Oleh: A. G.
Hadzarmawit Netti
Catatan pengantar
Tanggapan
bagian ketiga beta merupakan bagian tak terpisahkan dari tanggapan bagian
ketiga alfa, yaitu tentang “Mukjizat dan Pengalaman Spiritual” yang tidak
diakui dan/atau disangkal oleh Ioanes Rakhmat. Berikut ini saya akan kisahkan
beberapa realitas faktual yang saya alami, yang tak terpisahkan dari apa yang
disebut mukjizat, miracle, yang benar-benar ajaib, marvelous.
Pertama,
pada
bulan Juli 1961, di Kuanino, Kupang, ayah saya, Hanok Netti meninggal dunia.
Kakak saya, Albinus Lodewyk Netti ketika itu sedang kuliah di STT Jakarta, dan
saya baru naik kelas dua pada SMA Negeri Kupang. Ketika ayah meninggal, saya tidak berada di rumah, karena
sedang berkunjung ke rumah teman di Naikoten, yang berjarak sekitar dua
kilometer dari rumah saya. Kedua orang adik saya, Gretta dan Steven, mencari
saya ke beberapa rumah teman untuk memberitahukan tentang kematian ayah, namun
tidak berhasil menemukan saya; dan akhirnya, berdasarkan informasi dari salah
seorang teman, sekitar jam 19.00 malam barulah keduanya dapat bertemu dengan
saya di Naikoten. Dalam keadaan terisak-isak keduanya memberitahukan kepada
saya bahwa ayah telah meninggal dunia pada sekitar jam 16.00 petang. Saya
bergegas kembali ke rumah bersama Gretta dan Steven. Ketika tiba di rumah,
banyak tetangga telah melayat. Ada beberapa pemuda dan bapa-bapa yang mulai mempersiapkan
bahan untuk mendirikan tenda duka di halaman depan rumah. Saya segera masuk ke
kamar di mana ayah terbujur diam tak bernyawa. Ibu duduk di sebuah kursi di samping
tempat tidur di mana tubuh ayah terbujur. Beberapa keluarga dan tetangga juga
ada di situ. Ibu menitikkan air mata kesedihannya ketika melihat saya masuk ke
kamar.