Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Rabu, 28 Februari 2018

Mencermati Artikel Zet Malelak: “Nuh, Yusuf dan Musa”



(kritik terhadap cara berpikir orang modern)

Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Catatan pendahuluan

Sebelum mencermati opini Zet Malelak berjudul “Nuh, Yusuf dan Musa [kritik terhadap cara berpikir orang modern]” (Timor Express, Senin, 7 Desember 2015, hlm.4), ada dua hal yang ingin saya catat sebagai bagian pendahuluan dari tulisan ini.

Pertama, saya ingin memperhatikan  latar belakang pendidikan dan profesi Zet Malelak yang menyebut dirinya sebagai akademisi dan motivator. Ketika melacak di internet, saya temukan petunjuk bahwa Zet Malelak menyandang gelar Insinyur (sarjana teknik sipil pertanian) dan gelar M.Si (Master of Science). Ia adalah Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang dan juga sebagai Direktur Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Mardika NTT.

Selasa, 27 Februari 2018

Maria Dan Marta



(Menyimak Opini Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo)


Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Catatan Pendahuluan
Koran POS KUPANG  edisi Sabtu, 2 November 2013 (halaman 4) memuat opini Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo berjudul, “Maria dan Marta”. Pendeta Ebenhaizer Nuban Timo (selanjutnya dalam tulisan ini akan saya sapa, Nuban Timo) adalah mantan  Ketua Sinode GMIT yang sekarang tinggal di  Salatiga, dan menyebut dirinya sebagai Rohaniwan.

Opini Nuban Timo berjudul “Maria dan Marta” yang dimuat di POS KUPANG  tersebut “mengusik” saya untuk menyimaknya. Menyimak artinya meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Upaya menyimak yang saya lakukan ini bukan lantaran opini Nuban Timo tentang “Mari dan Marta” itu sukar dipahami, melainkan lantaran “ke-serampang-an”  yang dilakukan oleh Nuban Timo di dalam beropini tentang “Maria dan Marta”. Keserampangan yang saya maksudkan di sini ialah “perihal serampangan; yang bersifat serampangan; yang bersifat sembarangan saja; yang bersifat seenaknya saja; yang bersifat dengan semau-maunya saja; yang bersifat sewenang-wenang, tidak cermat”; padahal Nuban Timo adalah seorang pendeta yang menyelesaikan pendidikan teologia strata tiga, yang sepatutnya dari dia, kita memperoleh bimbingan dan pelajaran yang bermanfaat. Namun ternyata tidak demikian. Inilah yang mengusik saya untuk menyimak opininya.

Senin, 26 Februari 2018

Marginalia atas Kristologi Dalam Budaya Masyarakat NTT

 
(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)


Catatan awal
Setelah membaca buku Kristologi Dalam Budaya Masyarakat NTT (Cetakan Pertama, Maret 2013), Editor: Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th., M.A., dan Zummy A. Dami, S.Th., M.Pd.; yang diterbitkan oleh Penerbit DIGNA Pustaka; ada sejumlah marginalia yang ingin saya wedarkan dalam tulisan ini. Yang dimaksudkan dengan marginalia di sini ialah “notes written on the margin”, bersinonim dengan catatan samping dalam bahasa Indonesia, yang artinya “catatan atau penjelasan yang ditempatkan pada margin [tepi] kiri atau kanan” [pada halaman buku, ketika buku itu dibaca]. Adapun marginalia atas buku Kristologi Dalam Budaya Masyarakat NTT yang akan saya wedarkan dalam tulisan ini  adalah sebagai berikut:

Minggu, 25 Februari 2018

Tentang Mukjizat dan Pengalaman Spiritual: Tanggapan terhadap Ioanes Rakhmat Bagian III Delta

 
Oleh: A. G.Hadzarmawit Netti


SETELAH mengalami pengalaman spiritual dan beberapa kejadian yang saya yakini sebagai “mukjizat” sebagaimana telah diwedarkan dalam tulisan berjudul, “Tentang Mukjizat dan Pengalaman Spiritual (Tanggapan terhadap Ioanes Rakhmat) Bagian III Beta” (halaman 10 - 18), maka pengalaman spiritual selanjutnya yang saya alami antara bulan Oktober 2001 sampai  9 Desember 2001 akan saya kisahkan di bawah ini.

Pada 9 Oktober 2001 saya memasuki gerbang usia 61 tahun. Pada malam harinya, saya membaca lagi Mazmur 90:10-12 yang saya baca dan renungkan pada 1 Februari 2001, ketika istri saya [Maria] memasuki gerbang usia 59 tahun, dan ketika pernikahan saya dan Maria  memasuki usia 32 tahun. “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”  Demikianlah bunyi Mazmur 90:10-12.  Ayat-ayat ini saya baca beberapa kali, kemudian saya renungkan. Dan setelah tenggelam dalam renungan yang cukup lama, saya berkata: “Ya ALLAH, tujuh puluh tahun ke depan bagi hamba-Mu yang saat ini genap berusia enam puluh tahun hanyalah tujuh langkah ke depan. Karena itu, sekarang ini, pada saat hamba telah memasuki gerbang usia enam puluh tahun, hamba mohon—sesuai syair lagu tema kehidupan  [Tahlil 76:3]: Kuminta pakai aku – sehingga ajalku; Di dalam pekerjaan – yang akan hormat-Mu; Di mazbah kutertaruh – imam dan Penebus; Kunanti akan dikau –dan api yang kudus”.

Sabtu, 24 Februari 2018

Tentang Mukjizat dan Pengalaman Spiritual: Tanggapan terhadap Ioanes Rakhmat Bagian III Gamma



 
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

Pengalaman spiritual pertama
PADA hari Sabtu, 6 Desember 2014 di gedung kebaktian Jemaat Imanuel Oepura, Kupang, dilakukan suatu acara bedah buku, AKAL BUDI & HATI NURANI, karya Pdt. Samuel Hakh. Samuel Hakh bergelar doktor teologi, dan menjadi dosen bidang Perjanjian Baru di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Saya menghadiri acara bedah buku tersebut, dan duduk bersampingan dengan teman saya, Pdt [Emeritus] ABE Poli, M.Th. Sementara menunggu dimulainya acara bedah buku, saya beli dua eksemplar buku dari panitia penyelenggara. Satu buku saya berikan kepada Pdt. ABE Poli [selanjutnya akan  saya sapa, ABE Poli]. Dan ABE Poli segera membuka buku tersebut, melihat daftar isi, kemudian membaca bagian-bagian tertentu dari buku itu, sementara saya masih memperhatikan dan membaca daftar isi. Ketika memperhatikan dan membaca Bab I, bagian A, yang berjudul “Akal Budi”, dengan tiga butir pokok bahasan, yaitu: 1. Pengertian Akal Budi; 2. Nous dalam dunia Yunani; dan 3. Pemakaian istilah nous dalam Alkitab; tiba-tiba saya mendengar suara bergema dalam kalbu saya begini: “bukalah buku yang kaupegang itu, dan baca uraian yang tertulis pada halaman delapan belas. Camkan baik-baik! Engkau akan menemukan kesalahan dan kekurangan paling fatal pada halaman tersebut. Pertanyakanlah secara langsung kepada penulis buku mengenai kesalahan dan kekurangan paling fatal yang kautemukan itu pada saat acara tanya-jawab nanti. Sesungguhnya, ada banyak kesalahan dan ketidakcermatan uraian pada halaman-halaman lain dalam buku tersebut. Namun pada kesempatan acara ini, cukuplah kaupertanyakan  kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada halaman delapan belas itu.”  Demikianlah  suara yang saya dengar bergema dalam kalbu saya.

Jumat, 23 Februari 2018

Tentang Mukjizat Dan Pengalaman Spiritual: Tanggapan Terhadap Ioanes Rakhmat Bagian III Beta




Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Catatan pengantar
Tanggapan bagian ketiga beta merupakan bagian tak terpisahkan dari tanggapan bagian ketiga alfa, yaitu tentang “Mukjizat dan Pengalaman Spiritual” yang tidak diakui dan/atau disangkal oleh Ioanes Rakhmat. Berikut ini saya akan kisahkan beberapa realitas faktual yang saya alami, yang tak terpisahkan dari apa yang disebut mukjizat, miracle, yang benar-benar ajaib, marvelous.

Pertama, pada bulan Juli 1961, di Kuanino, Kupang, ayah saya, Hanok Netti meninggal dunia. Kakak saya, Albinus Lodewyk Netti ketika itu sedang kuliah di STT Jakarta, dan saya baru naik kelas dua pada SMA Negeri Kupang. Ketika ayah  meninggal, saya tidak berada di rumah, karena sedang berkunjung ke rumah teman di Naikoten, yang berjarak sekitar dua kilometer dari rumah saya. Kedua orang adik saya, Gretta dan Steven, mencari saya ke beberapa rumah teman untuk memberitahukan tentang kematian ayah, namun tidak berhasil menemukan saya; dan akhirnya, berdasarkan informasi dari salah seorang teman, sekitar jam 19.00 malam barulah keduanya dapat bertemu dengan saya di Naikoten. Dalam keadaan terisak-isak keduanya memberitahukan kepada saya bahwa ayah telah meninggal dunia pada sekitar jam 16.00 petang. Saya bergegas kembali ke rumah bersama Gretta dan Steven. Ketika tiba di rumah, banyak tetangga telah melayat. Ada beberapa pemuda dan bapa-bapa yang mulai mempersiapkan bahan untuk mendirikan tenda duka di halaman depan rumah. Saya segera masuk ke kamar di mana ayah terbujur diam tak bernyawa. Ibu duduk di sebuah kursi di samping tempat tidur di mana tubuh ayah terbujur. Beberapa keluarga dan tetangga juga ada di situ. Ibu menitikkan air mata kesedihannya ketika melihat saya masuk ke kamar. 

Kamis, 22 Februari 2018

Tentang Mukjizat Dan Pengalaman Spiritual: Tanggapan Terhadap Ioanes Rakhmat Bagian Ketiga Alfa




Oleh: A.G. Hadzarmawit Netti


Catatan pengantar
Tentang mukjizat dalam kitab-kitab suci, Ioanes Rakhmat mengatakan sebagai berikut: “Semua kisah mukjizat dalam kitab-kitab suci adalah kisah-kisah imajiner yang disusun post actum atau post eventum, disusun jauh sesudah fakta atau kejadian yang sebenarnya yang tidak sensasional, dengan tujuan-tujuan apologetik keagamaan atau tujuan-tujuan propaganda politis keagamaan, bukan tujuan-tujuan melapurkan fakta-fakta sejarah apa adanya (2013:44). “Jadi, kalau bagi para penulis kitab-kitab suci kuno suatu mukjizat adalah sebuah realitas faktual (tentu saja, realitas faktual yang ada hanya dalam imajinasi subjektif mereka!) yang terjadi karena Allah bebas melakukannya kendatipun sang Allah ini harus melanggar hukum-hukum alam yang sudah ditetapkannya, maka bagi kita yang hidup dalam zaman di mana sains modern menjelaskan segala sesuatu yang terdapat dalam dunia material, kisah-kisah tentang mukjizat dalam kitab-kitab suci adalah fiksi. The story world kisah-kisah ini fiktif, meskipun kisah-kisah ini dikarang untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan historis kontekstual si pengarangnya dan komunitas keagamaannya pada zamannya di tempatnya sendiri” (2013:45). Dan pada halaman 47 buku tersebut, Ioanes Rakhmat membuat simpulan: “Jadi, menurut hukum-hukum sains, mukjizat sama sekali tak dimungkinkan terjadi.”

Informasi




Pengunjung yang saya hormati.
Pada tanggal 30 Januari 2018 yang lalu telah terjadi suatu kesalahan teknis sehingga artikel-artikel di blog ini yang dimuat pada edisi tahun 2016 dan tahun 2017 terhapus. Berkenaan dengan itu, maka sekarang barulah artikel-artikel yang terhapus itu dimuat kembali sesuai urut-urutannya.