Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Rabu, 30 Mei 2018

Majas Metafora


Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

 

DALAM Forum BIBLIKA Jurnal Ilmiah Populer, No.9 – 1999, yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, terdapat tulisan Yonky Karman, M. Th (dosen Perjanjian Lama STT Bandung) berjudul, “Puisi Dan Retorika Ibrani” (Ibid., Hlm.18-26). Yonky Karman  menjelaskan majas  metafora sebagai berikut:“Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan dengan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan berdasarkan persamaan. Pada metafora A adalah B. Dalam Kejadian 49:9, dikatakan ‘Yehuda adalah anak singa.’ Terjemahan Baru LAI menambahkan kata ‘seperti’ (‘Yahuda adalah seperi anak singa.’) dan memberi kesan bahwa ini adalah simile, padahal ini adalah metafora.”  Kemudian Yonky Karman  menjelaskan lebih lanjut: “Berikut ini adalah gambaran situasi pemazmur ketika berada dalam bahaya kritis dikelilingi musuh-musuhnya: “Banyak lembu jantan mengerumuni aku, banteng-banteng dari Basan mengepung aku, mereka mengangakan mulutnya terhadap aku, seperti singa yang menerkam dan mengaum (Mazmur 22:13,14).”

Penjelasan Yonky Karman mengenai majas metafora sebagaimana dikutip di atas ini mirip dengan arti leksikal metafora dalam KBBI (2008:908), namun kurang membantu ke arah pemahanan yang baik dan benar terhadap ayat-ayat Alkitab yang dibangun dengan majas metafora. Selain itu, Mazmur 22:12,13 secara utuh sebenarnya bukan dibangun dalam majas metafora, melainkan majas simile. Kalau perhatian kita hanya tertuju pada ayat 13, maka benar, ayat itu dibangun dalam majas metafora. Tetapi oleh karena Mazmur 22:13,14 itu sebenarnya mengungkapkan satu gagasan, maka gagasan dalam kedua ayat itu dibangun dalam majas simile—bukan metafora. Untuk itu, di bawah ini saya akan menjelaskan majas metafora secara lebih luas.

“Metafora” diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata bahasa Inggris “metaphor”, yang berasal dari kataYunani metaphorā (meta, artinya ‘menyeberangkan’ [dari satu sisi ke sisi yang lain] dan phor-e—phorein, artinya ‘membawa’). Majas metafora adalah cara pelukisan yang didasarkan atas persamaan sifat, fungsi, atau keadaan yang terdapat pada dua obyek yang diperbandingkan. Kalau pada majas simile persamaan dari kedua obyek dikemukakan dengan jelas dalam perbandingan, maka dalam majas  metafora sifat dari obyek yang satu dipindahkan pada obyek yang lainnya. Jadi, hanya salah satu obyek saja yang disinggung dalam perbandingan.

Itulah sebabnya, majas metafora disebut juga majas yang potensial majas simile, atau majas metafora menyatakan secara tidak langsung majas simile. J.C. Nesfield dalam bukunya, Manual Of English Grammar And Composition, dalam bab tentang Figures Of Rhetoric, mengatakan: “A metaphor is a potential or implied simile. In a simile both side of the comparison are distinctly stated; whereas in a metaphor one side is stated, but not the other”. Jadi, apabila suatu kalimat yang dibangun dalam majas metafora seperti, “Ia mengekang nafsunya”, maka kalimat ini menyarankan arti: “ …seperti seorang penunggang kuda mengekang kudanya yang resah dan meronta-ronta, demikianlah ia mengekang nafsunya.”

Berdasarkan penjelasan di atas ini, terlihat bahwa Yonky Karman kurang menyadari bahwa majas metafora itu adalah majas yang potensial majas simile, atau majas metafora itu adalah majas yang menyatakan secara tidak langsung majas simile, ketika ia mengatakan bahwa: “Dalam Kejadian 49:9, dikatakan ‘Yehuda adalah anak singa.’ Terjemahan LAI menambahkan kata ‘seperti’ (‘Yehuda adalah seperti anak singa’) dan memberi kesan bahwa ini adalah simile, padahal ini adalah metafora”.

“Yehuda adalah anak singa” (majas metafora), dapat dibaca “Yehuda adalah seperti anak singa”, atau “Yehuda seperti anak singa”, atau “Demikianlah Yehuda adalah seperti anak singa”, atau “Demikianlah Yehuda seperti anak singa”(majas simile), tanpa terjadi perubahan makna. Dengan demikian, “keterangan similatif” (seperti) dalam klausa pertama Kejadian 49:9 terjemahan LAI yang berbunyi Yehuda adalah seperti anak singa” tidak perlu dipersoalkan seolah-olah LAI salah menerjemahkan, karena  ada korelasi dengan klausa selanjutnya  yang dibangun dalam majas simile, yang berbunyi: “ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?” Ada bermacam-macam majas metafora yaitu: metafora umum; metafora personal; metafora yang ditopang metafora; dan metafora yang berdasarkan sejarah, fabel, dan perumpamaan.

Metafora umum

Yang dimaksudkan dengan metafora umum ialah cara pelukisan yang didasarkan atas persamaan sifat, fungsi, atau keadaan yang terdapat pada dua obyek yang diperbandingkan, di mana sifat, fungsi, atau keadaan dari obyek yang satu dipindahkan pada obyek yang lain. Jadi, hanya satu obyek saja yang disinggung dalam perbandingan. Contohnya: (a) “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub” (Mazmur 46:8). (b) “Terpujilah Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku” (Mazmur 3:4). (c)  “ luputkanlah aku dengan pedang-Mu dari pada orang fasik” (Mazmur 17:13. (d) “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Matius 5:13). “Kamu adalah terang dunia” (Matius 5:14). (e)  “Mata adalah pelita tubuh (Matius 6:22). (f)  “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Matius 10:34). (g) “Barangsiapa tidak memikul salib-nya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Matius 10:38). (h) “Akulah roti yang telah turun dari sorga” (Yohanes 6:41); “Akulah roti hidup” (ayat 48); “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12). (i) “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29); “Akulah pintu ke domba-domba itu” Yohanes 10:7); “Akulah gembala yang baik” (ayat 11). (j) “Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1); “dan kamulah ranting-rantingnya” (ayat 5).

Metafora personal

Suatu majas metafora disebut metafora personal, apabila majas itu melukiskan benda-benda yang tidak bernyawa seolah-olah benda-benda itu hidup. Majas metafora personal sama dengan majas personifikasi, yang diuraikan di bagian lain. Contoh:

“Aku akan mendengarkan langit, dan langit akan mendengarkan bumi” (Hosea 2:20); “Bumi akan mendengarkan gandum, anggur dan minyak, dan mereka ini akan mendengarkan Yizreel.” (ayat 21).

“di tanah yang kering dan haus akan air” (Yehezkiel 19:13); “Maka keluarlah api dari cabangnya yang memakan habis ranting dan buahnya” (ayat 14).

“Sebab batu berseru-seru dari tembok, dan balok menjawabnya dari rangka rumah” (Habakuk 2:11).

“Bukalah pintu-pintumu, hai Libanon, supaya api dapat memakan pohon-pohon arasmu” (Zakharia 11:1); “Merataplah hai pohon-pohon sanobar, …sebab sudah dirusakkan kebanggaan sungai Yordan” (ayat 2,3); “Hai pedang, bangkitlah terhadap gembala-Ku” (Zakharia 13:7).

“Karena hal ini bumi akan berkabung” (Yesaya 4:28).

“Darah adikmu berteriak kepada-Ku dari tanah” (Kejadian 4:10).

“Juga pohon-pohon sanobar dan pohon-pohon aras di Libanon bersukacita karena kejatuhanmu” (Yesaya 14:8); “Tahu malu hai Sidon, sebab laut, benteng laut, berbicara katanya…” (Yesaya 23:4); “Merataplah”, hai kapal-kapal Tarsis, sebab sudah dirusakkan bentengmu!” (ayat 14).

Metafora yang ditopang metafora

Kemiripan atau persamaan yang dinyatakan oleh suatu majas metafora biasanya dibatasi pada satu sisi. Namun sering kali suatu majas metafora dapat ditopang melalui serangkaian ibarat yang sama atau yang seasal. Contoh:

(a) “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allah, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku” (Mazmur 18:3); “Tali-tali maut telah melilit aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku” (ayat 5,6).

(b) “…bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai; padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembah-lembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi” (Mazmur 65:13,14).

(c) “Telah lenyap sukaria dan sorak-sorai dari kebun buah-buahan; telah menghilang dari kebun-kebun anggur tempik sorak dan sorak-sorai” (Yesaya 16:10); “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorai dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai” (Yesaya 35:1,2).

(d) “Sebab pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu apa-apa; mereka semua adalah anjing-anjing bisu, mereka berbaring melamun dan suka tidur saja; anjing-anjing pelahap, yang tidak tahu kenyang” (Yesaya 56:10,11).

(e) “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:11,12); “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah…” (ayat 13-17).

(f) “Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari TUHAN pahit, pahlawan pun akan menangis. Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, hari peniupan sangkakala dan pekik tempur…” (Zefanya 1:14-16).

Metafora berdasarkan sejarah, fabel dan perumpamaan

Majas metafora bukan hanya dapat dilukiskan dari kemiripan-kemiripan atau persamaan-persamaan obyek-obyek, melainkan juga dari kemiripan/persamaan situasi/keadaan. Dan ini dapat diambil dari sejarah, atau dongeng tentang binatang (fabel), atau perumpamaan dan peribahasa, atau pepatah.

Metafora berdasarkan sejarah

Salah satu contoh metafora berdasarkan sejarah yang dapat dikemukakan di sini ialah “penafsiran kematian Yesus”. Setelah Jemaat mula-mula mengalami perpecahan (schism) sehingga menjadi dua golongan, yaitu golongan Kristen Yahudi Ibrani dan Kristen Yahudi Hellenis, maka golongan Jemaat Kristen Yahudi Hellenis inilah yang menafsirkan kematian Yesus secara positif (1 Korintus 15:3,4). Karena pengaruh Hikmat Salomo, Jemaat Hellenis menafsirkan kematian Yesus berdasarkan ide tentang korban yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama, baik yang berkenaan dengan binatang maupun yang berkenaan dengan Hamba TUHAN yang menderita (terutama dalam Yesaya 53). Berdasarkan penafsiran mereka itu, kematian Yesus dipandang sebagai korban dan tebusan yang menghasilkan kebaikan bagi pihak lain. Paulus menerima penafsiran Jemaat Kristen Yahudi Hellenis.

Metafora berdasarkan fable

Fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti): kancil merupakan tokoh utama dalam fabel Indonesia yang berperan sebagai manusia yang cerdik.  Dalam sastra Inggris, fabel yang sangat masyhur yaitu The Animal Farms, karya novelis terkemuka bernama George Orwell. Dari cerita-cerita fabel, gaya bahasa metafora dapat dibangun sehingga muncullah klasifikasi gaya bahasa metafora berdasarkan fabel. Di dalam Alkitab terdapat gaya bahasa metafora berdasarkan fabel dalam Bilangan 22:28 – 30 yang melukiskan tentang seekor keledai betina dapat berbicara dengan Bileam: “Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: ‘Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?’  Jawab Bileam kepada keledai itu: ‘Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.’ Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: ‘Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?’”

Metafora berdasarkan perumpamaan

Perumpamaan atau parabel adalah cerita pendek yang menggambarkan sikap moral dan keagamaan dengan menggunakan ibarat dan perbandingan. Dalam Alkitab terdapat banyak gaya bahasa metafora berdasarkan perumpamaan. Contoh:

(a) “Anak domba betina” yang dikisahkan dalam 2 Samuel 12:1-14 (baca juga ayat 15-25), adalah metafora berdasarkan perumpamaan yang dimaksudkan untuk menggiring raja Daud kepada suatu perasaan bersalahnya dengan menaruh suatu kasus yang paralel di hadapannya.

(b) “ Yesaya 11:6-8 dan 65:25” adalah metafora berdasarkan perumpamaan untuk melukiskan tentang “suasana kehidupan dalam ruang dan waktu yang disebut ‘langit yang baru dan bumi yang baru’, di bawah pemerintahan Raja Damai yang akan datang”.

(c)   Di dalam Perjanjian Baru dapat kita jumpai metafora berdasarkan perumpamaan antara lain: “Perumpamaan tentang seorang penabur”; “Perumpamaan tentang lalang di antara gandum”; “Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi”; “Perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga”; “Perumpamaan tentang pukat”; “Perumpamaan tentang domba yang hilang”; “Perumpamaan tentang pengampunan”, dan lain-lain.

Semoga uraian tentang majas metafora sebagaimana dikemukakan di atas ini bermanfaat bagi para pembaca Alkitab.    ***