(Menyimak Opini
Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo)
Oleh: A. G. Hadzarmawit
Netti
Catatan
Pendahuluan
Koran
POS KUPANG edisi Sabtu, 2 November 2013 (halaman 4)
memuat opini Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo berjudul, “Maria dan Marta”. Pendeta Ebenhaizer
Nuban Timo (selanjutnya dalam tulisan ini akan saya sapa, Nuban Timo) adalah
mantan Ketua Sinode GMIT yang sekarang
tinggal di Salatiga, dan menyebut
dirinya sebagai Rohaniwan.
Opini
Nuban Timo berjudul “Maria dan Marta” yang dimuat di POS KUPANG tersebut
“mengusik” saya untuk menyimaknya. Menyimak artinya meninjau (memeriksa,
mempelajari) dengan teliti. Upaya menyimak yang saya lakukan ini bukan lantaran
opini Nuban Timo tentang “Mari dan Marta” itu sukar dipahami, melainkan
lantaran “ke-serampang-an” yang
dilakukan oleh Nuban Timo di dalam beropini tentang “Maria dan Marta”.
Keserampangan yang saya maksudkan di sini ialah “perihal serampangan; yang
bersifat serampangan; yang bersifat sembarangan saja; yang bersifat seenaknya
saja; yang bersifat dengan semau-maunya saja; yang bersifat sewenang-wenang,
tidak cermat”; padahal Nuban Timo adalah seorang pendeta yang menyelesaikan
pendidikan teologia strata tiga, yang
sepatutnya dari dia, kita memperoleh bimbingan dan pelajaran yang bermanfaat. Namun
ternyata tidak demikian. Inilah yang mengusik saya untuk menyimak opininya.
Bagian
pertama
Alinea
pertama opini Nuban Timo, begini: “CERITA
tentang dua perempuan sahabat Yesus ini
tak asing bagi warga gereja. Pemaknaan kita terhadap dua tokoh ini umumnya
tersistem dalam bingkai hitam putih. Marta
masuk dalam bangkai hitam, tak boleh
ditiru. Maria adalah figur panutan. Dia adalah teladan para kudus. Inilah
pendapat umum di kalangan warga gereja. Berikut ini saya ingin menggugat tafsir
hitam-putih ini …” Demikianlah kata Nuban Timo.
Pada
alinea pertama opini Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas ini sudah terdapat
keserampangan dalam penggunaan dan pemaknaan kata hitam putih. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pusat Bahasa, edisi keempat, tahun 2008, kata hitam putih artinya keadaan
(ketentuan, hal) yang sebenarnya. Kalau arti kata ini kita perhatikan maka
pemaknaan kita terhadap tokoh Maria dan
Marta yang dikatakan oleh Nuban Timo “umumnya tersistem dalam bangkai hitam
putih”, seharusnya dipahami: “pemaknaan
kita terhadap tokoh Maria dan Marta
umumnya tersistem dalam bingkai keadaan
(ketentuan, hal) yang sebenarnya”. Dan “tafsiran hitam putih” artinya
“tafsiran menurut keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya”.
Jikalau
demikian, apa yang hendak digugat oleh Nuban Timo? Apabila tafsiran hitam putih itu artinya
“tafsiran yang tidak menurut keadaan yang sebenarnya, atau tafsiran yang
sesat”, maka tafsiran seperti itu patut digugat. Namun ternyata tidak demikian.
Kisah tentang Maria dan Marta sesungguhnya telah tersistem dalam bingkai hitam
putih menurut penulis Injil Lukas dan bingkai hitam putih menurut
penulis Injil Yohanes. Marta tidak masuk dalam bingkai
hitam, dan Maria tidak masuk dalam bingkai putih. Melainkan Maria
dan Marta sama-sama berada dalam bingkai hitam putih. Ya, Maria dan
Marta sama-sama berada dalam bingkai keadaan (ketentuan, hal) yang sebenarnya,
sebagaimana dikisahkan menurut penulis Injil Lukas, dan/atau sebagaimana
dikisahkan menurut penulis Injil Yohanes. Dengan demikian, Maria dan Marta
dalam bingkai hitam putih penulis Injil Lukas tidak boleh disamakan dan
dicampuradukkan dengan Maria dan Marta dalam bingkai hitam putih penulis Injil
Yohanes.
Dengan
ini saya hendak menunjukkan bahwa Nuban Timo keliru memahami arti/makna kata hitam
putih, sehingga telah beropini, berteologi, dan melakukan tafsiran
secara keliru pula tentang “Maria dan Marta”. Dan celakanya, menurut hemat
saya, Nuban Timo pada gilirannya telah menghitamputihkan (= menentukan [memperlakukan] dengan
sekehendak hatinya) kisah tentang “Maria dan Marta” . Kisah tentang Maria dan Marta dalam bingkai
hitam putih menurut penulis Injil Lukas dan dalam bingkai hitam putih menurut
penulis Injil Yohanes telah dihitamputihkan
(diperlakukan dengan sekehendak hati) oleh Nuban Timo dalam opininya
sebanyak 24 alinea. Saya akan membuktikan pernyataan ini dalam uraian selanjutnya.
Bagian
kedua
Pada
alinea kedua, Nuban Timo berkata begini: “Segera
setelah Yesus dan rombongan para murid pamitan dari rumah kecil di Bethania
milik Lazarus, Marta dan Maria, Marta cepat-cepat mengurung diri dalam kamar.
Suasana rumah segera berubah sepi dan mencekam. Ada awan kesedihan dan duka yang menyelimuti rumah
itu. Dari dalam kamar tempat Marta bersembunyi
terdengar isak tangis kecil. Maria segera menyadari ada yang tidak beres
pada kakak yang disayanginya itu.”
Pertanyaan
saya, “berdasarkan Injil mana, pasal berapa, dan ayat berapa, Nuban Timo membangun
opini seperti itu?” Injil Lukas 10:38-42 dan Yohanes 11 dan 12 tidak
menceritakan seperti yang dikemukakan oleh Nuban Timo. Dari sumber mana Nuban
Timo mengutip dan/atau mendasarkan opininya itu? Ternyata Nuban Timo telah berfantasi yang
tidak berdasarkan pada kenyataan sebagaimana tertulis dalam Injil dan pulang
kepada kenyataan yang disaksikan dalam Injil. Ini namanya fantasi yang menyesatkan. Dan
fantasi yang menyesatkan tentang Maria dan Marta ini diwedarkan panjang lebar
sampai 24 alinea, sehingga pembaca yang tidak tajam tilik dapat disesatkan.
Pada
alinea ketiga terdapat petunjuk bahwa Lukas 10:38-42 merupakan rujukan bagi Nuban Timo dalam beropini tentang Maria dan
Marta, sebab di situ terdapat kalimat, “duduk dekat kaki Tuhan dan terus
mendengarkan perkataan-Nya”. Akan tetapi pada alinea kedua, Nuban Timo menyebut Lazarus, Maria dan Marta yang disebut dalam Yohanes
11;1,2 dan 12:1-3. Jikalau bingkai hitam putih tentang Maria dan Marta merujuk
pada Lukas 10:38-42, maka Lazarus tidak disebutkan sama sekali dalam teks tersebut. Jikalau
bingkai hitam putih tentang Maria dan Marta merujuk pada Yohanes 11:1-2; dan
12:1-3, maka “Maria bukannya duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan
perkataan-Nya”, melainkan “Maria meminyaki kaki Yesus (dengan minyak mur
[minyak narwastu murni yang mahal harganya]) dan menyekanya dengan rambutnya”.
Selain itu, pada alinea 2,3,4,5,7 dan seterusnya, Nuban Timo mengatakan bahwa Marta
adalah kakak Maria, atau Maria adalah adik Marta.
Padahal dalam Yohanes 11:1 (PB Indonesia-Yunani LAI tahun 1994) tertulis
begini: “Ada seorang yang sedang sakit,
namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.”
Dengan demikian, Maria
adalah kakak Marta, atau Marta
adalah adik Maria. Jadi, Marta bukan kakak Maria, seperti
yang dikhayalkan oleh Nuban Timo.
Dalam
PB Indonesia-Yunani LAI tahun 2002 terjemahannya tertulis, “Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus, dari Betania, desa
Maria dan saudaranya, Marta.” Kata
“saudara” (terjemahan harafiah kata Yunani adelphēs)
dalam ayat ini, makna dinamis fungsionalnya, adalah “adik (perempuan)”. Dalam
Injil Yohanes 11, penulisan nama yang memiliki pertalian persaudaraan, ditulis
secara jenjang bertingkat menurun mulai dari kakak turun ke adik, atau ditulis
secara jenjang bertingkat ke atas mulai dari adik naik ke kakak.
Perhatikan Yohanes 11:1 (penyebutan jenjang bertingkat menurun: Lazarus [kakak]
– Maria [adik dari Lazarus] – Marta[adik dari Maria]); ayat 5 (penyebutan jenjang
bertingkat ke atas: Marta [adik dari Maria] – [Maria kakak dari Marta] –
Lazarus [kakak dari Maria dan Marta]);
ayat 19 (jenjang bertingkat ke atas: Marta [adik] – Maria [kakak]).
Bagian
ketiga
Pada
alinea keempat dan alinea-alinea selanjutnya Nuban Timo mendustai para pembaca
koran POS KUPANG tentang Marta.
Dikatakan bahwa “Marta terampil dan lincah, selalu memperlakukan semua tamu
yang datang ke rumahnya dengan manja, sehingga semua tamu yang pulang ke rumah
mereka pasti pulang dengan senang. Keberadaan Maria dan Marta di Betania
disambut baik para tetangga karena kemurahan dan kebaikan hati Marta. Setiap
ada waktu luang, Marta pasti menyiapkan makanan kesukaan keluarga atau mencoba
sebuah resep baru, lalu membagi-bagikan itu kepada para tetangga dan kenalan.. “
Yang menjadi pertanyaan saya, “dari mana Nuban Timo mengetahui sifat dan
perilaku Marta seperti itu, padahal sama sekali tidak dijelaskan dalam Injil
Lukas maupun Yohanes? “
Berhubung
dengan kematian Lazarus, banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria
untuk menghibur mereka (Yohanes 11:18,13,33,36), tetapi tidak ada satu ayat pun
yang memberi petunjuk bahwa orang-orang Yahudi datang melayat dan menghibur
Marta dan Maria lantaran Marta sangat
dihormati dan dicintai oleh orang-orang Yahudi . Selain itu, Nuban Timo mengatakan, “Maria ingat
peristiwa di awal tahun waktu Lazarus, Saudara mereka mati”. Yang menjadi
pertanyaan juga ialah, “di awal tahun berapakah (pada masa Yesus menjalankan
misi kemesiasan-Nya) Lazarus mati?”
Semua
yang Nuban Timo kemukakan sebagaimana dikutip di atas, maupun yang diuraikan
panjang lebar dalam opininya sebanyak 24 alinea itu pada dasarnya bukan
suatu exēgeomai (transkripsi kata Yunani) yang artinya menceritakan,
menerangkan, menyatakan, memperlihatkan hal-hal yang tersurat dan
tersirat di dalam teks Injil (Alkitab); melainkan suatu eisegese (transkripsi
kata Yunani) yang artinya memasukkan pengertian sendiri ke dalam teks
Injil (Alkitab) untuk menemukannya. Ini benar-benar suatu keserampangan
yang dilakukan oleh Nuban Timo.
Bagian
keempat
Pada
alinea 7,8,9, dan 10, Nuban Timo mendagel melalui eisegese yang dititipkan
dalam percakapan Maria dan Marta: “Kak!
Beta minta maaf beribu maaf. Beta sedih sekali karena sudah bikin kakak terluka
dan menangis. Mestinya tadi siang beta bantu kakak. Tapi kak tahu, khan? Beta
sama sekali tidak bisa masak. Beta perempuan tapi hanya badan saja. Beta pung
DNA lebih banyak gen laki-laki….. Beta sedih karena mengapa Tuhan menciptakan
beta dengan DNA sebagai perempuan yang peduli pada hal-hal sopan santun dan
keramahan, tapi kemudian Tuhan sendiri mengatakan bahwa DNA yang Dia berikan
kepada saya itu berada di luar route kebajikan yang diajarkan dan dikehendaki
Tuhan. ….. Tapi yang bikin beta sedih dan tidak bisa terima ialah mengapa beta
diciptakan Tuhan dengan insting seperti itu? Kalau saja beta boleh memilih,
beta akan pilih untuk menjadi seperti yang Tuhan suka, yakni menjadi sepertimu,
Maria. Tapi beta dilahirkan seperti yang sekarang. DNA atau insting karater
Tuhan yang kasi tanpa tanya persetujuan beta. Lalu mengapa Tuhan kemudian
mempersalahkan karakter beta itu? Maria. Lu musti bantu beta, juga berdoa untuk
beta. Lu musti omong dengan Tuhan supaya dia memberikan beta DNA yang sama
seperti yang Dia berikan untukmu supaya beta secara naluri bisa membuat
keputusan sepertimu….” Demikianlah
dagelan Nuban Timo melalui percakapan Maria dan Marta.
Membaca
keseluruhan dagelan yang Nuban Timo kemukakan sebagaimana dikutip di atas ini,
saya bertanya-tanya: berlandaskan Injil
mana, pasal berapa, ayat berapa, Nuban Timo menguraikan tentang DNA (deoxyribose-nucleic
acid) dan gen (yaitu bagian kromosom yang menjadi lokasi sifat-sifat keturunan) yang terdapat dalam tubuh Marta dan Maria? Apakah
pada zaman itu sudah ada ahli yang meneliti tentang DNA dan/atau GEN, dan
hasil penelitian itu telah diketahui secara luas dan merata oleh masyarakat pada
zaman itu, termasuk Marta dan Maria? Apakah DNA
dan GEN bisa kita minta pada
Tuhan baru kita memperolehnya? Bukankah DNA
dan GEN merupakan faktor yang seseorang warisi dari leluhur dan orang
tua (ayah dan ibunya)? Selain itu, apakah “bisa memasak, bisa membuat kue, bisa
membuat minuman, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan praktis di rumah
ditentukan oleh DNA?” Apakah duduk-duduk sambil mendengar
percakapan orang lain, atau duduk-duduk untuk mengobrol juga ditentukan oleh DNA?
Kelihatannya
Nuban Timo telah memasukkan pengajaran-pengajaran sesat, dan mengemukakan
cerita-cerita isapan jempol (bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya) dalam berteologi dan dalam menafsirkan kisah
tentang Maria dan Marta! Patut dicatat bahwa Maria duduk dekat kaki Yesus dan
terus mendengarkan perkataan-Nya, BUKAN dan/atau TIDAK dipengaruhi dan
ditentukan oleh DNA atau GEN. Demikian pula halnya dengan Marta
sibuk sekali melayani, BUKAN dan/atau TIDAK ditentukan oleh DNA atau GEN. Sebab
dalam teks Injil yang megisahkan tentang Martha dan Maria itu tidak terdapat
satu ayat pun yang menyiratkan faktor DNA
atau GEN. Untuk bisa memasak
nasi, menggoreng ikan, mencuci piring, menyapu pekarangan rumah, Nuban Timo
tidak usah berdoa minta DNA atau GEN dari
Tuhan. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memasak, menggoreng, mencuci,
menyapu, dan sebagainya. Pikiran, hasrat, kemauan dan tenaga untuk
melakukan itu yang perlu dinyalakan dan diaktifkan, jangan dinonaktifkan atau dipadamkan.
Bagian
kelima
Perhatikan
pula cerita-cerita isapan jempol (bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya)
yang Nuban Timo kemukakan pada alinea 13, dan 17. Berikut ini saya turunkan dua
cuplikan: “Coba kakak ingat betapa tadi siang Tuhan sangat menikmati hidangan
yang kakak siapkan. Kakak jangan lupa, Yesus makan sampai habis masakan kakak,
bahkan Yesus tambah sup buatan kakak dua kali…. Tuhan sangat rileks, bahkan dia
asyik menikmati cinta dan perhatian kakak kepadanya dalam bentuk sajian dan
santapan yang lezat-lezat. Dia sangat enjoy bahkan bersukacita karena kasih
yang kakak tunjukkan itu….” Apa yang
Nuban Timo katakan ini benar-benar bohong, dusta, palsu, bukan yang sebenarnya.
Karena dalam Injil Lukas 10:38-42, maupun Injil Yohanes 12:1-8 tidak terdapat
satu ayat pun yang mendukung apa yang dikemukakan oleh Nuban Timo.
Saya
rasa, lima catatan di atas ini sudah cukup membuktikan keserampangan Nuban Timo
dalam opininya tentang “Maria dan Marta”, yang dimuat di POS KUPANG edisi Sabtu, 2 November 2013. Dengan demikian, saya
tidak perlu melanjutkan tinjauan atas keserampangan opini Nuban Timo yang
terdapat dalam alinea-alinea selanjutnya sampai alinea terakhir (alinea ke-24).
Catatan
penutup
Kalau
begitu hikmat apakah yang dapat kita peroleh dari kisah tentang Maria dan Marta
sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Lukas 10:40-42? Mari kita perhatikan terlebih dahulu situasi yang penulis Injil Lukas gambarkan tentang
Yesus, Maria dan Marta dalam ayat 39, 40: “…Maria
duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk
sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau
peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia
membantu aku.”
Dalam
kata-kata yang Marta ucapkan, tersirat perasaan resah (gelisah, tidak tenang,
rusuh hati) dan iri (kurang senang) Marta terhadap Maria yang duduk dekat kaki
Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sementara Marta sibuk sekali
melayani seorang diri. Faktor inilah yang mendorong Marta datang mendekati
Yesus seraya mengungkapkan keluhannya: “Tuhan,
tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku.” Atas keluhan yang Marta sampaikan itu, Yesus
menjawab: “Marta, Marta, engkau kuatir
dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu:
Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Dalam
Perjanjian Baru bahasa Yunani, transkripsi perkataan yang Yesus sampaikan
kepada Marta dalam ayat 41 berbunyi begini: …. Martha Martha, merimna(i)s kai
thorubazē(i) peri polla. Kalimat ini jika diparafrasakan, makna yang
tersirat di dalamnya begini: “Martha, Martha, engkau khawatir (gelisah, cemas)
dan menyusahkan diri (merepotkan diri) mengenai banyak hal (atau dengan
macam-macam hal)”. Dan pada ayat 42 Yesus menegaskan: henos de estin chreia. Artinya, “tetapi ada keperluan akan satu
hal”. Terjemahan LAI berbunyi, “tetapi hanya satu saja yang perlu”. Mariam gar tēn agathēn merida exelexato
hētis ouk aphairethēsetai autēs. Artinya, “Maria telah memilih bagian yang
lebih baik yang jangan (tidak boleh) diambil dari dia”. Terjemahan LAI
berbunyi, “Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari
dia”.
Hikmat
apakah yang tersirat dalam perkataan Yesus sebagaimana terdapat dalam Lukas
10:41- 42 itu? Ini jawabannya: Pertama, di mata Yesus, Maria telah
memilih peranan yang lebih baik. Maria menunjukkan sikap ketaatan, kerendahan,
dan dengar-dengaran. Kedua, di mata
Yesus, Marta juga telah memilih peranan yang baik, yaitu peranan sebagai diakonos (pelayan) yang melakukan diakonia (pelayanan: dalam teks ini
berarti pelayanan meja, mempersiapkan makanan dan minuman bagi Yesus dan
murid-murid-Nya). Marta, sesuai dengan pilihannya, seharusnya melaksanakan
peranannya dengan sepenuh hati tanpa mencemaskan macam-macam hal, tanpa iri dan
bersungut-sungut, sebab pelayanan yang ia lakukan itu adalah pilihannya untuk
menjamu Yesus dan murid-murid-Nya. Akan tetapi ternyata Marta melaksanakan
tugas pelayanannya dengan tidak sepenuh hati, karena ia menuntut agar Maria pun
harus melayani [bekerja] seperti dia. Inilah kesalahan Marta, sehingga Yesus
berkata, “Maria telah memilih bagian yang
lebih baik yang jangan (tidak boleh) diambil dari dia”.
Secara
umum, dalam konteks kekinian kita, pelajaran yang dapat kita pungut dari kisah
tentang Maria dan Marta ialah ini: Pertama,
pemusatan perhatian dan dengar-dengaran pada Yesus dan firman-Nya, seperti
yang dilakukan oleh Maria, lebih baik dari pekerjaan melayani Yesus yang
dilakukan dengan tidak sepenuh hati, iri, dan bersungut-sungut seperti yang
dilakukan oleh Martha. Atau sebaliknya dapat dikatakan begini: Pekerjaan melayani Yesus yang dilakukan
dengan sepenuh hati, tanpa iri dan tanpa bersungut-sungut, sama dan sebanding
dengan pemusatan perhatian dan dengar-dengaran pada Yesus dan firman-Nya. Kedua, Oleh karena itu, jika karunia
untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah
kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa
yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang
ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin;
siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita
(baca Roma 12:3-8; 1 Petrus 4:7-11).
***
*
Maaf gan tapi masalah kakak beradik ini benar kata nuban timo. LAI kurang cermat dalam menterjemahkan kata adik kakak, karena rujukannya juga dari KJV, bahasa inggris yang lemah juga dalam hal ini. Kata "sister" adalah utk saudara tapi tidak jelas siapa adik siapa kakak. Kalau dari tradisi, yang melayani tamu selalu kewajiban anak tertua. Karena itu nuban timo berkata marta adalah kakaknya. Mungkin untuk referensi jangan baca LAI gan, banyak salahnya. Terima kasih, GBU
BalasHapusBaca: https://bianglalahayyom.blogspot.com/2020/01/sekali-lagi-tentang-maria-dan-marta.html
BalasHapus