Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Kamis, 27 September 2012

SASTRA DAN KRITIK SASTRA


Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

PADA awal bulan Juni 2012 lalu, ada seorang pemuda bertamu ke rumah saya. Pemuda itu memperkenalkan diri sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di kota Kupang, yang berminat terhadap sastra. Ketika berbincang-bincang tentang sastra, pemuda tersebut mengemukakan beberapa pernyataan sastrawi seraya memintakan komentar atau pendapat saya. Pemuda itu berkata begini, “Bapa, ada orang mengatakan, ‘bila sastra terlalu teori, maka sastra hanyalah sebuah barang rongsokan. Bila tak ada naluri dalam sastra, maka hanya artifisial. Kalau dogma ditimpakan atasnya, maka sastra seperti jenazah yang tak mau dikuburkan. Sastra adalah bukan untuk dimengerti, tetapi untuk dinikmati.’ Bisakah Bapa jelaskan kepada saya pernyataan ini?” Sang pemuda mengakhiri pembicaraannya seraya menatap saya. Dari tatapannya, saya memperoleh kesan bahwa sang pemuda itu sungguh-sungguh mengharapkan komentar atau jawaban saya.

MENUMBUHKEMBANGKAN MINAT SASTRA GENERASI MUDA DI DAERAH NTT

Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti
        
YANG menjadi pertanyaan untuk direnungkan berkenaan dengan judul tulisan ini ialah: “Apakah sastra itu bermanfaat sehingga minat sastra generasi muda di daerah NTT perlu ditumbuhkembangkan?”
Uraian berikut ini akan mencoba memberikan jawaban atas Pertanyaan yang dikemukakan di atas ini.

Sabtu, 23 Juni 2012

BILANGAN SUPER

Dalam Konteks Religi Dan Budaya Etnis Rote Ndao

KATA PENGANTAR

NAMA Pythagoras (570 sebelum Masehi – 495 sebelum Masehi)  sudah tidak asing lagi dalam dunia filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti (matematika). Pythagoras berpendapat bahwa segala sesuatu adalah bilangan-bilangan. Betapa pun luasnya alam semesta ini, unsur-unsur dan setiap perubahan di dalamnya dapat ditentukan dengan satuan-satuan bilangan. Sebagai percobaan, Pythagoras menggunakan dawai mono chord (dawai yang memiliki senar tunggal). Setiap perubahan panjang senar dengan perbandingan yang tetap (1:2; 2:3; 3:4) akan menghasilkan nada yang berbeda untuk setiap perbandingan, namun kedengarannya sangat harmonis.

Kamis, 07 Juni 2012

TRITUNGGAL (Bagian Kedua)


TANGGAPAN ATAS
PA GKRI EXODUS
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

Dalam tulisan bagian kedua ini saya akan menguji bukti-bukti yang dikemukakan oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M., (selanjutnya saya singkatkan, YTH) dalam tulisannya berjudul “Doktrin Tritunggal: Penjelasan dan Pembelaan (1) Keilahian Yesus: Gelar ‘Tuhan’”, khususnya pada halaman 5 dan 6 yang menyatakan bahwa Yesus adalah YHWH.

Rabu, 02 Mei 2012

TRITUNGGAL (Bagian Pertama)


TANGGAPAN ATAS
PA GKRI EXODUS
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

SETELAH  membaca naskah “PA GKRI EXODUS TRITUNGGAL” yang disusun oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M., maka saya tertarik untuk mengemukakan tanggapan berkenaan dengan doktrin Tritunggal yang dijelaskan dalam naskah tersebut. Dalam tulisan ini saya hanya akan menanggapi konsepsi teologis-alkitabiah seputar doktrin Trinitas saja, Materi-materi lainnya, untuk sementara saya langkaui. Mudah-mudahan akan saya bahas pada kesempatan lain.

Kamis, 29 Maret 2012

L O G O S (1)


Kita tidak dapat menyangkali akan adanya ‘motif akomodasi’ dan ‘motif distansi’ yang saling bergumul di dalam keseluruhan pikiran ‘apologetis’, dan di dalam usaha untuk menyesuaikan iman Kristen dengan pikiran dan kebudayaan pada waktu tertentu. Apa yang dikatakan ini selalu ada supaya Injil Yesus Kristus didengar dan dimengerti oleh manusia dengan berlatar belakang kebudayaannya pada setiap ruang dan waktu tertentu. Usaha ini jelas sekali pada para apologet. Mereka mengkonfrontasikan dan menyesuaikan Injil dengan pikiran dan ilmu (filsafat) Yunani. Peristilahan dan dunia pikiran Hellenisme digunakan untuk mengungkapkan kabar baik tentang Allah dalam Yesus Kristus. Salah satu contoh yang paling spesifik yang dapat ditunjukkan di sini ialah: doktrin tentang logos.

Senin, 16 Januari 2012

BERBUAT BAIK (2)


OPINI Buang Sine berjudul “Bila Berbuat Baik, Engkau Masuk Sorga!”, sangat sederhana, karena hanya sebagai sebuah ungkapan pemahaman seorang awam (anggota jemaat biasa) atas firman Tuhan yang dibacanya. Sebagai seorang anggota jemaat biasa yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta mengakui firman Tuhan itu, seperti kata pemazmur dalam Mazmur 119:105, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”, Buang Sine tidak berteologi yang muluk-muluk. Menurut kesan saya, ketika membaca Alkitab, Buang Sine setidak-tidaknya hanya merenungkan bagian-bagian Alkitab yang dibacanya itu dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan: (a) apakah yang dikatakan di dalam bagian Alkitab yang dibaca itu tentang Tuhan (perkataan dan perbuatan-Nya); (b) apakah yang dikatakan di dalam bagian Alkitab yang dibaca itu tentang manusia; (c) apakah yang dikatakan di dalam bagian Alkitab yang dibaca itu tentang sesama manusia; (d) apakah yang dikatakan di dalam bagian Alkitab yang dibaca itu tentang alam; dan (e) adakah anjuran, perintah, larangan, atau peringatan yang harus ditaati, dilaksanakan, dijauhi, atau diwaspadai di dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai seorang percaya/orang beriman (Langkah-langkah Merenungkan Alkitab).

BERBUAT BAIK (1)


Catatan Pendahuluan


            BERAWAL dari opini “Seputar Paham Pluralisme Agama -- Bisakah Selamat Dengan Berbuat Baik” (bagian pertama dari empat tulisan) yang ditulis oleh Esra Alfred Soru, pengajar Systematic Theology di Sekolah Teologi Awam “PELANGI KASIH” dan Kursus Alkitab “AIR HIDUP” (Timex, Senin, 27 Maret 2006), maka muncullah sebuah tanggapan berjudul “Bila Berbuat Baik, Engkau Masuk Sorga!”, Dialog Santai: To’o Mahatahu deng Ama Tukang Batanya, yang ditulis oleh Buang Sine (Timex, Selasa, 11 April 2006).