Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 16 Februari 2016

Tentang Penciptaan, Taman Eden, Adam Dan Hawa (Tanggapan Terhadap Ioanes Rakhmat) Bagian II


Oleh: A. G.Hadzarmawit Netti

 
Gambar: jawaban.com
Catatan pengantar
Ioanes Rakhmat dalam bukunya (2013:202-207) menyindir habis-habisan orang beragama yang menjunjung kisah penciptaan, taman Eden, Adam, dan Hawa sebagaimana tertulis dalam Perjanjian Lama (kitab Kejadian). Kisah penciptaan (Kejadian 1:1-31 dan 2:1-4a); Taman Eden, Adam, dan Hawa (Kejadian 2:8-25; 3:1- 24) merupakan mitos, dongeng, fiksi teologis, yang direndahkan sampai pada taraf tak bermakna yang patut disingkirkan. Hal ini ia lakukan dengan terlalu nekat karena ia telah menjadi seorang agnostik dan/atau ateis, serta mengambil posisi konflik abadi dengan agama yang semula dianutnya.

Akan tetapi kenekatan Ioanes Rakhmat merendahkan dan menafikan mitos, fiksi teologis tentang kisah penciptaan, Taman Eden, Adam dan Hawa yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian, sesungguhnya  sangat konyol. Mengapa saya katakan kenekatan Ioanes Rakhmat sangat konyol? Sebab, di bagian lain dari bukunya, Ioanes Rakhmat berkata begini: “Teologi ternyata juga memerlukan dan memang memakai fiksi-fiksi atau kisah-kisah imajinatif sebagai wahana-wahana sastra komunikatif untuk menyampaikan pesan-pesannya. Fiksi juga menyandang suatu nilai religius. Dengan fiksi juga, orang dapat membuat banyak hal dalam dunia ini make sense, bermakna, dapat dimengerti dan masuk ke dalam akalnya. Fiksi memang bisa membangun suatu moralitas yang bagus pada diri seorang beragama, dan bisa juga membuatnya lebih berhikmat, imajinatif, berbahagia dan terhibur dalam arti-arti tertentu, dan dapat membantunya masuk ke dalam berbagai pengalaman religius yang diproses dalam organ otak manusia.” (2013:52).

Senin, 25 Januari 2016

Tentang Allah, Agama, Dan Manusia (Tanggapan Terhadap Ioanes Rakhmat) Bagian I



Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

Gambar: Intisari Online

KETIKA membaca buku Ioanes Rakhmat, Beragama dalam Era Sains Modern (Jakarta. Pustaka Surya Daun 2013),  saya teringat kepada Kazuo Murakami, Ph.D, seorang ahli genetika terkemuka dunia berkebangsaan Jepang. Ia telah terlibat dalam penelitian ilmu tentang kehidupan selama lebih dari 40 tahun, dan setengah terakhir dari waktu itu didedikasikan untuk penelitian genetika. Ahli genetika terkemuka dunia pemenang Max Plank Research Award 1990 dan Japan Academy Prize 1996 ini, dalam bukunya The Divine Message of the DNA (2007), mengatakan, antara lain:

“Walaupun pada awalnya kami percaya bahwa dengan menafsirkan kode genetik itu akan memecahkan misteri kehidupan,  semakin lama semakin jelas bahwa hidup tidaklah sesederhana itu. Semakin jauh kami mempelajari bahkan satu sel saja, semakin banyak kami mengerti akan tingkat kerumitannya yang sangat tinggi. Mekanisme kehidupan adalah sebuah misteri yang mengagumkan. Orang-orang berbicara mengenai ‘hidup’ seolah kehidupan adalah sesuatu yang sederhana, tetapi tidak ada seorang manusia pun yang dapat bertahan hidup hanya melalui usaha secara sadar.