Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Rabu, 19 Oktober 2011

YOHANES PEMBAPTIS (1)


INJIL Markus dan Matius menyaksikan secara langsung penampilan Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea untuk menyerukan pertobatan dan pembaptisan demi pengampunan dosa, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat. Selain itu, Yohanes Pembaptis mewartakan pula akan datangnya “seorang tokoh” yang lebih berkuasa dari padanya, yang akan melakukan pembaptisan dengan Roh Kudus dan dengan api (Markus 1:4-8; Matius 3:1-13). Injil Yohanes langsung mengisahkan tentang Yohanes (Pembaptis) memberi kesaksian kepada beberapa imam dan orang-orang Lewi yang menanyakan  siapa  dirinya, dan pekerjaan pembaptisan yang dilakukannya, serta menyaksikan pula tentang akan datangnya “seorang tokoh” yang lebih berwibawa dari padanya, yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Tokoh yang berwibawa itu disaksikan oleh Yohanes: “Ia inilah Anak Allah”(Yohanes 1:19-34).

Kisah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis dan gambaran umum tentang “kehadirannya” bagi banyak orang Israel, baru kita dapati dalam Injil Lukas (1:5-25; 57-80); dan kisah yang lebih panjang tentang pelayanan Yohanes Pembaptis dapat dibaca pula dalam pasal 3:1-22. Mungkin ada orang bertanya, mengapa kesaksian tentang Yohanes Pembaptis dalam Injil Markus dan Matius tidak sepanjang-lebar seperti yang disaksikan dalam Injil Lukas. Jawaban sederhana atas pertanyaan ini tersirat dalam bagian pendahuluan Injil Lukas: “Teofilus yang mulia, Banyak orang yang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar(Lukas 1:1-4). Berdasarkan catatan pendahuluan  ini kita tahu bahwa informasi-informasi yang tercatat dalam Injil Lukas merupakan hasil penyelidikan/penelitian, meliputi penyelidikan/penelitian bahan-bahan tertulis maupun wawancara dengan berbagai narasumber. Itulah sebabnya, berkenaan dengan Yohanes Pembaptis, informasi yang terdapat di dalam Injil Lukas lebih banyak dari pada yang disajikan di dalam Injil Markus dan Matius.

Pada masa pra-kelahiran dan masa sesudah kelahiran Yohanes Pembaptis dan kelahiran Yesus sampai dengan masa Yohanes Pembaptis dan Yesus mengemban misi masing-masing, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengajarkan bahwa  Elia harus datang terlebih dahulu (Markus 9:11) sebelum kedatangan Mesias. Ajaran/kepercayaan ini didasarkan pada Maleakhi 4:5 yang mengatakan: “Sesungguhnya Aku (= TUHAN) akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.”  Dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, Yohanes Pembaptis secara eksplisit diidentifikasi dengan “datang dan/atau hidup kembalinya Elia”; “Elia hidup lagi”; “Elia kembali hidup” [Elijah Redivivus] (Alan Richardson. Theological Word Book Of The Bible. London 1962:72), dan identifikasi ini dihubungkan dengan  pernyataan  Yesus: “… Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia” (Markus 9:11-13; Matius 17:10-12). Berkenaan dengan apa yang Yesus katakan tentang Elia itu, penulis Injil Matius memberikan catatan tambahan: “Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis” (Matius 17:13). Apalagi mengenai tampilnya Yohanes Pembaptis, Yesus pernah berkata kepada murid-muridnya: “Sebab semua nabi dan Kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan—jika kamu mau menerimanya—ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Matius 11:13-15).

Berdasarkan uraian di atas ini, terutama pernyataan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis ialah Elia yang dinubuatkan akan datang itu, maka apakah yang masih harus kita ragukan lagi? Bukankah apa yang disaksikan oleh Yesus itu sepatutnya kita terima sebagai  pengertian yang sesungguhnya (= pengertian yang sebenarnya, pengertian yang  tidak mengandung kebohongan)?  Tetapi aneh, Esra Alfred Soru (Selanjutnya akan disapa, Esra) dalam opininya  (Yohanes Pembaptis Elia atau Bukan”. Timor Express edisi Senin, 13-8-2007) mengatakan sebagai berikut: “Kalau begitu ‘Siapakah Yohanes Pembaptis itu?’ Dalam pengertian yang sudah dijelaskan di atas, dia adalah Elia yang akan datang. Namun dalam pengertian yang sesungguhnya, Yohanes Pembaptis adalah Yohanes Pembaptis. Ia adalah dirinya sendiri. Ia bukan dirinya orang lain, ia bukan yang bukan dirinya sendiri. Ia adalah ia.”   Pernyataan Esra ini menyarankan adanya dua pengertian tentang Yohanes Pembaptis, yaitu “pengertian yang sesungguhnya” dan “pengertian yang bukan sesungguhnya”. Ini berarti pernyataan Yesus tentang Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu merupakan pengertian yang bukan sesungguhnya, atau pengertian yang bukan sebenarnya.  Dan pendapat Esra yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Yohanes Pembaptis; Ia adalah dirinya sendiri; Ia bukan dirinya orang lain; Ia bukan yang bukan dirinya sendiri; Ia adalah ia, merupakan pengertian yang sesungguhnya, atau pengertian yang sebenarnya.  Jadi, Esra lebih tahu dan/atau lebih kenal siapa Yohanes Pembaptis yang sesungguhnya, sedangkan Yesus hanya tahu yang tidak sesungguhnya, atau Yesus hanya tahu yang tidak sebenarnya, sedangkan Esra tahu yang sebenarnya. Mengapa saya dapat simpulkan demikian? Jawabnya, karena kata “namun” (kata penghubung yang menandai makna perlawanan) dalam frasa yang berbunyi “Namun dalam pengertian yang sesungguhnya…,” menyiratkan pendapat Esra yang tidak membenarkan atau menolak pernyataan bahwa Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu, yang telah Esra uraikan secara panjang lebar sebelumnya.

Dalam Injil Lukas 1:17 malaikat Tuhan yang menampakkan diri kepada Zakharia berkata tentang Yohanes sebagai berikut: “dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak baginya”. Berdasarkan ayat ini, maka Yohanes Pembaptis—memang benar seperti kata Yesus dalam Matius 11:14—ialah Elia yang akan datang itu. Yohanes Pembaptis ialah Elia yang sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia (Matius 17:12-13). Apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis “bukan dilakukan menurut kehendak dan kuasa pribadinya, melainkan dalam roh dan kuasa Elia”. Ya, Yohanes Pembaptis tidak bertindak berdasarkan  kehendak dan kemampuannya sendiri sebagai dirinya sendiri. Yohanes Pembaptis tidak independen, melainkan dependen, karena yang bekerja di dalam dirinya adalah roh dan kuasa Elia. Dan ini sebenarnya telah dijelaskan oleh Esra dalam opininya, seraya menunjukkan adanya kemiripan, antara lain  “mirip dalam hal pakaian”; “mirip dalam hal semangat dan keberanian”; dan “mirip dalam hal tujuan”. Dengan demikian, diri (kepribadian) Yohanes Pembaptis bukan lagi diri (kepribadian) Yohanes Pembaptis, akan tetapi diri (kepribadian) Yohanes Pembaptis adalah identifikasi diri (kepribadian) Elia. Catatan: Kata Gerika, ouk epegnōsan, dalam Matius 17:12 yang diterjemahkan dengan “tidak mengenal”, memiliki medan makna:”tidak memiliki daya batin untuk mengetahui” (A Pocket Lexicon To The Greek New Testament. Oxford 1943:92). Dengan demikian, kata Yesus dalam Matius 17:12 yang berbunyi: “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia,”  itu berarti, “Elia sudah datang tetapi orang tidak memiliki daya batin untuk mengetahui akan Elia.” Berdasarkan pengertian ini maka orang yang tidak mengenal Elia yang sudah datang dalam kehadiran Yohanes Pembaptis, memberi pertunjuk bahwa orang itu tidak memiliki daya batin untuk mengetahui akan Elia yang sudah datang dalam kehadiran Yohanes Pembaptis.

Sangat disayangkan bahwa Esra hanya mengenal “roh dan kuasa Elia” dalam tokoh Yohanes Pembaptis sebatas “kemiripan-kemiripan belaka”, sehingga Esra membuat kesimpulan:  Nah, adanya kemiripan inilah yang membuat Yohanes Pembaptis disebut sebagai Elia yang akan datang…”  Berdasarkan kesimpulan ini, secara tidak langsung (sadar atau tidak sadar) Esra telah mengatakan kepada kita bahwa “Yesus menyebut Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu, hanya lantaran kemiripan-kemiripan yang ada antara Yohanes Pembaptis dan Elia”. Dan ini sungguh sangat bertentangan dengan kesaksian Injil, sebab Yesus tidak pernah menyebut Yohanes Pembaptis ialah Elia karena adanya kemiripan-kemiripan, melainkan Yesus secara tegas berkata: “Semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan—jika kamu mau menerimanya—ialah Elia yang akan datang itu´(Matius 11:13-14). Dan pada ayat 15 Yesus berkata pula: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Namun ternyata  ada orang yang  bertelinga, tetapi  tidak mendengar kesaksian Yesus secara gamblang tentang Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu. Alhasilnya, orang yang bertelinga tetapi tidak mendengar berkilah: Yohanes Pembaptis adalah Yohanes Pembaptis. Ia (Yohanes Pembaptis) adalah dirinya sendiri; ia bukan dirinya orang lain; ia bukan yang bukan dirinya sendiri; ia adalah ia. Ah! Permainan kata-kata yang lincah tetapi kosong, tidak bermakna spiritual yang mengandung kebenaran Injili.

Setelah mencermati opini Esra yang dimuat di Timex edisi Senin, 13-8-2007 itu, saya memperoleh kesan bahwa sebenarnya Esra menolak atau tidak setuju dengan kesaksian yang menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu. Tetapi karena Yesus sendirilah yang mengatakan demikian, maka Esra enggan berterus terang menolak, kecuali berusaha melakukan berbagai dalih untuk menyelaraskan pernyataan Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:20-23) dengan kesaksian Yesus (Matius 11:14).  Saya memperoleh kesan bahwa Esra menghadapi dua kendala. Pertama, karena Esra tidak mengetahui secara baik dan benar tentang “mengapa kesaksian di dalam Injil Yohanes tentang tokoh Yohanes Pembaptis kelihatannya bertentangan dengan kesaksian yang terdapat dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas”. Kedua, karena Esra terjebak dalam kebuntuan konsepsi tentang “reinkarnasi” yang Esra katakan sebagai konsep Hindu-Budha, dan ini menunjukkan bahwa Esra sama sekali tidak memahami harapan  orang-orang Yahudi sesuai dengan pandangan populer dan keyakinan mereka tentang  Elijah Redivivus, yaitu “datang dan/atau hidup kembalinya Elia”, “Elia hidup lagi”, atau “Elia kembali hidup”, yang dihubungkan dengan nubuat  tentang kedatangan nabi Elia seperti yang tertulis dalam Maleakhi 4:5.

Sudah lama (ratusan tahun) orang-orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi, sebelum kedatangan Mesias, maka Elia harus datang terlebih dahulu (Matius 17:10, dyb; Maleakhi 4:5) Di kalangan orang-orang Yahudi, kedatangan Elia diidentifikasi juga dengan “nabi yang akan datang itu” (Yohanes 1:21) yang menunjuk kepada nubuat yang terdapat dalam Yesaya 40:3. Tampilnya Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan datang ke seluruh daerah Yordan dalam menyerukan pertobatan dan menganjurkan baptisan demi pengampunan dosa, menggegerkan orang-orang Yahudi di Yerusalem. Itulah sebabnya, orang-orang Yahudi di Yerusalem yang percaya akan nubuat kedatangan Mesias dan/atau Elijah Redivivus dan/atau nabi yang akan datang itu mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepada Yohanes untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?”  (Yohanes 1:19). Yohanes Pembaptis yang dituntun oleh roh dan kuasa Elia  mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias” (ayat 20). Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?”  Dan ia menjawab: “Bukan!”  Mereka bertanya lagi: “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” (ayat 21). Dari dialog ini ada dua hal yang patut dicatat. (1) Yohanes Pembaptis mengaku dan tidak berdusta bahwa ia bukan Mesias. (2) Yohanes Pembaptis mengelak untuk memberitahukan “siapa dirinya” kepada orang-orang yang ingin mengetahui siapa sesungguhnya dia. Ini tidak berarti bahwa Yohanes tidak mengetahui “siapa dirinya dan apa panggilannya”. Sesungguhnya Yohanes mengetahui “siapa dirinya dan apa panggilannya”, namun ia tidak mengutamakan dirinya dan panggilannya untuk ditonjolkan. Tetapi ketika Yohanes Pembaptis didesak lagi untuk menyatakan siapa sebenarnya dirinya (perhatikan ayat 22),  maka ia menjawab: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya” (Yohanes 1:23). Dalam jawaban ini, Yohanes Pembaptis tetap tidak menjelaskan siapa dirinya, melainkan ia mengidentifikasi diri dan misi yang diembannya dengan “tokoh” dalam nubuat berita kelepasan yang tertulis dalam Yesaya 40:3. Dalam jawaban ini, Yohanes mempergunakan majas alusi(o) yang menunjuk secara tidak langsung kepada tokoh yang terkenal dalam pengharapan mesianik orang-orang Yahudi. Apakah yang dapat kita catat lagi dari penjelasan  ini? Ternyata Yohanes Pembaptis tetap menutup diri. Ia tidak terpancing untuk menonjolkan diri. Ego Yohanes Pembaptis dituntun oleh roh dan kuasa Elia, sehingga ia tidak memamerkan dirinya. Tetapi sesuai dengan pengharapan mesianik orang-orang Yahudi, ia merasa cukup mengutip secara singkat suara nubuat berita kelepasan yang tertulis dalam Yesaya 40:3. untuk mengidentifikasi dirinya atau  kehadirannya, serta  misi yang diembannya.

Jawaban Yohanes Pembaptis tersebut tetap tidak memuaskan keingintahuan para penanya sehingga mereka bertanya lagi: “Mengapa engkau membaptis, jika engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” (ayat 25).  Yohanes Pembaptis menjawab: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak” (ayat 26-27). Dari jawaban ini kita melihat bahwa kesaksian Yohanes Pembaptis mengenai dirinya tidak diutamakan dan dibesar-besarkan, melainkan Yesus yang diutamakan dan diagungkan (band. Yohanes 3:29-30). Ya,  Yohanes Pembaptis benar-benar menyadari identitas dirinya, akan tetapi ia hanya mengemukakannya dalam majas alusi(o): “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya” (ayat 23). Yohanes Pembaptis tetap menyadari identitas dirinya sebagai orang yang diutus untuk mendahului kedatangan Mesias. Dalam Injil Yohanes 3:28 Yohanes Pembaptis menjelaskan kepada murid-muridnya sebagai berikut: “Kamu sendiri dapat memberikan kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya” Penjelasan Yohanes Pembaptis  kepada murid-muridnya  (yang ternyata luput dari perhatian Esra), sudah cukup sebagai bukti untuk mengidentifikasi Yohanes Pembaptis ialah Elia yang harus datang dahulu sebelum kedatangan Mesias sebagaimana dikatakan ahli-ahli Taurat (Markus 9:11-13, dyb.; Maleakhi 4:5; Lukas 1:17). Dan oleh karena itu, pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis ialah Elia yang akan datang itu adalah pengertian  yang susungguhnya tentang siapakah  itu Yohanes Pembaptis,  sedangkan pernyataan Esra yang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Yohanes Pembaptis; Ia adalah dirinya sendiri; Ia bukan dirinya orang lain; Ia bukan yang bukan dirinya sendiri; Ia adalah ia, yang Esra katakan sebagai “pengertian yang sesungguhnya tentang siapakah Yohanes Pembaptis itu”  adalah dalih-dalih yang  tidak mengandung kebenaran Injili, dan karena itu bukan pengertian yang sesungguhnya, melainkan permainan kata-kata hampa.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar