(A. G.
Hadzarmawit Netti)
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba sujud
menyembah-Mu, ya ALLAH
menggumuli virus
corona
mewabah dunia raya
yang dicengkam persaingan
nuklir
perang dingin dan
perang bintang
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba rumuskan
doa kepada-Mu, ya ALLAH
bagi negeri
bineka Indonesia
yang ingar
bingar pelampiasan dendam,
dan kedengkian
yang tak kunjung
berakhir
lantaran ambisi
walau tengah disergap
virus corona
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba-Mu
menggumuli keruntuhan
kemanusiaan
manusia
lantaran keserakahan
dan nafsu merajai
dunia dan jagat
raya
lantaran
kefasikan
dan kekafiran
modern
mencabuli
moralitas, menistai spiritualitas,
menafikan
kehadiran-Mu, ya ALLAH.
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba-Mu
menyaksikan pertarungan imajiner:
terlihat kelompok
manusia yang merindukan kedamaian
berjuang demi
kedamaian,
terlihat
kelompok orang yang mengakrabi kedurjanaan
terus menabur
benih kedurjanaan
di tengah
penyebaran virus corona.
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba-Mu
terkurung dalam bilik isolasi
mengasingkan
diri untuk berdoa demi pemulihan
tatanan hidup manusia bermartabat
bangsa beradab.
Ya, ALLAH,
dengarkanlah doa hamba-Mu!
tiba-tiba
terdengar suara lantang dari ufuk timur:
“ada orang-orang
yang menjadi sakit
oleh sebab
kelakuan mereka yang berdosa,
dan disiksa oleh
sebab kesalahan-kesalahan mereka”
ah! bukankah itu
suara pemazmur
seratus tujuh
ayat tujuh belas?
apakah virus
corona adalah akibat kelakuan tak beretika
para pakar
atau akibat
kecerobohan uji coba
para ahli di
ruang laboratorium?
lalu terdengar
pula suara lain membahana dari ufuk barat:
“adakah
sangkakala ditiup di suatu kota,
dan orang-orang
tidak gemetar?
adakah terjadi
malapetaka di suatu kota,
dan TUHAN tidak
melakukannya?”
ya! itulah suara
amos tiga ayat enam
yang membuat
hamba-Mu tersentak.
terbayang dalam
angan berbagai kisah:
ALLAH hadir
dalam petir,
ALLAH hadir dalam gempa dan tsunami;
ALLAH hadir
dalam sampar; ha-i-ve—aids
dan corona virus disease?!
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba-Mu
berserah dalam kesendirian
dan kesepian
tanpa busana
bermotif etnis timor, rote, sabu, dan alor
membisu tanpa
bahasa dan syair
berdialek alor,
sabu, rote, dan timor
tanpa terdengar pekikan
perang, bunyi gong, dan tarian
pedang dan tombak tak lagi mengancam
kekudusan di
kemah ibadah-Mu, ya ALLAH.
di kemah ibadah
Gunung Sinai
hamba-Mu
menggumuli suatu kelahiran hidup baru
di tengah
covid-19
bagi umat
manusia yang manusiawi
bagi umat-Mu, ya
ALLAH
yang beribadah
tanpa pekikan perang
melainkan: haleluya!
tanpa tangan
yang menggenggam tombak dan pedang
selain kitab
kudus dan kidung jemaat;
dan mulut para
pewarta kabar sukacita
yang tidak mendongeng dan melawak
tetapi sebagai
pintu air yang mengalirkan kebenaran
dan keadilan bergulung-gulung.
(Kupang, 21 Mei
2020)
Catatan: kemah ibadah
Gunung Sinai,
adalah sebutan
untuk Rumah Ibadah Jemaat Gunung Sinai
di Kelurahan
Naikolan, Kecamatan Maulafa,
Kota
Kupang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar