(Oleh: A. G.
Hadzarmawit Netti)
“in memoriam
Gerson Poyk: ҉ 16 Juni 1931 --
҈ 24 Februari
2017”
Catatan
pengantar
Pada
hari Minggu, 19 Februari 2017, ketika sedang mengikuti kebaktian di gedung
kebaktian Jemaat Gunung Sinai Naikolan, Kupang, saat doa persembahan jemaat,
saya memperoleh tanda bahwa akan ada orang terkemuka yang meninggal dunia. Biasanya,
apabila saya memperoleh tanda seperti itu, berselang beberapa hari kemudian
akan ada berita kematian orang terkemuka yang saya dengar. Dan ternyata benar.
Pada hari Jumat, 24 Februari 2017 siang, anak saya, Pietro memberitahukan
kepada saya bahwa sastrawan Gerson Poyk telah meninggal dunia di RS Hermina
Depok, Jakarta. Jasadnya akan dibawa ke Kupang untuk dikuburkan. Mendadak
sontak saya teringat ayat ini: “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula
dan roh [kehidupan] kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (Pengkhotbah 12:7).
Kematian
sastrawan Gerson Poyk sudah tentu merupakan peristiwa duka bagi keluarga inti, serentak menjadi berita duka yang
mengharukan bagi semua kerabat serta handai tolan. Sastrawan-sastrawan
potensial, tokoh masyarakat, dan pejabat pemerintah di kota Kupang juga
mengekspresikan belasungkawa, komentar pujian dan ketakjuban atas prestasi yang
diukir oleh Gerson Poyk (baca: POS
KUPANG, Timor Express, VICTORY NEWS, edisi Sabtu, 25 Februari 2017). Akan
tetapi bagi saya, kematian yang dialami oleh Gerson Poyk sesungguhnya sangat
indah untuk direnungkan, ALLAH telah memperkenankan Gerson Poyk untuk
menggenapi usia harapan hidup manusia sebagaimana tertulis dalam Mazmur 90:10:
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan.”
Gerson
Poyk telah mencapai dan melewati dua tonggal usia harapan hidup manusia:
pertama, tonggak usia harapan hidup tujuh puluh tahun; kedua, tonggak usia
harapan hidup delapan puluh tahun. Akan tetapi kebanggaan yang dialami oleh
Gerson Poyk setelah melewati tonggak usia harapan hidup delapan puluh tahun
ialah “kesukaran” dan “penderitaan” lantaran penyakit yang dideritanya; sebab
berlalunya buru-buru (sebab kesukaran dan penderitaan [yaitu penyakit yang
Gerson Poyk alami] cepat lewat dalam jalan hidupnya), sehingga ia mengalami
akhir hidupnya pada 24 Februari 2017.
Ketika
membaca berita kematian Gerson Poyk di tiga koran tersebut di atas, yang nanti
genap berusia 86 tahun pada 16 Juni 2017, timbul bisikan dalam hati saya:
“Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.. …,
supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala
perbuatan mereka menyertai mereka” (Wahyu 14:13). ). Terkait dengan ayat ini, Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal… Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke
situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa
kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada”(Yohanes
14:2,3). Ya, sesungguhnya Yesus yang diimani Gerson Poyk telah datang
menjemputnya melalui jalan kematian. Semoga roh kehidupan Gerson Poyk
memperoleh tempat kedamaian yang baka di rumah Bapa, di tempat di mana Yesus berada! “Selamat Jalan Gerson
Poyk!”
Kembali ke topik
Berkenaan
dengan kepergian sastrawan Gerson Poyk untuk selama-lamanya melalui jalan
kematian, Dr. Jefri Riwu Kore mengatakan: “NTT sangat kehilangan sosok
sastrawan yang cukup terkenal. Ketokohan dan kegigihan almarhum tentu sulit
untuk ditandingi. NTT kehilangan sosok sastrawan besar dan kemungkinan akan
sulit ada pengganti…” (POS KUPANG, Sabtu,
25 Februari 2017, hlm.7).
Sehubungan
dengan pernyataan yang dikutip di atas ini, maka dalam artikel ini saya ingin
menyebut beberapa sastrawan asal daerah Nusa Tenggara Timur yang saya golongkan
sebagai sastrawan senior dan sastrawan
potensial [yaitu sastrawan-sastrawan yang mempunyai potensi bersastra yang
dapat dikembangkan], yang telah dan/atau sedang merambah dunia sastra seperti
yang dirambah oleh Gerson Poyk antara tahun 1960 hingga tahun-tahun menjelang
kematiannya pada tahun 2017. Mereka ini—sama seperti Gerson Poyk—telah mengangkat nama daerah NTT, bahkan nama bangsa
Indonesia di mancanegara melalui karya tulis mereka. Saya akan sebutkan mulai
dari Gerson Poyk (1931 – 2017) dan Ris Therik (1921 - …?) sebagai sastrawan
perintis asal daerah NTT; setelah itu Dami N. Toda (1942 – 2006); Maria
Matildis Banda(1960); Fanny Jonathans Poyk (1960); Mezra E. Pellondou (1969),
dan beberapa sastrawan potensial lainnya. Sastrawan-sastrawan asal daerah NTT
yang saya sebutkan namanya dalam artikel ini—selain Gerson Poyk (almarhum) dan
Ris Therik (mendiang)—telah mengharumkan nama daerah dan juga bangsanya,
inklusif mengorbitkan dan mengharumkan nama mereka sendiri di mancanegara.
Gerson
Poyk
adalah perintis sastra NTT, sekaligus
begawan sastra terkemuka. Di WorldCat Identities ada 43 karya tulis dalam dua bahasa dan tersimpan di 418
perpustakaan mancanegara. Dan di Virtual
International Authority File (VIAF)
ada lima bendera dicantumkan pada nama dan karya tulisnya, yaitu International Security Number Identification
(ISNI), Amerika, Jerman, Belanda dan Wikidata.
Ris
Therik
adalah begawan sastra terkemuka sama seperti Gerson Poyk, namun namanya tidak
terlalu menonjol dalam pemberitaan sehingga hampir tidak dikenal oleh
masyarakat NTT. Di WorldCat Identities terdapat
32 karya tulisnya dalam tiga bahasa dan tersimpan di 116 perpustakaan
mancanegara. Sementara di VIAF ada tiga bendera yang dicantumkan pada namanya,
yaitu bendera perpustakaan nasional Jerman, Belanda dan ISNI.
Dami
N. Toda
adalah seorang kritikus sastra yang cerdas dan terkemuka. Ia juga seorang
penyair, budayawan, dan cendekiawan. Di VIAF ada tujuh bendera yang dicantumkan
pada nama dan karya tulisnya, yaitu bendera Belanda, Jerman, Amerika,
Australia, Sudoc (France) dan Wikidata; kemudian di WorldCat Identities terdapat 20 karya tulisnya dalam tiga bahasa
dan tersimpan di 144 perpustakaan mancanegara.
Maria
Matildis Banda
adalah sastrawan senior yang saya akui kreativitas dan kesastrawanannya. Di WorldCat Identities terdapat 16 karya tulisnya yang tersimpan di 82
perpustakaan mancanegara. Dan di VIAF
ada lima bendera dicantumkan pada nama dan karya tulisnya, yaitu Sudoc (France),
Amerika, ISNI, Australia dan Belanda.
Fanny
Jonathans Poyk
(putri Gerson Poyk) adalah sastrawan senior yang saya akui kreativitas dan
kesastrawanannya. Di WorldCat Identities terdapat 10 karya tulisnya yang
tersimpan di 52 perpustakaan mancanegara; serta di VIAF ada enam bendera dicantumkan
pada nama dan karya tulisnya, yaitu Jerman, Amerika, Australia, Sudoc (France),
Belanda dan ISNI.
Mezra
E. Pellondou
adalah sastrawan senior yang saya akui kreativitas dan kesastrawanannya, Mezra
banyak menghasilkan karya tulis dan memperoleh beberapa penghargaan. Di WorldCat Identities ada tiga karya tulis yang tersimpan di 34 perpustakaan mancanegara,
dan di VIAF ada dua bendera dicantumkan pada namanya, yakni bendera Belanda dan
ISNI.
John
Dami Mukese, di WorldCat
Identities ada enam karya tulis di lima perpustakaan mancanegara, dan di
VIAF ada dua bendera pada nama dan karya tulisnya yaitu bendera Belanda dan
ISNI. Selain itu, karya tulis John Dami Mukese terdapat juga di Perpustakaan Nasional
Australia.
Marsel
Robot,
di WorldCat Identities ada dua karya
tulis yang tersimpan di dua perpustakaan mancanegara; dan di VIAF ada empat
karya tulis yang tersimpan di dua perpustakaan, dan terdapat tiga bendera,
yaitu bendera Amerika, Belanda dan ISN pada nama dan karya tulisnya. Marsel
Robot, menurut hemat saya, dapat berperan secara kreatif dalam bidang-bidang
yang dipernankan oleh Dami N. Toda. Marsel Robot mempunyai potensi dalam bidang
itu, dan dapat direalitaskan melalui koran-koran yang ada di kota Kupang.
Robert
Fahik,
ada satu karya tulis di WorldCat, Open
Library, dan Perpustakaan Nasional Australia; serta di VIAF ada satu
bendera yaitu bendera Belanda tercantum pada nama dan karya tulisnya.
Jefta
Atapeni,
di WorldCat Identities ada satu karya tulisnya yang tersimpan di
sepuluh perpustakaan mancanegara, dan di VIAF terdapat satu bendera yaitu
bendera Amerika tercantum pada nama dan karya tulisnya.
Buang Sine, di WorldCat
dan OCLC Classify terdapat satu
karya tulis, serta di VIAF terdapat dua bendera yaitu bendera Belanda dan ISNI
dicantumkan pada nama dan karya tulisnya.
Amanche
Franck OE Ninu,
di WorldCat Identities terdapat satu
karya tulisnya yang tersimpan di satu perpustakaan.
Selain
nama-nama yang disebutkan di atas ini, ada seorang sastrawan potensial
bernama Mario F. Lawi yang tingkat
kecemerlangannya sudah mencapai batas pengakuan
Koran Tempo. Kumpulan puisi Memoria (2013)
dipilih sebagai salah satu buku puisi rekomendasi 2013; kumpulan puisi ekaristi (2014) didominasikan dalam 10 Besar
Kusala Sastra Khatulistiwa 2014, dan pada tahun 2015 buku kumpulan puisi ekaristi mendapat penghargaan sebagai buku puisi
terbaik. Selain itu, Mario F. Lawi berhasil meraih penghargaan dari NTT
Academia, dan dipuji oleh simpatisannya dalam pemberitaan beberapa media online. Pada tahun 2014, kecemerlangan Mario F. Lawi belum mencapai horizon
mancanegara seperti sastrawan potensial lainnya yang telah disebutkan di atas.
Namun mulai tahun 2015 ada tiga karya tulisnya telah terdapat di WorldCat
Identities, yaitu: Lelaki bukan Malaikat: kumpulan puisi. Tersimpan di 9 anggota
perpustakaan dunia; Memoria, tersimpan
di 2 anggota perpustakaan dunia, dan Mendengarkan
Coldplay: kumpulan puisi yang tersimpan di satu anggota perpustakaan dunia.
Selain itu, di VIAF tersimpan karya tulis berjudul Lelaki bukan Malaikat: kumpulan puisi, dan Memoria: kumpulan puisi; dan tiga bendera: Amerika, Belanda dan
ISNI terdapat di belakang nama dan karya tulis Mario F. Lawi.
Berdasarkan
data yang ditampilkan di atas ini maka kita harus berkata secara jujur bahwa
bukan hanya sastrawan Gerson Poyk, Ris
Therik dan Dami N. Toda saja yang telah mengorbit di mancanegara lewat karya
sastra, serta mengharumkan daerah dan bangsanya, melainkan juga sastrawan Maria
Matildis Banda, Fanny Jonathans Poyk, Mezra E. Pellondou, Marsel Robot, Mario
F. Lawi dan sastrawan-sastrawan potensial lain yang namanya telah disebutkan di
atas. Sastrawan-sastrawan senior dan potensial yang disebutkan di sini hanya
tinggal meningkatkan produktivitas
bersastra secara intensif. Sastrawan-sastrawan potensial ini tidak perlu
tampil sebagai pengganti sastrawan Gerson Poyk, Ris Therik dan Dami. N. Toda di
dalam bersastra, melainkan mereka terpanggil untuk bersastra sungguh-sungguh, berdasarkan
potensi yang ada pada diri mereka masing-masing, untuk menjadi diri sendiri, Di dunia sastra,
imitator dan karya imitatif berada di papan bawah. Dalam dunia sastra,
intensitas dan orisinalitas bersastra merupakan syarat utama. Dengan
memperhatikan syarat ini barulah seseorang akan digolongkan sebagai Author—papan
atas di atas Writer.
Catatan
perbandingan
Tidak
boleh dimungkiri Gerson Poyk adalah perintis sastra NTT sekaligus begawan
sastra terkemuka. Akan tetapi sangat berlebihan apabila ada orang yang
menyebutnya sastrawan besar. Penyebutan sastrawan besar kepada Gerson Poyk
dapat disebut kultus individu (penghormatan secara berlebihan kepada Gerson
Poyk). Sesungguhnya, berdasarkan realitas faktual kesastrawanan, Gerson Poyk
masih berada di bawah tataran sastrawan Pramoedya Ananta Toer (1925 – 2006). Di
WorldCat Identities terdapat 416
karya tulis Pramoedya yang diterjemahkan dalam 11 bahasa, dan tersimpan di
12.789 perpustakaan mancanegara. Dan di VIAF ada 20 bendera yang menyemarakkan
nama dan karya tulisnya yaitu: bendera perpustakaan nasional Jerman, ISNI,
Spanyol, Swiss, NUKAT [pusat perpustakaan Universitas Warsawa], Polandia,
Switzerland barat, NII Jepang, Prancis, Wikidata, Perpustakaan Nasional Jepang,
Portugal, Netherlands, Australia, Republik Czech, Sudoc Prancis, Swedia,
Amerika, Catalonia dan Israel. Selain itu, Pramoedya Ananta Toer juga tercatat
sebagai Author di BookerWorm.com:
The Home Of Great Writing. Sedangkan Gerson Poyk tidak tercatat sebagai Author
di BookerWorm.com. Dengan
demikian, Pramoedya Ananta Toer dapat disebut begawan sastra terkemuka dan sastrawan
besar, sementara Gerson Poyk belum dapat disebut sastrawan besar.
Gerson Poyk juga berada di bawah tataran sastrawan
Goenawan Mohamad yang ternama di WorldCat
Identities dengan 172 karya tulis yang diterjemahkan dalam 5 bahasa dan
tersimpan di 1.505 perpustakaan mancanegara; dan di VIAF ada 11 bendera
menghiasi nama dan karya tulisnya, yaitu: bendera Korea, Perpustakaan Jerman,
ISNI, NII [Japan], Belanda, National Diet Library Japan, Sudoc [ABES] France,
National Library of France, Amerika, Australia, dan Wikidata. Selain itu, Goenawan
Mohamad juga terkenal di mancanegara karena karya tulisnya yang berjudul Catatan
Pinggir sehingga ia dikenal dengan sebutan Author of Catatan Pinggir. Sementara
Gerson Poyk belum ternama di mancanegara dengan sebutan Author of… , sebab dari 42 karya tulisnya yang tercatat di VIAF
maupun di WorldCat Identities tidak
terdapat satu karya tulis yang menjadi ikon pop (tanda atau lambang
kepopuleran) Gerson Poyk untuk memperoleh sebutan Author of…
Maria
Matildis Banda, Fanny Jonathans Poyk dan Mezra E. Pellondou patut diakui
sebagai sastrawan senior dan sastrawan terkemuka asal daerah NTT. Akan tetapi
ketiga tokoh sastrawan ini masih berada
di bawah tataran Ayu Utami, yang ternama di WorldCat
Identities dengan 47 karya tulis yang diterjemahkan dalam 8 bahasa dan
tersimpan di 693 perpustakaan mancanegara. Dan di VIAF ada 11 bendera yang
menyemarakkan nama Ayu Utami dan karya tulisnya yaitu: ISNI, Korea, Amerika,
Jerman, Republik Czech., Jepang, Australia, Prancis, Belanda, Sudoc (France)
dan Wikidata. Di samping itu, Ayu Utami juga sudah ternama di mancanegara karena
novelnya yang berjudul Saman, sehingga ia dikenal
dengan sebutan Author of Saman. Sementara
Maria Matildis Banda, Fanny Jonathans Poyk dan Mezra E. Pellondou belum ternama
di mancanegara dengan sebutan Author of… , sebab dari hasil karya tulis mereka tidak terdapat satu karya tulis
pun yang diapresiasi sebagai ikon pop (tanda atau lambang kepopuleran) untuk
memperoleh sebutan Author of…
Lima Authors BookerWorm.com
Selain sastrawan-sastrawan asal
daerah NTT yang disebutkan di atas, patut disebutkan pula bahwa sampai dengan
tahun 2014 ada lima orang asal daerah NTT yang tercatat sebagai Authors
BookerWorm.com: The Home Of Great Writing. Lima orang asal daerah NTT
itu ialah: Stephanus Djawanai, Yoseph Yapi Taum, Willy A. Hangguman, Yohanes
Manhitu, dan A. G. Hadzarmawit Netti. Karya tulis kelima orang ini tidak banyak
tercatat di WorldCat Identities maupun
di Virtual International Authority File (VIAF).
Meskipun demikian, mereka digolongkan sebagai Authors, lantaran orisinalitas dan intensitas
bersastra yang tersirat dalam karya tulis mereka. Akan tetapi mulai tahun 2016
profil dan image Willy A. Hangguman telah dihapus sebagai Author di situs web Author
Profile BookerWorm.com: The Home of Great Writing.
Dengan
demikian hanya empat sastrawan asal NTT saja yang tercatat sebagai Author, yaitu: Stephanus Djawanai,
Yoseph Yapi Taum, Yohanes Manhitu dan A. G. Hadzarmawit Netti. Dari empat Author
asal NTT ini hanya profil dan image tiga Author saja yang dapat ditemukan dalam fail Images for Author Profile BookerWorm.com yaitu A. G. Hadzarmawit
Netti, Yohanes Manhitu dan Stephanus Djawanai. *****
Dari
1.381 cendekiawan, pengarang dan/atau penulis, serta sastrawan terkemuka
Indonesia yang diselisik di BookerWorm.com:
The Home Of Great Writing, hanya terdapat 42 orang Indonesia yang tercatat
sebagai Authors. Dan dari 42 orang Indonesia itu, terdapat lima orang
asal daerah Nusa Tenggara Timur, yang namanya telah disebutkan di atas. Dengan
demikian, kelima orang ini telah mengangkat dan mengharumkan nama daerah NTT di
papan atas authorship dunia, di mana profil dan images mereka terdapat di BookerWorm.com:
The Home Of Great Writing (Rumah Karya Agung). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar