Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 27 Februari 2018

Maria Dan Marta



(Menyimak Opini Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo)


Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Catatan Pendahuluan
Koran POS KUPANG  edisi Sabtu, 2 November 2013 (halaman 4) memuat opini Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo berjudul, “Maria dan Marta”. Pendeta Ebenhaizer Nuban Timo (selanjutnya dalam tulisan ini akan saya sapa, Nuban Timo) adalah mantan  Ketua Sinode GMIT yang sekarang tinggal di  Salatiga, dan menyebut dirinya sebagai Rohaniwan.

Opini Nuban Timo berjudul “Maria dan Marta” yang dimuat di POS KUPANG  tersebut “mengusik” saya untuk menyimaknya. Menyimak artinya meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Upaya menyimak yang saya lakukan ini bukan lantaran opini Nuban Timo tentang “Mari dan Marta” itu sukar dipahami, melainkan lantaran “ke-serampang-an”  yang dilakukan oleh Nuban Timo di dalam beropini tentang “Maria dan Marta”. Keserampangan yang saya maksudkan di sini ialah “perihal serampangan; yang bersifat serampangan; yang bersifat sembarangan saja; yang bersifat seenaknya saja; yang bersifat dengan semau-maunya saja; yang bersifat sewenang-wenang, tidak cermat”; padahal Nuban Timo adalah seorang pendeta yang menyelesaikan pendidikan teologia strata tiga, yang sepatutnya dari dia, kita memperoleh bimbingan dan pelajaran yang bermanfaat. Namun ternyata tidak demikian. Inilah yang mengusik saya untuk menyimak opininya.

Bagian pertama
Alinea pertama opini Nuban Timo, begini: “CERITA tentang dua perempuan sahabat  Yesus ini tak asing bagi warga gereja. Pemaknaan kita terhadap dua tokoh ini umumnya tersistem dalam bingkai hitam putih. Marta masuk dalam bangkai hitam, tak boleh ditiru. Maria adalah figur panutan. Dia adalah teladan para kudus. Inilah pendapat umum di kalangan warga gereja. Berikut ini saya ingin menggugat tafsir hitam-putih ini …” Demikianlah kata Nuban Timo.

Pada alinea pertama opini Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas ini sudah terdapat keserampangan dalam penggunaan dan pemaknaan kata hitam putih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa, edisi keempat, tahun 2008, kata hitam putih artinya keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya. Kalau arti kata ini kita perhatikan maka pemaknaan kita terhadap  tokoh Maria dan Marta yang dikatakan oleh Nuban Timo “umumnya tersistem dalam bangkai hitam putih, seharusnya dipahami: “pemaknaan kita terhadap  tokoh Maria dan Marta umumnya tersistem dalam bingkai keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya”. Dan “tafsiran hitam putih” artinya “tafsiran menurut keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya”.

Jikalau demikian, apa yang hendak digugat oleh Nuban Timo?  Apabila tafsiran hitam putih itu artinya “tafsiran yang tidak menurut keadaan yang sebenarnya, atau tafsiran yang sesat”, maka tafsiran seperti itu patut digugat. Namun ternyata tidak demikian. Kisah tentang Maria dan Marta sesungguhnya telah tersistem dalam bingkai hitam putih menurut penulis Injil Lukas dan bingkai hitam putih menurut penulis Injil Yohanes. Marta tidak masuk dalam bingkai hitam, dan Maria tidak masuk dalam bingkai putih. Melainkan Maria dan Marta sama-sama berada dalam bingkai hitam putih. Ya, Maria dan Marta sama-sama berada dalam bingkai keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya, sebagaimana dikisahkan menurut penulis Injil Lukas, dan/atau sebagaimana dikisahkan menurut penulis Injil Yohanes. Dengan demikian, Maria dan Marta dalam bingkai hitam putih penulis Injil Lukas tidak boleh disamakan dan dicampuradukkan dengan Maria dan Marta dalam bingkai hitam putih penulis Injil Yohanes.

Dengan ini saya hendak menunjukkan bahwa Nuban Timo keliru memahami arti/makna kata hitam putih, sehingga telah beropini, berteologi, dan melakukan tafsiran secara keliru pula tentang “Maria dan Marta”. Dan celakanya, menurut hemat saya, Nuban Timo pada gilirannya telah menghitamputihkan   (= menentukan [memperlakukan] dengan sekehendak hatinya) kisah tentang “Maria dan Marta” .  Kisah tentang Maria dan Marta dalam bingkai hitam putih menurut penulis Injil Lukas dan dalam bingkai hitam putih menurut penulis Injil Yohanes telah  dihitamputihkan (diperlakukan dengan sekehendak hati) oleh Nuban Timo dalam opininya sebanyak 24 alinea. Saya akan membuktikan pernyataan  ini dalam uraian selanjutnya.

Bagian kedua
Pada alinea kedua, Nuban Timo berkata begini: “Segera setelah Yesus dan rombongan para murid pamitan dari rumah kecil di Bethania milik Lazarus, Marta dan Maria, Marta cepat-cepat mengurung diri dalam kamar. Suasana rumah segera berubah sepi dan mencekam. Ada  awan kesedihan dan duka yang menyelimuti rumah itu. Dari dalam kamar tempat Marta bersembunyi  terdengar isak tangis kecil. Maria segera menyadari ada yang tidak beres pada kakak  yang disayanginya itu.”

Pertanyaan saya, “berdasarkan Injil mana, pasal berapa, dan ayat berapa, Nuban Timo membangun opini seperti itu?” Injil Lukas 10:38-42 dan Yohanes 11 dan 12 tidak menceritakan seperti yang dikemukakan oleh Nuban Timo. Dari sumber mana Nuban Timo mengutip dan/atau mendasarkan opininya itu?  Ternyata Nuban Timo telah berfantasi yang tidak berdasarkan pada kenyataan sebagaimana tertulis dalam Injil dan pulang kepada kenyataan yang disaksikan dalam Injil. Ini  namanya fantasi yang menyesatkan. Dan fantasi yang menyesatkan tentang Maria dan Marta ini diwedarkan panjang lebar sampai 24 alinea, sehingga pembaca yang tidak tajam tilik dapat disesatkan.

Pada alinea ketiga terdapat petunjuk bahwa Lukas 10:38-42 merupakan rujukan bagi  Nuban Timo dalam beropini tentang Maria dan Marta, sebab di situ terdapat kalimat, “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”. Akan tetapi pada alinea kedua, Nuban Timo  menyebut Lazarus,  Maria dan Marta yang disebut dalam Yohanes 11;1,2 dan 12:1-3. Jikalau bingkai hitam putih tentang Maria dan Marta merujuk pada Lukas 10:38-42, maka Lazarus tidak disebutkan  sama sekali dalam teks tersebut. Jikalau bingkai hitam putih tentang Maria dan Marta merujuk pada Yohanes 11:1-2; dan 12:1-3, maka “Maria bukannya duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya”, melainkan “Maria meminyaki kaki Yesus (dengan minyak mur [minyak narwastu murni yang mahal harganya]) dan menyekanya dengan rambutnya”. Selain itu, pada alinea 2,3,4,5,7 dan seterusnya,  Nuban Timo mengatakan bahwa Marta adalah kakak Maria, atau Maria adalah adik Marta. Padahal dalam Yohanes 11:1 (PB Indonesia-Yunani LAI tahun 1994) tertulis begini: “Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Dengan demikian, Maria adalah kakak Marta, atau Marta adalah adik Maria. Jadi,  Marta bukan kakak Maria, seperti yang dikhayalkan oleh Nuban Timo.

Dalam PB Indonesia-Yunani LAI tahun 2002 terjemahannya tertulis, “Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus, dari Betania, desa Maria dan saudaranya, Marta.” Kata “saudara” (terjemahan harafiah kata Yunani adelphēs) dalam ayat ini, makna dinamis fungsionalnya, adalah “adik (perempuan)”. Dalam Injil Yohanes 11, penulisan nama yang memiliki pertalian persaudaraan, ditulis secara jenjang bertingkat menurun mulai dari kakak turun ke adik, atau  ditulis  secara jenjang bertingkat ke atas mulai dari adik naik ke kakak. Perhatikan Yohanes 11:1 (penyebutan jenjang bertingkat menurun: Lazarus [kakak] – Maria [adik dari Lazarus] – Marta[adik dari Maria]); ayat 5 (penyebutan jenjang bertingkat ke atas: Marta [adik dari Maria] – [Maria kakak dari Marta] – Lazarus [kakak dari Maria dan Marta]);  ayat 19 (jenjang bertingkat ke atas: Marta [adik] – Maria [kakak]).

Bagian ketiga
Pada alinea keempat dan alinea-alinea selanjutnya Nuban Timo mendustai para pembaca koran POS KUPANG tentang Marta. Dikatakan bahwa “Marta terampil dan lincah, selalu memperlakukan semua tamu yang datang ke rumahnya dengan manja, sehingga semua tamu yang pulang ke rumah mereka pasti pulang dengan senang. Keberadaan Maria dan Marta di Betania disambut baik para tetangga karena kemurahan dan kebaikan hati Marta. Setiap ada waktu luang, Marta pasti menyiapkan makanan kesukaan keluarga atau mencoba sebuah resep baru, lalu membagi-bagikan itu kepada para tetangga dan kenalan.. “ Yang menjadi pertanyaan saya, “dari mana Nuban Timo mengetahui sifat dan perilaku Marta seperti itu, padahal sama sekali tidak dijelaskan dalam Injil Lukas maupun Yohanes? “

Berhubung dengan kematian Lazarus, banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka (Yohanes 11:18,13,33,36), tetapi tidak ada satu ayat pun yang memberi petunjuk bahwa orang-orang Yahudi datang melayat dan menghibur Marta dan Maria lantaran Marta sangat dihormati dan dicintai oleh orang-orang Yahudi .  Selain itu, Nuban Timo mengatakan, “Maria ingat peristiwa di awal tahun waktu Lazarus, Saudara mereka mati”. Yang menjadi pertanyaan juga ialah, “di awal tahun berapakah (pada masa Yesus menjalankan misi kemesiasan-Nya) Lazarus mati?”

Semua yang Nuban Timo kemukakan sebagaimana dikutip di atas, maupun yang diuraikan panjang lebar dalam opininya sebanyak 24 alinea itu pada dasarnya bukan suatu exēgeomai (transkripsi kata Yunani) yang artinya menceritakan, menerangkan, menyatakan, memperlihatkan hal-hal yang tersurat dan tersirat di dalam teks Injil (Alkitab); melainkan suatu eisegese (transkripsi kata Yunani) yang artinya memasukkan pengertian sendiri ke dalam teks Injil (Alkitab) untuk menemukannya. Ini benar-benar suatu keserampangan yang dilakukan oleh Nuban Timo.

Bagian keempat
Pada alinea 7,8,9, dan 10, Nuban Timo mendagel melalui eisegese yang dititipkan dalam percakapan Maria dan Marta: “Kak! Beta minta maaf beribu maaf. Beta sedih sekali karena sudah bikin kakak terluka dan menangis. Mestinya tadi siang beta bantu kakak. Tapi kak tahu, khan? Beta sama sekali tidak bisa masak. Beta perempuan tapi hanya badan saja. Beta pung DNA lebih banyak gen laki-laki….. Beta sedih karena mengapa Tuhan menciptakan beta dengan DNA sebagai perempuan yang peduli pada hal-hal sopan santun dan keramahan, tapi kemudian Tuhan sendiri mengatakan bahwa DNA yang Dia berikan kepada saya itu berada di luar route kebajikan yang diajarkan dan dikehendaki Tuhan. ….. Tapi yang bikin beta sedih dan tidak bisa terima ialah mengapa beta diciptakan Tuhan dengan insting seperti itu? Kalau saja beta boleh memilih, beta akan pilih untuk menjadi seperti yang Tuhan suka, yakni menjadi sepertimu, Maria. Tapi beta dilahirkan seperti yang sekarang. DNA atau insting karater Tuhan yang kasi tanpa tanya persetujuan beta. Lalu mengapa Tuhan kemudian mempersalahkan karakter beta itu? Maria. Lu musti bantu beta, juga berdoa untuk beta. Lu musti omong dengan Tuhan supaya dia memberikan beta DNA yang sama seperti yang Dia berikan untukmu supaya beta secara naluri bisa membuat keputusan sepertimu….”  Demikianlah dagelan Nuban Timo melalui percakapan Maria dan Marta.

Membaca keseluruhan dagelan yang Nuban Timo kemukakan sebagaimana dikutip di atas ini, saya bertanya-tanya:  berlandaskan Injil mana, pasal berapa, ayat berapa, Nuban Timo menguraikan tentang DNA (deoxyribose-nucleic acid) dan gen (yaitu bagian kromosom yang menjadi lokasi sifat-sifat keturunan)  yang terdapat dalam tubuh Marta dan Maria? Apakah pada zaman itu sudah ada ahli yang meneliti tentang DNA dan/atau GEN, dan hasil penelitian itu telah diketahui secara luas dan merata oleh masyarakat pada zaman itu, termasuk Marta dan Maria? Apakah DNA dan GEN bisa kita minta pada Tuhan baru kita memperolehnya? Bukankah DNA dan GEN merupakan faktor  yang seseorang warisi dari leluhur dan orang tua (ayah dan ibunya)? Selain itu, apakah “bisa memasak, bisa membuat kue, bisa membuat minuman, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan praktis di rumah ditentukan oleh DNA?”  Apakah duduk-duduk sambil mendengar percakapan orang lain, atau duduk-duduk untuk mengobrol juga ditentukan oleh DNA?  

Kelihatannya Nuban Timo telah memasukkan pengajaran-pengajaran sesat, dan mengemukakan cerita-cerita isapan jempol (bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya)  dalam berteologi dan dalam menafsirkan kisah tentang Maria dan Marta! Patut dicatat bahwa Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya, BUKAN dan/atau TIDAK dipengaruhi dan ditentukan oleh DNA atau GEN. Demikian pula halnya dengan Marta sibuk sekali melayani, BUKAN dan/atau TIDAK ditentukan oleh DNA atau GEN. Sebab dalam teks Injil yang megisahkan tentang Martha dan Maria itu tidak terdapat satu ayat pun yang menyiratkan faktor DNA  atau GEN.  Untuk bisa memasak nasi, menggoreng ikan, mencuci piring, menyapu pekarangan rumah, Nuban Timo tidak usah berdoa minta DNA atau GEN dari Tuhan. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memasak, menggoreng, mencuci, menyapu, dan sebagainya. Pikiran, hasrat, kemauan dan tenaga untuk melakukan itu yang perlu dinyalakan dan diaktifkan, jangan  dinonaktifkan atau dipadamkan.

Bagian kelima
Perhatikan pula cerita-cerita isapan jempol (bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya) yang Nuban Timo kemukakan pada alinea 13, dan 17. Berikut ini saya turunkan dua cuplikan:  “Coba kakak ingat betapa tadi siang Tuhan sangat menikmati hidangan yang kakak siapkan. Kakak jangan lupa, Yesus makan sampai habis masakan kakak, bahkan Yesus tambah sup buatan kakak dua kali…. Tuhan sangat rileks, bahkan dia asyik menikmati cinta dan perhatian kakak kepadanya dalam bentuk sajian dan santapan yang lezat-lezat. Dia sangat enjoy bahkan bersukacita karena kasih yang kakak tunjukkan itu….”  Apa yang Nuban Timo katakan ini benar-benar bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya. Karena dalam Injil Lukas 10:38-42, maupun Injil Yohanes 12:1-8 tidak terdapat satu ayat pun yang mendukung apa yang dikemukakan oleh Nuban Timo.

Saya rasa, lima catatan di atas ini sudah cukup membuktikan keserampangan Nuban Timo dalam opininya tentang “Maria dan Marta”, yang dimuat di POS KUPANG edisi Sabtu, 2 November 2013. Dengan demikian, saya tidak perlu melanjutkan tinjauan atas keserampangan opini Nuban Timo yang terdapat dalam alinea-alinea selanjutnya sampai alinea terakhir (alinea ke-24).

Catatan penutup
Kalau begitu hikmat apakah yang dapat kita peroleh dari kisah tentang Maria dan Marta sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Lukas 10:40-42?  Mari kita perhatikan terlebih dahulu  situasi yang penulis Injil Lukas gambarkan tentang Yesus, Maria dan Marta dalam ayat 39, 40: “…Maria duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Dalam kata-kata yang Marta ucapkan, tersirat perasaan resah (gelisah, tidak tenang, rusuh hati) dan iri (kurang senang) Marta terhadap Maria yang duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sementara Marta sibuk sekali melayani seorang diri. Faktor inilah yang mendorong Marta datang mendekati Yesus seraya mengungkapkan keluhannya: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Atas keluhan yang Marta sampaikan itu, Yesus menjawab: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani, transkripsi perkataan yang Yesus sampaikan kepada Marta dalam ayat 41 berbunyi begini: …. Martha   Martha, merimna(i)s kai thorubazē(i) peri polla. Kalimat ini jika diparafrasakan, makna yang tersirat di dalamnya begini: “Martha, Martha, engkau khawatir (gelisah, cemas) dan menyusahkan diri (merepotkan diri) mengenai banyak hal (atau dengan macam-macam hal)”. Dan pada ayat 42 Yesus menegaskan: henos de estin chreia. Artinya, “tetapi ada keperluan akan satu hal”. Terjemahan LAI berbunyi, “tetapi hanya satu saja yang perlu”. Mariam gar tēn agathēn merida exelexato hētis ouk aphairethēsetai autēs. Artinya, “Maria telah memilih bagian yang lebih baik yang jangan (tidak boleh) diambil dari dia”. Terjemahan LAI berbunyi, “Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia”.

Hikmat apakah yang tersirat dalam perkataan Yesus sebagaimana terdapat dalam Lukas 10:41- 42 itu?  Ini jawabannya: Pertama, di mata Yesus, Maria telah memilih peranan yang lebih baik. Maria menunjukkan sikap ketaatan, kerendahan, dan dengar-dengaran. Kedua, di mata Yesus, Marta juga telah memilih peranan yang baik, yaitu peranan sebagai diakonos (pelayan) yang melakukan diakonia (pelayanan: dalam teks ini berarti pelayanan meja, mempersiapkan makanan dan minuman bagi Yesus dan murid-murid-Nya). Marta, sesuai dengan pilihannya, seharusnya melaksanakan peranannya dengan sepenuh hati tanpa mencemaskan macam-macam hal, tanpa iri dan bersungut-sungut, sebab pelayanan yang ia lakukan itu adalah pilihannya untuk menjamu Yesus dan murid-murid-Nya. Akan tetapi ternyata Marta melaksanakan tugas pelayanannya dengan tidak sepenuh hati, karena ia menuntut agar Maria pun harus melayani [bekerja] seperti dia. Inilah kesalahan Marta, sehingga Yesus berkata, “Maria telah memilih bagian yang lebih baik yang jangan (tidak boleh) diambil dari dia”.

Secara umum, dalam konteks kekinian kita, pelajaran yang dapat kita pungut dari kisah tentang Maria dan Marta ialah ini: Pertama, pemusatan perhatian dan dengar-dengaran pada Yesus dan firman-Nya, seperti yang dilakukan oleh Maria, lebih baik dari pekerjaan melayani Yesus yang dilakukan dengan tidak sepenuh hati, iri, dan bersungut-sungut seperti yang dilakukan oleh Martha. Atau sebaliknya dapat dikatakan begini:     Pekerjaan melayani Yesus yang dilakukan dengan sepenuh hati, tanpa iri dan tanpa bersungut-sungut, sama dan sebanding dengan pemusatan perhatian dan dengar-dengaran pada Yesus dan firman-Nya. Kedua, Oleh karena itu, jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita (baca Roma 12:3-8; 1 Petrus 4:7-11).

***
*

2 komentar:

  1. Maaf gan tapi masalah kakak beradik ini benar kata nuban timo. LAI kurang cermat dalam menterjemahkan kata adik kakak, karena rujukannya juga dari KJV, bahasa inggris yang lemah juga dalam hal ini. Kata "sister" adalah utk saudara tapi tidak jelas siapa adik siapa kakak. Kalau dari tradisi, yang melayani tamu selalu kewajiban anak tertua. Karena itu nuban timo berkata marta adalah kakaknya. Mungkin untuk referensi jangan baca LAI gan, banyak salahnya. Terima kasih, GBU

    BalasHapus
  2. Baca: https://bianglalahayyom.blogspot.com/2020/01/sekali-lagi-tentang-maria-dan-marta.html

    BalasHapus