Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Kamis, 07 Juni 2012

TRITUNGGAL (Bagian Kedua)


TANGGAPAN ATAS
PA GKRI EXODUS
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

Dalam tulisan bagian kedua ini saya akan menguji bukti-bukti yang dikemukakan oleh Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M., (selanjutnya saya singkatkan, YTH) dalam tulisannya berjudul “Doktrin Tritunggal: Penjelasan dan Pembelaan (1) Keilahian Yesus: Gelar ‘Tuhan’”, khususnya pada halaman 5 dan 6 yang menyatakan bahwa Yesus adalah YHWH.

(1) Yesus disebut sebagai :TUHAN kebenaran kita” (Yeremia 23:5-6). Benarkah Yesus disebut sebagai TUHAN kebenaran (keadilan) dalam Yeremia 23:5-6?  Jawab saya, tegas, Tidak. Ketika Yesus lahir dan mengemban misi mesianik-Nya di Palestina, Dia tidak pernah memerintah sebagai Raja sebagaimana disebutkan dalam ayat 5. Yesus juga tidak membebaskan Yehuda, dan Israel juga tidak hidup dalam ketenteraman. Sebaliknya, Yesus ditolak oleh bangsanya sendiri dan disalibkan. Yesus tidak datang ke dunia, pada waktu itu, untuk menggenapi nubuat mesianik politis Yeremia 23:5-6. Ini penting ditegaskan, agar kita tidak mengada-ada di dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab [Perjanjian Lama].

Dalam terang kesaksian Perjanjian Baru, kita dapat menyebut Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6). Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena Yesus adalah benar (1 Yohanes 2:29; 3:7). Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena hanya dari Yesus sajalah kita dapat belajar dan menerima pengajaran menurut kebenaran yang nyata dalam Dia (Efesus 4:21). Ya, Yesus adalah Tuhan kebenaran kita, karena Ia sebagai Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal (1 Yohanes 5:20). Kata ganti persona ketiga “Dia” yang disebutkan pada awal kalimat  terakhir dalam 1 Yohanes 5:20 itu bukan menunjuk kepada Yesus, melainkan menunjuk kepada Dia, yaitu “Allah Yang Benar”.

(2) Yesus adalah YHWH yang akan datang setelah Yohanes Pembaptis (Maleakhi 3:1; 4:5-6; Lukas 1:17,76). Benarkah Maleakhi 3:1 menyaksikan bahwa Yesus adalah YHWH yang akan datang setelah Yohanes Pembaptis? Jawab saya, tegas, Tidak. Maleakhi 3:1 sama sekali tidak menyebut Yesus adalah YHWH. Untuk memahami Maleakhi 3:1, saya akan merekonstruksi ayat tersebut  sebagai berikut: (a) Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! (b) Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! (c) Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang. (d) firman TUHAN semesta alam.

            Berdasarkan rekonstruksi ayat di atas ini, maka Maleakhi 3:1a dapat dihubungkan dengan Maleakhi 4:5. Utusan dalam ayat ini (Ibrani: mal’ak)  dapat ditafsirkan dan dikenakan terhadap Yohanes Pembaptis sebagai utusan Tuhan yang mempersiapkan jalan bagi kehadiran Yesus (Lukas 1:17; Matius 3:1-3, par.). Peranan utusan  ini begitu penting sehingga pada Maleakhi 3:1c  ia disebut kembali sebagai suatu penegasan dengan sebutan Malaikat Perjanjian (Ibrani: mal’ak habberit). Kata Ibrani mal’ak yang diindonesiakan dengan kata malaikat  sebenarnya berarti utusan. Jadi, yang disebut Malaikat Perjanjian dalam Maleakhi 3:1c itu sebenarnya adalah utusan perjanjian yang dinubuatkan akan datang menjelang datangnya hari TUHAN. Dan utusan perjanjian itu ialah Elia yang dinubuatkan dalam Maleakhi 4:5-6. Dengan demikian, Tuhan  yang disebutkan dalam Maleakhi 3:1b relevan ditafsirkan dan dikenakan kepada Yesus.  Sedangkan TUHAN semesta alam yang disebut dalam Maleakhi 3:1d itu adalah YHWH, yang berfirman dengan perantaraan Maleakhi. Berdasarkan tinjauan ini tafsiran yang menyatakan Yesus adalah YHWH merupakan salah kaprah.

            YTH mencatat pula bahwa dalam Matius 3:3 Yesus disamakan dengan YHWH di Yesaya 40:3. Mari kita perhatikan bunyi Matius 3:3: “Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: ‘Ada suara orang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, Luruskanlah jalan bagi-Nya’”. Ayat ini dikutip dari Yesaya 40:3 dengan sedikit perubahan. “Ada suara yang berseru-seru:”(Yesaya 40:3), menjadi “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun:” (Matius 3:3); “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN,” (Yesaya 40:3), menjadi “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,” (Matius 3:3); dan “Luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yesaya 40:3), menjadi “Luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Matius 3:3). “Jalan untuk TUHAN (YHWH)” dalam Yesaya 40:3) diubah oleh penulis Injil Matius menjadi “jalan untuk Tuhan”. Dalam teks bahasa Gerika, transkripsinya berbunyi tēn hodon kuriou, terjemahan harafiahnya: jalan Tuhan.

            Yesaya 40:3-5 adalah seruan pertobatan sebagai prasyarat untuk dapat menerima penyataan kemuliaan YHWH. Nada seruan pertobatan ini diadopsi oleh penulis Injil Matius untuk dikenakan kepada Yohanes  Pembaptis yang tampil di padang gurun Yudea untuk memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (perhatikan Matius 3:1-3). Frasa “Persiapkanlah jalan Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” adalah seruan atau imbauan pertobatan untuk berbenah diri. Jalan Tuhan adalah sebuah ungkapan metafora yang artinya: “pandangan hidup dan cara hidup menurut kehendak Tuhan”. Sebab menurut Alexander Souter,   metafora dari kata Gerika tēn hodos berarti the way of life (A. Pocket Lexicon To The Greek New Testamen, 1943:171). Dengan demikian, tidaklah benar apabila kata atau sebutan Tuhan  dalam Matius 3:3 ditafsirkan seolah-olah menunjuk kepada Yesus yang disamakan dengan YHWH.
           
            (3) Dalam Matius 21:16 Yesus mengutip Mazmur 8:3 untuk membenarkan tindakan anak-anak kecil yang memuji Dia, padahal Mazmur tersebut ditujukan kepada Yahweh (band. Mazm 8:2). Di dalam menanggapi imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat yang jengkel mendengar anak-anak berseru  mengagung-agungkan Yesus di dalam Bait Allah, Yesus mengutip secara bebas  Mazmur 8:3 dengan membuat variasi terhadap ayat tersebut. Perhatikan Mazmur 8:3 dan variasi yang Yesus buat terhadap ayat yang dikutip-Nya itu. “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam” (Mazmur 8:3). Yesus mengutip ayat ini secara bebas dan membuat variasi sebagai berikut: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian”.  Apakah dengan ayat ini Yesus menyatakan diri-Nya adalah YHWH?  Jawab saya, Tidak. Dengan ayat ini Yesus membenarkan puji-pujian yang diserukan oleh anak-anak kepada-Nya: “Hosana bagi Anak Daud!”  Puji-pujian ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Yesus adalah YHWH, melainkan Yesus adalah Anak Daud yang bersinonim dengan Mesias. Dengan demikian, tafsiran yang menyatakan bahwa Matius 21:16 menunjukkan bahwa Yesus adalah YHWH sesungguhnya tafsiran yang sangat salah.

            (4) Dalam Yohanes 1:14 disebutkan bahwa Yesus (Firman) diam di antara kita. Kata Yunani di balik kata “diam” adalah skhnow [sic!], yang seharusnya diterjemahkan “tabernakel”. Kata ini mengingatkan kita pada YHWH yang membuat kediaman-Nya di antara umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru kata skhnow [sic!] hanya dipakai untuk Allah yang berdiam di antara umat-Nya (Why 7:15; 12:12; 13:6; 21:3). Pendapat ini sangat salah. Saya akan kutip transkripsi teks Gerika dari Yohanes 1:14, khususnya frasa yang dibahas di sini. Kai ho logos sarx egeneto kai eskēnōsen en hēmin,” (= Dan Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita).

            Sebelum meninjau lebih jauh teks Yohanes 1:14, saya harus mengoreksi kesalahan  trakskripsi kata Gerika yang dilakukan oleh YTH. Transkripsi kata Gerika skhnow  itu sangat salah. Yang benar ialah, skēnoō, artinya tinggal, menetap, diam (di) seperti di sebuah tenda atau perkemahan. Kata Gerika yang dipakai dalam frasa Injil Yohanes 1:14 itu adalah eskēnōsen, dari kata skēnōma, yang berarti (a) rumah, tempat kediaman (Kisah 7:46); (b) badan, tubuh sebagai tempat tinggal sementara dari jiwa. Arti skēnōma sebagaimana disebutkan pada butir (b) inilah yang dimaksudkan dalam frasa Yohanes 1:14 itu. Jadi, bukan berarti bertabernakel sebagaimana dikatakan oleh YTH. Kata Gerika skēnōma yang memiliki arti sebagaimana disebut pada butir (b) di atas ini, dipergunakan oleh Petrus dalam 2 Petrus 1:14, yang diterjemahkan oleh LAI-TB dengan kemah tubuh, sebagai ganti badan, atau tubuh sebagai tempat tinggal sementara dari jiwa. Dengan demikian, tidak benar apabila YTH mengatakan bahwa kata Gerika skēnoō hanya dipakai untuk Allah yang berdiam di antara umatnya.

            (5) Yohanes 12:41 menyatakan bahwa Yesaya telah melihat kemuliaan Yesus. Berdasarkan konteks yang ada, ayat ini pasti merujuk balik pada kemuliaan Allah yang dilihat Yesaya di Yesaya 6:1-10 (band. Yoh 12:40). Pada  catatan kaki, YTH mengatakan: Walaupun dalam konteks ini Yohanes mengutip Yesaya 53 (Yoh 12:38) dan Yesaya 6 (Yoh 12:40), namun yang dimaksud dalam Yohanes 12:41 pasti adalah Yesaya 6, karena di Yesaya 53 tidak ada pembahasan tentang kemuliaan. Di samping itu, frasa “ia [Yesaya] telah melihat kemuliaan-Nya” (Yoh 12:41) sesuai dengan Yesaya 6:1 “aku melihat”. Jikalau ini benar, maka Yesus adalah Tuhan semesta alam di Yesaya 6:1,3,5.

            Saya sungguh heran atas pemahaman YTH yang begitu aneh berkenaan dengan Yohanes 12:41 sebagaimana dikutip di atas ini. YTH sama sekali tidak mempertimbangkan latar belakang mengapa penulis Injil Yohanes mengutip Yesaya  6:10 secara bebas dalam Injil Yohanes 12:40. Secara sederhana, cobalah YTH perhatikan ayat 31 sampai 36. Di dalam ayat-ayat itu penulis Injil Yohanes menyiratkan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepadaYesus. Dan itu ditekankan secara tegas dalam ayat 37. Berdasarkan ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepadaYesus pada masa Yesus mengemban misi mesianik-Nya itulah, penulis Injil Yohanes menghubungkannya dengan kesaksian Yesaya yang dipanggil dan diutus oleh Allah untuk mengemban misi kenabian di tengah-tengah umat Yahudi, ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus. Dengan perantaraan Yesaya, Allah berfirman kepada Yesaya untuk berkata kepada umat  Yahudi (baca, ayat 9-10).  Ayat 9-10 itu adalah nubuat yang diucapkan Yesaya atas perintah Allah. Nubuat itulah yang dilihat oleh penulis Injil Yohanes sebagai digenapi oleh orang-orang Yahudi pada masa Yesus menjalankan misi mesianik-Nya.  

Itulah sebabnya penulis Injil Yohanes berkata pada ayat 37-38: “Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya…” Selanjutnya penulis Injil Yohanes berkata lagi sebagai suatu aksentuasi pada ayat 39, seraya mengutip secara bebas Yesaya 6:10 dalam Yohanes 12:40: “Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menangkap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka. Kemudian, dalam ayat 41 penulis Injil Yohanes berkata: “Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya  dan telah berkata-kata tentang Dia.” Apakah frasa yang digarisbawahi ini memberi petunjuk bahwa Yesaya telah melihat kemuliaan Yesus, karena itu Yesus adalah Tuhan semesta alam (Yesaya 6:1,3,5) sebagaimana pemahaman dan tafsiran YTH? Di sini saya menyatakan dengan tegas, Tidak. Berdasarkan kerugma Yesaya 6:1-13, yang dilihat oleh Yesaya adalah kemuliaan Tuhan (ayat 1), dan yang dimaksudkan dengan Tuhan pada ayat itu adalah YHWH (ayat 3,5). Bukan kemuliaan Yesus sebagaimana pemahaman dan tafsiran YTH.

            (6) Yesus disebut sebagai gembala yang baik bagi umat-Nya (Yoh 10:11), padahal dalam Perjanjian Lama YHWH disebut sebagai gembala (Mzm 23:1). Bukan hanya itu, pernyataan Yesus tersebut merupakan penggenapan dari nubuat YHWH bahwa Dia sendiri akan menggembalakan umat-Nya yang tidak terpelihara oleh para pemimpin agama mereka (Yeh 34:11-16). Saya benar-benar heran apabila pelukisan perumpamaan Yesus gembala yang baik (Yohanes 10:11) dan TUHAN ( YHWH) adalah gembala… (Mazmur 23:1), dan TUHAN (YHWH) Gembala Israel yang baik, melawan gembala-gembala yang jahat (Yehezkiel 34:1-31)  begitu mudah disimpulkan oleh YTH bahwa Yesus adalah YHWH dan/atau YHWH adalah Yesus. Saya ingin menyiasati asumsi  YTH di bawah ini.

            Dalam Yohanes 10:11 Yesus berkata begini: “Akulah gembala yang baik…”  Dan pada ayat 14-15 Yesus tegaskan lagi: “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa…”  Dalam ayat 15 Yesus mengatakan bahwa Bapa mengenal Yesus dan Yesus mengenal Bapa. Siapakah Bapa yang Yesus maksudkan itu? Jawabnya, yang Yesus maksudkan dengan Bapa ialah  satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3), yakni YHWH itu sendiri yang mengutus Yesus. Jikalau Yesus juga adalah YHWH itu sendiri, maka bagaimana mungkin YHWH yang adalah satu-satunya Allah itu mengutus  YHWH yang lainnya, yaitu Yesus?

            Selanjutnya, dalam ayat 17 Yesus mengatakan: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.” Apabila ayat ini kita pahami menurut asumsi YTH, niscaya  kita harus berkata begini: YHWH  mengasihi YHWH, oleh karena YHWH memberikan nyawa-Nya untuk menerimanya kembali.”  Ini berarti, YHWH yang digantung dan mati di atas kayu salib di Golgota, kemudian YHWH dikuburkan.  

            (7) Yesus ditampilkan sebagai objek seruan yang oleh-Nya orang diselamatkan (Roma 10:13). Hal ini merupakan pengutipan dari Yoel 2:32 yang merujuk pada YHWH.  Asumsi teologis YTH kelihatannya sangat kabur. Umat Perjanjian Lama  berseru meminta pertolongan, perlindungan dan penyelamatan kepada YHWH. “Luputkanlah aku, ya TUHAN (YHWH), dari pada manusia jahat” (Mazmur 140:2); “Aku berseru-seru kepada-Mu, ya TUHAN (YHWH), kataku: ‘Engkaulah tempat perlindunganku,’..”;  (Mazmur 142:6, par); Lepaskanlah aku dari pada musuh-musuhku, ya TUHAN (YHWH), Pada-Mulah aku berteduh” (Mazmur 143:9), dan  amat banyak contoh yang dapat disebutkan, namun saya persilakan YTH baca sendiri dalam Perjanjian Lama. Dan Yoel 2:32 yang YTH rujuk itu meneguhkan apa yang saya kemukakan di atas.  Namun sangat disayangkan apabila YTH lupa bahwa kitab Perjanjian Baru menyaksikan bahwa Yesus telah diutus oleh YHWH ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia (barangsiapa yang percaya kepada-Nya). Sehingga dengan demikian Yesus telah ditetapkan oleh YHWH untuk menjadi Tuhan dan Juruselamat.  Inilah yang disaksikan oleh Paulus dalam Roma 10:1-15. Dan ayat 13 yang YTH rujuk itu menunjuk kepada Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat itu, dan bukannya menunjuk kepada YHWH, sebagaimana asumsi YTH yang sangat salah.

            (8) Dalam 1 Korintus 2:16 Paulus sedang membicarakan tentang hikmat Allah yang tidak terselami oleh pikiran manusia (1 Kor 2:7,10). Untuk menunjukkan hal ini dia mengutip Yesaya 40:13 yang membicarakan tentang Roh TUHAN. Menariknya, di 1 Korintus 2:16b dia malah menghubungkan hal ini dengan “pikiran Kristus”. Semua ini menyiratkan bahwa ada kesatuan dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan Kristus.

Ketika membaca asumsi teologis YTH sebagaimana dikutip di atas ini, saya langsung teringat akan pernyataan Eka Darmaputra yang berbunyi sebagai berikut: “Bagi fundamentalis Kristen, Alkitab adalah potongan-potongan ayat tertentu yang dipakai secara selektif untuk mendukung ‘ideologi’ mereka.” (Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia. BPK GM 2003:64). Apa yang dikatakan oleh Eka Darmaputra ini benar, dan jelas terlihat dalam Penyelidikan Alkitab maupun metode berteologi yang dilakukan oleh YTH. Ayat-ayat Alkitab dicopot satu persatu dari konteksnya, kemudian ayat-ayat itu ditafsirkan menurut asumsi dan ‘ideologi’ tertentu yang dianutnya, yaitu tentang Tritunggal, sehingga YTH menarik kesimpulan bahwa 1 Korintus 2:7,10,16, dalam kaitannya dengan Yesaya 40:13 menyiratkan bahwa ada kesatuan dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan Kristus.

Yesaya 40:13: “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” Ayat ini memberi petunjuk tentang kemahakuasaan YHWH, di atas segala-galanya, di mana  Kuasa Ilahi-Nya  dan  kemahakuasaan-Nya tidak membutuhkan intervensi, petunjuk maupun nasihat dari ilah mana pun. Sama seperti pengakuan Ayub: “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” (Ayub 11:7). Yesaya 40:13 itu dikutip secara bebas dan diringkaskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 2:16a yang berbunyi: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” Ayat ini pun telah ditekankan oleh Paulus dalam Roma 11:34: “…siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?”  Dengan ayat ini Paulus juga mau mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun yang mengetahui pikiran Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang dapat menasihati Tuhan. Paulus sudah tentu menginsafi kesaksian Yesaya: “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalan-Mu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:9). Meskipun demikian, Paulus berkata: “Tetapi kami memiliki pikiran Kristus” (1 Korintus 2:16b).

Apakah gerangan maksud Paulus dengan pernyataan: “Tapi kami memiliki pikiran Kristus?”  trasnskripsi teks Gerika: hēmeis de noun Christou echomen.  Noun Christou yang diterjemahkan pikiran Kristus  bukan saja berarti pengertian  atau pemahaman yang dipunyai oleh Kristus,  melainkan juga kesanggupan memahami perasaan dan pendapat orang lain dan sebagainya yang dimiliki oleh Kristus. Pikiran Kristus seperti yang diuraikan inilah yang dimiliki oleh Paulus. Dan dengan pikiran Kristus inilah , Paulus menyaksikan tentang hikmat  yang benar kepada jemaat di Korintus, sebagaimana tersurat dalam 1 Korintus 1:18-31 dan 2:1-16. Dengan demikian, terlalu mengada-ada apabila YTH menyimpulkan bahwa 1 Korintus 2:7,10,16 dalam kaitannya dengan Yesaya 40:13 itu menyiratkan bahwa ada kesatuan dan perbedaan antara Allah, Roh TUHAN dan Kristus.

(9) Dalam Efesus 4:8-10 Yesus ditampilkan sebagai YHWH yang telah naik ke tempat tinggi untuk membawa tawanan-tawanan (Mzm 68:19). Benarkah asumsi teologis ini? Mazmur 68:1-36 merupakan Mazmur perarakan kemenangan Allah, atau Mazmur pawai kemenangan Allah. Mazmur ini mengungkapkan puji-pujian bangsa Israel kepada Allah, lantaran merasakan pertolongan dan keberpihakan Allah yang meluputkan, membebaskan, dan menyelamatkan bangsa Israel dari berbagai tantangan hidup, teristimewa ketika dalam berperang melawan musuh. Bagi bangsa Israel, kemenangan yang mereka alami dalam peperangan melawan musuh adalah kemenangan Allah yang berpihak kepada mereka, sehingga segala hormat dan puji-pujian patut diberikan kepada Allah. Mazmur 68 mengingatkan kita kepada pengalaman Daud berperang melawan bani Amon dan orang Aram (2 Samuel 10:1-19); dan puji-pujian yang dimadahkan kepada Allah mengingatkan kita kepada nyanyian Debora (Hakim-Hakim 5; Mazmur 24, dan Mazmur 47).

 Mazmur 68:19 merupakan pemuliaan kepada Allah yang telah memenangkan peperangan. Allah dinyatakan telah naik ke tempat yang tinggi dengan membawa tawanan-tawanan. Karena Allah memenangkan peperangan, maka Ia menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak. Dan “tempat tinggi” yang dikatakan dalam ayat 19 itu dilukiskan secara simbolis dengan ungkapan “Gunung Allah gunung Basan” (ayat 16), yang dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan-Nya (ayat 17). Dengan demikian, “tempat tinggi” yang dimaksudkan dalam ayat 19 itu bukan “Surga”.

Dalam Efesus 4:19 Paulus mengutip Mazmur 68:19 secara bebas dan membuat suatu variasi terhadap ayat tersebut untuk menyaksikan tentang “kenaikan Yesus ke surga”. Perhatikan bunyi Mazmur 68:19 dan variasi yang Paulus buat dalam Efesus 4:8. “Engkau telah naik ke tempat yang tinggi, telah membawa tawanan-tawanan;” (Mazmur 68:19); diubah oleh Paulus menjadi “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan;” (Efesus 4:8). ”Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak…” (Mazmur 68:19); diubah oleh Paulus menjadi “Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia” (Efesus 4:8). Apakah dengan ayat ini  “Yesus ditampilkan sebagai YHWH yang telah naik ke tempat tinggi untuk membawa tawanan-tawanan (Mazmur 68:19) sebagaimana tafsiran dan/atau asumsi teologis YTH? Jawab saya, tegas, Tidak.

Dengan ayat tersebut Paulus bermaksud menyaksikan tentang kenaikan Yesus ke surga, setelah sebelumnya Yesus disalibkan, mati, dan dikuburkan, tetapi pada hari yang ketiga dibangkitkan oleh Allah. Kesaksian ini dikatakan secara padat oleh Paulus dalam Efesus 4:9,10 yang berbunyi: “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.”  Ayat 9 ibarat jari yang menunjuk kepada Yohanes 3:13: “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia”. Dan ayat 10 yang berbunyi: “…Ia juga telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu” juga ibarat jari yang menunjuk kepada kesaksian penulis surat Ibrani 1:3b-4: “Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka”; dan juga Ibrani 4:14: “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita”.

Dan selanjutnya, perhatikanlah frasa-frasa Mazmur 68:19: “…Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia…,” yang Paulus ubah dalam Efesus 4:8 menjadi: “Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia”. Bukankah frasa ayat-ayat ini berbeda, sekaligus gagasan yang tersirat di dalamnya pun tidak sama? Hendaknya YTH camkan bahwa  farasa (kalimat) “Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia” itu telah dijelaskan oleh Paulus dalam ayat 11 sampai ayat 16, yang diawali dengan kalimat yang berbunyi: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,…” (baca seterusnya sampai ayat 16).

(10) Dalam Ibrani 1:10 Yesus ditampilkan sebagai YHWH yang telah meletakkan dasar bumi (Mzm 102:26-27, band. ayat 13). Benarkah Yesus ditampilkan sebagai YHWH dalam Ibrani 1:10?

Ibrani 1:10 tidak berdiri sendiri, tetapi berada dalam rangkaian berita dan kesaksian Ibrani 1:5 sampai ayat 14 yang merupakan suatu kesaksian pemuliaan terhadap Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan, setelah selesai melaksanakan misi mesianik-Nya. Perhatikan Ibrani 1:3b-4: “Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.” Perhatikan frasa ayat ini: “Ia (Yesus [Anak Allah])  duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar…”  Siapakah yang dimaksudkan dengan ungkapan Yang Mahabesar dalam frasa ayat ini? Jawabnya, pasti, ALLAH, atau TUHAN, yaitu: YHWH. Jadi, Yesus (Anak Allah) duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, yaitu ALLAH (TUHAN = YHWH). Berdasarkan ayat ini saja kita telah memperoleh pemahaman yang jelas dan benar, bahwa Yesus bukan YHWH.

Sekarang kita beralih kepada kesaksian yang tersurat dan tersirat dalam Ibrani 1:5-14. Di atas telah dikemukakan bahwa kesatuan ayat-ayat ini merupakan suatu kesaksian pemuliaan terhadap Yesus sebagai Anak Allah yang ditinggikan setelah selesai melaksanakan misi mesianik-Nya. Berkenaan dengan Ibrani 1:5, saya persilakan YTH baca Tanggapan Bagian Pertama, halaman 7 tentang Anak. Ibrani 1:6 adalah pemuliaan terhadap Yesus sebagai Anak Allah ketika ‘turun’ ke dunia. Pada catatan kaki, LAI-TB hanya merujuk Mazmur 97:6. Namun dapat ditambahkan pula Lukas 2:13-14. Terhadap Yesus (Anak Allah) yang duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi itu, penulis surat Ibrani melukiskan pemuliaan dalam Ibrani 1:8-9: “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman Sekutu-Mu’”  Penulis surat Ibrani mengutip ayat ini dari kitab Mazmur 45:7-8 untuk dikenakan kepadaYesus (Anak Allah) yang “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar”.

Ungkapan “duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar” artinya “berada di tempat kehormatan, atau berkedudukan di tempat kehormatan di sisi Yang Mahabesar”. Apakah ayat ini menyaksikan bahwa Yesus (Anak Allah) adalah YHWH? Jawabnya, Tidak. Yesus (Anak Allah), tetap sebagai Anak Allah yang berkedudukan di tempat kehormatan di sisi Yang Mahabesar, yaitu YHWH. Kalau dalam Alkitab The Word of Yahweh  sebutan Elohim dipergunakan dalam Ibrani 1:8-9 dan ada yang berpendapat bahwa sebutan Elohim itu ditujukan kepada Yesus (Anak Allah), maka sebutan itu hanya merupakan sebutan pemuliaan saja, dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk mendudukkan Yesus (Anak Allah) menjadi YHWH.

Lalu, bagaimanakah dengan Ibrani 1:10 yang berbunyi: “Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.’”? Apakah ayat ini menampilkan Yesus sebagai YHWH yang telah meletakkan dasar bumi (Mazmur 102:26-27, band. Ayat 13) seperti kata YTH? Menurut pertimbangan saya, YTH terlalu cepat ‘melompat’ di dalam menyimpulkan ayat ini. Saya ajak YTH untuk membaca Ibrani 1:2b yang berbunyi: “Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Dalam Kolose 1:16 dikatakan: “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.”  Ayat-ayat ini menunjuk kepada peran Yesus sebelum inkarnasi, yaitu ketika Yesus dalam eksistensi-Nya sebagai “Logos” sebagaimana disaksikan dalam Yohanes 1:3 yang berbunyi: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Dengan demikian, apabila YTH dan semua teolog yang sepandangan dengan YTH memahami eksistensi dan peranan “Logos” sebelum berinkarnasi menjadi manusia sebagaimana dijelaskan secara singkat di atas ini, maka Ibrani 1:10 tidak dapat ditafsirkan seolah-olah ayat itu menampilkan Yesus sebagai YHWH, sebab YHWH  hanya satu, yaitu yang disebut Bapa oleh Yesus sebagai Anak.

(11) Kita harus menguduskan Yesus sebagai Tuhan dan kepada-Nyalah saja kita harus takut dan gentar (1 Pet 3:14-15). Hal ini sesuai dengan Yesaya 8:13. Demikianlah kata YTH. Apakah ayat ini juga memberi petunjuk bahwa Yesus adalah YHWH? Saya sungguh heran atas ketidaktelitian YTH. Dalam 1 Petrus 3:15, rasul Petrus menganjurkan agar kita menguduskan Kristus Yesus sebagai Tuhan di dalam hati kita. Tuhan dalam ayat ini bukan TUHAN, yaitu YHWH melainkan Kurios. Sedangkan TUHAN  yang dimaksudkan dalam Yesaya 8:13 itu adalah YHWH. Alangkah rudimentir apabila di dalam berteologi YTH  hanya merujuk pada catatan kaki 1 Petrus 3:14-15 yang menunjuk Yesaya 8:13.

(12) Wahyu 1:7 “semua mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia” merupakan penggenapan dari Zakaria 12:10 “mereka akan memandang kepada dia [lit. “Aku”] yang telah mereka tikam”. Jika kita perhatikan konteks Zakaria 12, maka ”Aku” di sana adalah YHWH sendiri (ayat 1-2). Waduh…, Waduh….! Asumsi teologis YTH atas Zakharia 12:10 ini benar-benar membuat saya merinding. YTH sangat berani mengada-ada di dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab.

Saya telah memeriksa teks bahasa Ibrani Zakharia 12:10 dalam Biblia Hebraica Stuttgartensia, berkenaan dengan frasa yang berbunyi: “dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam”. Teks bahasa Ibrani sama sekali tidak menyatakan Aku (YHWH) yang telah  mereka tikam”, melainkan dia yang telah mereka tikam”. Nah, ternyata YTH telah berani melakukan pembohongan! “dia yang telah mereka tikam” diubah oleh YTH menjadi “Aku yang telah mereka tikam”  demi mendukung asumsi  bahwa yang dimaksudkan dengan “Aku” dalam ayat itu adalah YHWH sendiri. Dan untuk mendukung asumsi ini YTH merujuk Zakharia 12:1-2.

Saya ingin menggugah YTH untuk mencermati Zakharia 12:10 yang berbunyi sebagai berikut: Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”  Siapakah gerangan “Aku” yang dimaksudkan dalam Zakharia 12:10a ini? Jawabnya adalah: TUHAN (YHWH) yang disebutkan dalam ayat 1,4,5,7,8, dan 9. Siapakah gerangan “dia” yang dimaksudkan dalam Zakharia 12:10b,c,d di atas ini? Jawabnya, “orang ketiga tunggal laki-laki” (anonim) yang disaksikan oleh “Aku”  dalam ayat 10a. Zakharia 12:10b,c,d inilah yang dikutip oleh penulis Injil Yohanes sebagai nubuat yang dikenakan dan digenapi oleh Yesus (Yohanes 19:37), dan juga dikutip oleh penulis kitab Wahyu dalam Wahyu 1:7.

(13) Yesus adalah YHWH yang menguji hati dan batin orang serta menghakimi orang menurut perbuatan mereka (Why 2:23/Yer 17:10). Ini juga merupakan suatu blunder yang dilakukan oleh YTH. Bukankah dalam Wahyu 2:18b penulis kitab Wahyu telah mengatakan secara tegas dan gamblang: “Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:” Ayat 19 sampai dengan ayat 29 adalah rangkaian firman yang diucapkan oleh Anak Allah yang disebutkan dalam ayat 18b. Anak Allah di sini tak lain tak bukan adalah Yesus.

Dengan demikian, Yesus bukan YHWH. Apabila YTH cermat, YTH akan melihat bahwa pada ayat 27 Yesus (Anak Allah)  mengatakan secara tegas bahwa kuasa  untuk menghakimi orang menurut perbuatannya (ayat 23) dan kuasa untuk mengaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa kepada barangsiapa yang menang dan melakukan pekerjaan-Nya sampai kesudahannya, adalah kuasa yang Yesus (Anak Allah) terima dari Bapa-Nya. Dan Bapa yang dimaksudkan oleh Yesus (Anak Allah) dalam ayat ini tak lain tak bukan adalah Allah (YHWH),  yang disebut TUHAN  dalam Yeremia17:10.

(14) Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Why 2:8; 22:13), sama seperti YHWH (Yes 44:6; 48:12). Kesamaan ini penting untuk digarisbawahi karena hal ini merupakan salah satu perbedaan fundamental antara Allah dan yang bukan Allah (Yes 44:6b “tidak ada Allah selain dari pada Aku”). Benar, Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir sama seperti  YHWH. Akan tetapi Yesus bukan YHWH. Yesus adalah Anak, dan YHWH adalah Bapa. Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir sama seperti YHWH, karena Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah [YHWH] dan gambar wujud Allah [YHWH] (Ibrani 1:3); dan karena “seluruh kepenuhan Allah [YHWH] berkenan diam di dalam Dia [Yesus] (Kolose 1:19). Itulah sebabnya Yesus berkata “segala sesuatu yang Bapa [YHWH] punya, adalah Aku [Yesus] punya (Yohanes 16:16a), Dengan demikian, ungkapan pemuliaan “Yang Awal dan Yang Akhir” bagi Yesus dan bagi YHWH tidak perlu ditafsirkan aneh-aneh bahwa Yesus adalah YHWH. Yesus tetap sebagai Anak, dan YHWH sebagai Bapa.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar