CATATAN PENGANTAR:
Imajinasi
(gambaran ingatan)
Apabila kita berkenalan dengan
teman baru, maka di dalam jiwa kita terbentuk gambaran ingatan (imajinasi)
berkenaan dengan teman baru tersebut. Begitu pula apabila kita mengetahui
barang baru, maka dalam jiwa kita akan terbentuk gambaran ingatan (imajinasi)
terkait dengan barang baru yang kita ketahui itu. Dengan demikian, gambaran
ingatan (imajinasi) yang terjadi di dalam jiwa kita hanyalah mengenai teman
baru atau barang baru itu saja yang kita kenal atau ketahui.
Seorang anak kecil yang belajar mengenal
barang-barang yang terdapat di dalam rumah keluarga sendiri memperoleh gambaran
ingatan (imajinasi) tentang barang-barang yang terdapat di dalam rumah keluarga
sendiri. Andaikan dalam rumah keluarga hanya ada sebuah lemari maka apabila
anak tersebut mendengar perkataan ‘lemari’, ter-reproduksi-lah dalam jiwanya
gambaran ingatan (imajinasi) tentang lemari dalam rumah keluarganya itu.
Gambaran ingatan (imajinasi) yang hanya mengenai sesuatu barang tertentu yang
dikenal atau diketahui itu disebut gambaran
ingatan (imajinasi) individual atau gambaran ingatan(imajinasi) khusus.
Di dalam pergaulan dengan keluarga-keluarga
lain, anak tersebut melihat benda-benda lain yang disebut lemari juga karena
memiliki sifat dan/atau fungsi-fungsi pokok yang sama dengan lemari di rumah
keluarganya sendiri. Sesudah itu, apabila anak tersebut mendengar perkataan ‘lemari’,
maka yang ter-reproduksi dalam jiwanya sesuatu gambaran ingatan (imajinasi) yang
hanya mempunyai sifat dan/atau fungsi-fungsi pokok lemari, yaitu sesuatu bagan/gambar rancangan tentang
lemari. Gambaran ingatan (imajinasi) ini disebut gambaran ingatan (imajinasi) umum. Dengan demikian maka jelaslah
bahwa di dalam gudang simpanan jiwa kita,
kita mempunyai gambaran ingatan
(imajinasi) individual dan gambaran
ingatan (imajinasi) umum yang banyak sekali.
Fantasi
(tenaga penghayal)
Ilustrasi: Ketika di perantauan, saja menerima surat dari ayah di kampung
yang memberitahukan keadaan rumah kami. Seketika itu juga ter-reproduksi-lah
gambaran ingatan (imajinasi) tentang rumah kami di kampung, yang telah beberapa
tahun saya tinggalkan. Selanjutnya, dalam surat
itu ayah menjelaskan bahwa rumah kami telah direnovasi. Bagian kiri dan kanan
rumah telah ditambahkan sebuah kamar, tiap-tiap kamar di bagian muka, diberi
sebuah pintu dan dua buah jendela di kiri-kanan pintu. Pintu dan jendela itu
dicat berwarna hijau dan kuning.
Demikianlah seterusnya…
Ketika saya membaca bagian-bagian surat itu, jiwa saya
membentuk gambaran-gambaran baru dengan menggunakan gambaran-gambaran ingatan
(imajinasi) yang telah ada. Sehingga saya dapat mengerti isi surat tersebut. Keaktifan jiwa untuk
membentuk gambaran-gambaran baru dengan menggunakan gambaran ingatan (imajinasi)
yang telah ada itu disebut mem-fantasi atau
mengkhayal. Gambaran yang kita
peroleh dengan tindakan itu menimbulkan gambaran
ingatan baru atau imajinasi baru yang
disebut gambaran ingatan fantasi atau
gambaran ingatan pengkhayalan yang
kita simpan juga di dalam gudang simpanan
jiwa kita.
Berkenaan
dengan surat
dari ayah yang saya baca itu, apabila setelah itu saya mendengar atau
membicarakan tentang rumah kami di kampung, maka yang ter-reproduksi adalah gambaran ingatan fantasi itu, yang
sedikit atau banyak berbeda dengan kenyataannya. Gambaran ingatan fantasi atau gambaran
ingatan pengkhayalan ini akan hilang apabila saya kemudian telah melihat
atau menyaksikan sendiri akan bentuk dan corak rumah kami di kampung yang telah
direnovasi itu.
Fantasi atau tenaga pengkhayal dapat
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:(1)Fantasi mengubah. Kegiatan jiwa
berhubungan ilustrasi surat
di atas adalah contoh tentang fantasi
mengubah. (2) Fantasi menggabung. Kita
mendengarkan pembicaraan tentang geografi,
sejarah, ceritera rakyat dsb. Dalam hal ini, fantasi yang aktif dan giat sekalipun agak menyerupai fantasi mengubah, tetapi hasilnya dapat
dikatakan berlawanan, yakni mempersatukan beberapa bagian menjadi sesuatu
kesatuan yang besar. Jadi, tidak mengubah tetapi menambahkan,
menggabung-gabungkan.
Selanjutnya fantasi juga bisa dibagi menjadi: (1) Fantasi tak tersadar, misalnya jika dengan tak tersengaja kita
memberikan keterangan tentang kejadian yang tidak benar. (2) Fantasi tersadar, yang dapat dibagi lagi
menjadi dua golongan yaitu: (a) fantasi
tersadar aktif, misalnya apabila kita menggambar/melukis, mengarang
dsb. (b) fantasi tersadar pasif, misalnya kalau kita mendengarkan pidato,
ceramah, siaran radio, siaran televisi
dsb.
Berdasarkan keseluruhan uraian di
atas kita dapat melihat keterkaitan yang erat dan dinamis antara imajinasi (gambaran ingatan) dan fantasi (tenaga pengkhayal). Imajinasi dan
fantasi adalah pemberian Tuhan yang
sangat penting bagi manusia. Hampir dalam segala lapangan hidup manusia
memerlukan imajinasi dan fantasi. Perhatikanlah beberapa
pandangan yang menyaksikan tentang manfaat serta keterkaitan yang erat dan
dinamis antara imajinasi dan fantasi berikut ini:
Menurut Harvey Cox, Feast of fools, A Theological Essay on Festivity and Fantasy.The
Harvard University Press 1969,
“Fantasi adalah
imajinasi yang dikembangkan dan diteruskan mengatasi
struktur kenyataan
sehari-hari. Agar dinamis dan kreatif, fantasi itu harus selalu berpangkal pada
kenyataan dan pulang ke kenyataan.
Imajinasi dan
fantasi, keduanya adalah sumber kreativitas yang menyerupai gambar Allah dalam
manusia. Melalui fantasi, manusia membuat sesuatu ex
nihilo.”
Mary Harrington, Psychology
today. Vol 1. No 1, April 1968,
mengutip Bradbury
yang mengatakan bahwa
“bakat berfantasi
merupakan bakat untuk hidup. Penemuan-penemuan baru
sering diakibatkan
karena fantasi, inspirasi, atau ilham.”
J. R.
R.Tolkien, Tree and leaf. London 1964, menegaskan
bahwa
“Fantasi tidak
merusak akalbudi dan tidak mengeruhkan ketajaman pengamatan ilmiah.
Makin baik fantasi
seseorang, makin terang dan hidup kegiatan inteleknya.
Dan semakin terang
dan hidup kegiatan intelek seseorang, makin baik pula fantasinya.”
Roger Fretigny dan Andre
Viler, L’imagerie Mentale. Geneva 1968, mengemukakan:
“Fantasi memainkan
peranan sentral dan menentukan dalam perkembangan
psikis manusia. Ada empat macam kesadaran
manusia yaitu kesadaran imajinatif,
kesadaran refleksif,
kesadaran aktif, dan kesadaran kontemplatif
dan fantasi adalah
contoh pertama dari kesadaran imajinatif.
Tanpa fantasi maka
daya pemikiran kita yang kerja secara diskursif
(melompat-lompat)
akan menjadi pincang dan terkurung dalam sebuah sistem yang tertutup dan beku.
Tapi dengan fantasi,
hidup manusia yang utuh akan bergerak menurut suatu ritme tertentu antara
kenyataan dan harapan, atau antara kenyataan dan cita-cita.”
Prof.Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U., dalam bukunya,
Sastra dan Cultural Studies, Yogyakarta 2005, mengatakan: “Khayalan
(= fantasi) dan
imajinasi merupakan salah satu energi yang dapat memicu semangat manusia untuk
memperoleh kemajuan. Imajinasi dan khayalan membuat orang tidak pernah merasa
puas sebab dunia imajinasi dan khayalan tidak terbatas.
Oleh karena itulah,
khayalan dan imajinasi dianggap sebagai prototipe pengetahuan
dan ilmu pengetahuan.
Dapat diduga bahwa Archimedes (287 – 212 SM)
sebelum menemukan
dalil-dalilnya
terlebih dahulu
berkhayal mengenai volume air yang akan tumpah apabila ia mencemplungkan
dirinya di bak kamar mandi.
Columbus (1451 – 1506) sebelum menemukan
Amerika berkhayal bahwa dunia ini bulat dan masih banyak dunia baru yang belum
ditemukan, oleh karena itulah,
ia melakukan
penjelajahan.
Berkat khayalan dan
imajinasi juga terjadi ketidakpuasan sekaligus penolakan teori terdahulu oleh
teori berikutnya. Konon, teori relativitas Einstein (1879 – 1955)
Didasarkan atas
penolakannya terhadap teori Newton
dan teori-teori lain
yang mendahuluinya.
Penemuan-penemuan
monumental Archimedes, Copernicus, Darwin, Galileo Galilei, Edison, Einstein,
dan sebagainya, dienergisasikan oleh imajinasi.
Pendaratan astronot
di bulan didahului dengan imajinasi bahwa pada suatu saat manusia mungkin akan
mendarat di bulan. Sejumlah karya membuktikan kebenaran khayalan ini,
sebagaimana diisyaratkan melalui karangan Jules Verne, seperti:
Perjalanan ke Pusat Bumi (Voyage to the Centre of the Earth),
Mengelilingi Bumi dalam 80 Hari (Around the World in 80 Days),
dan 100.000 Km di Bawah Laut (20.000 Leagues
Under the Sea), serta karangan
H. G. Wells yang
berjudul Mesin Waktu (The Time Machine).
Epos Mahabharata dan Ramayana yang ditulis 500 tahun SM, secara imajinatif telah
mengembangkan prototipe radar melalui kemampuan telepati
(betel tinggal), bom melalui senjata yang disebut pasopati.
Imajinasi adalah khayalan,
Tapi bukan khayalan kosong.
Khayalan dan imajinasi didasarkan atas kenyataan,
sebagai interpretasi kenyataan yang sesungguhnya.”
***
Berdasarkan
pandangan-pandangan tentang imajinasi dan
fantasi yang dikemukakan di atas inilah,
maka dalam buku ini saya terdorong untuk mengabadikan empat artikel yang bercorak polemik tentang imajinasi dan fantasi yang parnah saya tujukan kepada Maria Matildis Banda,
Silvester Ule, Isidorus Lilijawa, dan Marsel Robot pada tahun 2008 melalui
media cetak Pos Kupang – Suara Nusa TenggaraTimur. Sangat disayangkan bahwa pada waktu itu
redaktur Pos Kupang tidak berlaku
adil di dalam menyediakan ruang berpolemik bagi saya. Tanggapan saya terhadap
Silvester Ule dan Isidorus Lilijawa sama sekali tidak dimuat di media Pos Kupang, dan saya juga tidak diberi
kesempatan untuk menanggapi Marsel Robot, padahal Marsel Robot diberi peluang
dua kali untuk menanggapi opini saya. Ada
fungsi kepentingan tertentu pada pihak redaktur media Pos Kupang untuk membendung ‘hak jawab’ saya pada waktu itu. Namun
saya adalah penulis yang tidak rela dikungkung di dalam mengemukakan opini demi
pencerdasan serta kebenaran deskriptif seputar imajinasi dan fantasi yang
dipolemikkan.
Dengan
demikian melalui buku ini para pembaca yang pernah memberi aplaus kepada Silvester
Ule, Isidorus Lilijawa, yang tanggapan-tanggapan mereka termuat di media Pos Kupang edisi Sabtu, 19 Januari 2008
dan edisi Kamis, 31 Januari 2008 dapat memaklumi tanggapan balik saya, yang dibendung oleh
redaktur media Pos Kupang pada waktu
itu. Sedangkan tanggapan (tahap kedua) Marsel Robot yang termuat di media Pos Kupang edisi 21 April 2008 tidak
saya tanggapi, karena opini saya yang termuat di media Pos Kupang edisi 14 Maret 2008 sebagai tanggapan atas opini Marsel
Robot yang termuat di media Pos Kupang edisi
Selasa, 26 Februari 2008, menurut hemat saya sudah cukup bernas untuk menggugah
Marsel Robot guna melakukan ‘hadap diri’.
Berkenaan
dengan tanggapan saya berjudul “Marginalia atas opini Maria Matildis Banda:
Seputar ‘imajinasi, fantasi, dan khayalan’” yang termuat di media Pos Kupang edisi Rabu, 16 Januari 2008, dalam
buku ini saya ganti dengan judul “Marginalia atas: 15 tahun Pos Kupang Suara Nusa Tenggara Timur” yang—sebelum
terjadi polemik—telah saya serahkan ke
editor buku 15 tahun Pos Kupang Suara
Nusa TenggaraTimur. Dengan adanya
perubahan judul ini maka terdapat pula beberapa perubahan sebagai berikut: catatan pendahuluan pada opini yang
termuat di media Pos Kupang (16-1-2008) ditiadakan dan diganti dengan catatan pengantar; lalu dilanjutkan
dengan marginalia pertama; marginalia
kedua; marginalia ketiga; marginalia keempat; marginalia kelima; dan marginalia keenam yang berisi tanggapan
terhadap opini Maria Matildis Banda, sebagaimana termuat di media Pos Kupang edisi Rabu, 16 Januari 2008, di
bawah subjudul “Imajinasi, fantasi, dan khayalan”.
Dengan
diterbitkannya tanggapan-tanggapan ini secara utuh, saya telah menegakkan hak
dan kewajiban saya—di dalam mengemukakan opini secara proporsional—yang pernah
dizalimi pada tahun 2008.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar