kurie) yang harus disambut
dan dijamu (dilayani) secara
terhormat. Itulah sebabnya Marta memilih
untuk bersikap sebagai host (tuan
rumah, pengurus rumah) yang baik budi
terhadap Yesus dan murid-murid-Nya. Dalam Lukas 10:38 dapat kita baca: “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam
perjalan, tibalah Ia di sebuah desa. Seorang perempuan yang bernama Marta
menerima Dia di rumahnya.” Sikap
Marta sebagai host yang penuh
perhatian menyambut Yesus tersirat pula dalam Yohanes 11:20 yang berbunyi “Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang,
ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.”
Apa yang terjadi ketika Yesus dan murid-murid-Nya berada
di rumah Marta, menurut penulis Injil Lukas 10?
Jawabannya tersirat dalam ayat 39: saudara
perempuan Marta yang bernama Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus
mendengarkan perkataan-Nya. Sedangkan
Marta yang memilih untuk bersikap sebagai host (tuan rumah, pengurus rumah)
yang baik budi dan menghormati Yesus sebagai Tuan (kurie) dan murid-murid-Nya (sebagai tamu), sibuk melayani (ayat 40a). Dalam Yohanes 12:1-2, dikisahkan
pula bahwa Marta tetap konsisten terhadap pilihannya untuk melayani Yesus.
Menurut
Nuban Timo, “tradisi melayani tamu selalu kewajiban anak tertua, karena itu Marta.
adalah kakak”. Pertimbangan saya: jikalau benar (berdasarkan tradisi), yang
melayani tamu selalu kewajiban anak
tertua (dalam hal ini Marta sebagai
kakak), mengapa Marta harus
mengajukan protes kepada Yesus mengenai Maria yang duduk di dekat kaki Yesus,
dan meminta agar Yesus menyuruh Maria
membantu Marta yang sibuk melayani tamu? Seharusnya Marta, sebagai anak tertua yang
berdasarkan tradisi wajib melayani tamu, tidak boleh mengemukakan omelan di
hadapan Yesus mengenai sikap adiknya (Maria) yang tidak membantunya.
Berdasarkan
hasil studi saya, Marta bukan kakak Maria, melainkan Maria adalah kakak Marta. Perlu saya
kemukakan di sini bahwa dalam studi, saya merujuk pada Perjanjian Baru Yunani – Indonesia terjemahan LAI (edisi pertama),
cetakan kedua 1994; dan Perjanjian Baru
Yunani – Indonesia terjemahan LAI
edisi kedua, cetakan kedua tahun 2002. Di samping itu, saya juga memperhatikan Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru BPK GM
cetakan pertama 2008; A Pocket
Lexicon To The Greek New Testament by Alexander Souter, M.A. Oxford
University Press 1943; dan Kamus
Yunani-Indonesia, Barclay M. Newman JR. BPK GM cetakan ke-9 Tahun 2002. Terkait
dengan rujukan terhadap PB bahasa Yunani, saya tetap memperhatikan terjemahan
LAI. Terjemahan LAI tidak boleh diremehkan. Terjemahan LAI memenuhi kriteria baik
dan benar, namun karena latar belakang
saya sebagai seorang kritikus sastra, maka saya tidak meng-iya-kan secara mutlak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia oleh
LAI, sebab saya juga dapat memahami PB bahasa Yunani dengan baik dan dapat
menerjemahkan ayat-ayat PB bahasa Yunani secara harfiah maupun secara dinamis fungsional,
dan parafrasa.
Dalam
Yohanes 11:1 PB Yunani-Indonesia 1994, transkripsi
bahasa Yunani Marias kai Marthas tēs
adelphēs diterjemahkan oleh LAI, Maria
dan adiknya Marta. Dalam Yohanes 11:1 PB Yunani-Indonesia edisi kedua,
cetakan kedua tahun 2002, transkripsi bahasa Yunani, Marias kai Marthas tēs adelphēs diterjemahkan oleh LAI, Maria dan saudaranya, Marta. Dalam Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru, transkripsi
kata Yunani adelphēs diterjemahkan saudara perempuan (terjemahan ini sesuai
dengan Kamus Yunani-Indonesia untuk
Perjanjian Baru. Newman Jr., Barclay M., Jakarta 2002). Orang yang memahami
bahasa Yunani niscaya tahu betul bahwa adelphē,
adelphēs artinya saudara (perempuan). dan
adelphos, adelphou artinya saudara (laki-laki). Dalam A Pocket Lexicon To The Greek New Testament,
transkripsi kata Yunani adelphē diterjemahkan
dalam bahasa Inggris dengan kata sister (Lukas
10:39; Yohanes 11:1, 28 RSV & Good
New Bible). Kata sister dalam
bahasa Inggris dapat diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia: saudara
perempuan; adik atau kakak perempuan,
Dalam
kaitannya dengan Maria dan Marta, siapakah di antara kedua perempuan ini yang
berkedudukan sebagai kakak dan/atau adik? Menurut Nuban Timo, sebagaimana telah
dikemukakan di atas, Marta adalah kakak, karena berdasarkan tradisi, yang
melayani tamu selalu kewajiban anak tertua. Jikalau benar Marta adalah kakak, sebagaimana
dijelaskan oleh Nuban Timo, mengapa Marta harus menggerutui adiknya (Maria)
kepada Yesus? Tidak wajar. Tidak sepatutnya, karena Marta adalah kakak, yang
berdasarkan tradisi, wajib melayani tamu. Berdasarkan hasil studi saya, teks
Lukas 10:40 PB bahasa Yunani memberikan petunjuk yang tersirat bahwa
sesungguhnya Maria adalah kakak, dan Marta adalah adik. Transkripsi teks Lukas
10:40 PB bahasa Yunani berbunyi begini: hē
de Martha periespato peri pollēn diakonian epistasa de eipen, Kurie, ou melei soi hoti hē adelphē mou monēn me katelipen
diakonein; eipe oun autē(i) hina moi sunantilabētai. Ayat ini diterjemahkan
oleh LAI sebagai berikut: “sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati
Yesus dan berkata, ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan
aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku’.”
Saya
ingin mencatat empat kata dalam transkripsi teks Lukas 10:40 bahasa Yunani
untuk dianalisis dan dipahami lebih mendalam. Pertama, periespato,
LAI menerjemahkan kata ini, sibuk sekali. Kata periespato,
perispaomai, perispaō, bukan saja berarti sibuk sekali, atau menjadi
sangat sibuk, melainkan juga berarti menjadi bingung, kebingungan;
terbagi-bagi
perhatiannya; hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan).
Semua arti kata dan rasa kata yang tersirat dalam kata periespato sebagaimana
disebutkan inilah yang berkecamuk di dalam benak dan perasaan Marta ketika ia
bekerja, mempersiapkan jamuan untuk Yesus dan murid-murid-Nya. Itulah sebabnya
ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan,
tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku.” Kedua, epistasa, LAI
menerjemahkan kata ini, mendekati [Yesus]. Arti kata dan rasa kata mendekati yang merupakan
terjemahan dari kata epistasa, tidak salah, akan tetapi
arti kata dan rasa katanya sangat hambar, tidak intens. Kata epistasa,
ephistēmi, dalam konteks Marta sesungguhnya memiliki arti
yang sangat intens, yakni: mendesak
maju; sekonyong-konyong datang dan berdiri [di dekat Yesus] (A Pocket
Lexicon To The Greek New Testament, hlm.103). Arti kata epistasa
sebagaimana dikemukakan ini mencerminkan reaksi Marta yang kebingungan
dan hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukannya) ketika mempersiapkan
sesuatu yang dibutuhkan untuk melayani Yesus dan murid-murid-Nya. Ketiga, katelipen,
LAI menerjemahkan kata ini, membiarkan. Terjemahan ini benar,
namun arti kata dan rasa kata ini pun biasa-biasa saja, hambar dan tidak
intens. Kata Yunani, katelipen, kataleipō (A Pocket Lexicon, do.ib. hlm.127) dalam
Luas 10:40 itu sesungguhnya menyiratkan arti yang dinamis, yaitu: melupakan
tugas; meninggalkan tugas, melarikan diri dari tanggung jawab; membengkalaikan tugas;
meninggalkan pekerjaan, dsb. Arti/makna kata inilah yang tersirat dalam
perkataan Marta kepada Yesus, berkenaan dengan pilihan: “Maria duduk dekat kaki
Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya.” Medan makna kata katelipen,
kataleipō inilah tersirat status Marta sebagai adik yang memprotes
Maria sebagai kakak yang sebenarnya berkewajiban mempersiapkan jamuan bagi
tamu, namun ternyata Maria membengkalaikan tugasnya. Dan keempat, sunantilabētai, LAI
menerjemahkan kata ini, membantu. Terjemahan kata ini pun
benar; namun medan makna kata Yunani sunantilabētai selain berarti membantu,
juga berarti bekerja bersama-sama dengan; ambil perhatian
bersama; ambil alih upayaku dan/atau ambil alih pekerjaanku dalam melayani (A pocket Lexicon, do.ib. hlm.246).
Demikianlah gejolak pikiran dan perasaan dalam kalbu Marta sebagai adik terhadap
Maria (kakaknya), yang tidak menghiraukan pekerjaan melayani tamu, melainkan
memilih duduk dekat kaki Yesus untuk terus mendengarkan perkataan-Nya.
Berdasarkan
analisis di atas ini, maka sesungguhnya gejolak pikiran dan perasaan Marta pada saat bekerja seorang diri untuk melayani
Yesus dan murid-murid-Nya, dan protes Marta yang disampaikan secara tegas
kepada Yesus berkenaan dengan pilihan dan sikap Maria yang sama sekali tidak
mempedulikan tugas melayani Yesus dan murid-murid-Nya dalam Lukas 10:40 itu,
memberi petunjuk bahwa Marta adalah “adik” dan Maria adalah “kakak”. Dalam
berhadapan dengan Yesus sebagai kurie dan
rabbi, Maria sebagai kakak tidak
memusingkan kepala tentang hal mempersiapkan makanan dan minuman bagi Yesus dan
murid-murid-Nya, melainkan ia memilih duduk dekat kaki Yesus dan terus
mendengarkan perkataan-Nya. Sedangkan Marta sebagai adik memilih untuk berperan
sebagai host yang berbudi baik untuk
mempersiapkan jamuan makan bagi Yesus dan murid-murid-Nya yang dihormati
sebagai tamu. Namun ternyata Marta kewalahan, bingung, tidak tahu apa yang
harus dilakukannya, sehingga ia menghampiri Yesus seraya menyampaikan tuntutan:
“Suruhlah dia membantu aku.” Makna intens dari tuntutan Marta yang disampaikan
kepada Yesus, sebenarnya begini: “Suruhlah
dia ambil alih pekerjaan melayani
yang kulakukan.” Atas desakan dan/atau tuntutan Marta yang penuh emosi itu,
Yesus berkata: Marta, Marta, engkau
khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang
perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.” (Lukas
10:41,42).
Inilah
respons saya atas komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo sebagaimana
telah dikemukakan pada awal tulisan ini. Terimalah salam saya: ”Selamat
Merayakan Natal 25 Desember yang tak terpisahkan dari Oktav Natal pada 1
Januari dan Epifani pada 6 Januari” ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar