Adventus Natal (parokilaurentiusbdg.org) |
(Oleh: A. G.
Hadzarmawit Netti)
Adventus (kata Latin),
artinya “kedatangan”. Kata adventus
merupakan terjemahan alternatif dari kata Yunani, parousia, artinya “kedatangan”. Dalam bahasa Inggris, “advent”,
artinya “coming” (= kedatangan), atau “arrival” (= kedatangan).
Adventus (Latin), atau parousia
(Yunani), atau “advent” (Inggris), dan
diindonesiakan menjadi adven yang berarti “kedatangan”, dalam
teologia agama kristen menunjuk pada pengharapan eschatologis, yaitu menyangkut pengharapan berdasarkan doktrin
mengenai zaman akhir (Yunani: eschatos) berkenaan dengan “kedatangan Kristus sebagai hakim dunia pada
akhir zaman”.
Kemudian,
Gereja menganggap kehidupan Yesus dalam inkarnasi (penjelmaan, atau pengambilan
wujud menjadi manusia) sebagai “kedatangan yang pertama”, dan “kedatangan yang
kedua akan terjadi pada masa depan (akhir zaman)”.
Kalender
gerejawi mengenai masa adven, atau adventus, pada mulanya enam minggu,
kemudian ditetapkan menjadi empat minggu, sebagai masa persiapan menyongsong
Hari Natal. Di kalangan orang-orang Kristen tertentu adventus diingat sebagai masa puasa dan doa, sekaligus sebagai masa
persiapan menyongsong Hari Natal, dalam rangka memperingati kedatangan Yesus
sebagai manusia melalui kelahiran-Nya di Betlehem. Dan selain itu, adventus juga sebagai penyadaran iman
menyongsong hari kedatangan Yesus kedua kali pada akhir zaman.
Adventus (kedatangan)
yang pertama sudah terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lampau, yaitu
kedatangan Yesus melalui kelahiran-Nya di Betlehem. Mengenai tahun kelahiran
Yesus, tidak ada keseragaman pendapat di antara para ahli. F. R. Montgomery
Hitchcock dalam Hastings’ D.C.G. hlm.
408ff mengatakan, Yesus lahir pada tahun 5 sebelum Masehi. Dr. A.C. Bouquet,
dalam Comparative Religion, 1945:179
dan Good News Bible, TEV 1978:358
mengatakan, Yesus lahir pada tahun 6 sebelum Masehi. Robert Ernest Hume, Ph.D.,
dalam The World Living Religion, 1933:236 mengatakan,
Yesus lahir pada tahun 4 sebelum Masehi. Dan dalam buku Saksi Yehova, Babylon The Great Has Fallen! God’s Kingdom
Rules! Watch Tower Bible & Tract Society of Pennsylvania, 1963:686,
mengatakan Yesus lahir pada tahun 2 sebelum Masehi.
Berdasarkan
hasil penelitian saya—setelah menyelisik dan membandingkan berbagai sumber data
dengan teori vibrasi yang saya kembangkan berkenaan dengan “jejak-jejak Israel
paling awal yang baru muncul pada sekitar tahun 1300 sebelum Masehi”—maka saya memperoleh
petunjuk bahwa Yesus lahir pada tahun 6 sebelum Masehi. Dengan demikian, saya
memberikan afirmasi atas penetapan kelahiran Yesus pada tahun 6 sebelum Masehi
sebagai mana diperkirakan oleh Dr. Bouquet dan/atau dicatat dalam Good News Bible TEV sebagaimana telah disebutkan di atas.
Kembali
kepada pokok pembicaraan tentang adventus,
maka empat minggu adventus sebelum perayaan Natal pada tanggal 25 Desember
setiap tahun itu, hanya sebagai masa-masa persiapan menyongsong dan/atau
menyambut perayaan Natal. Sekaligus sebagai “lonceng peringatan” bagi kita bahwa
sesungguhnya setiap waktu kita sedang berada dalam masa penantian akan
“kedatangan Yesus yang kedua, yang akan terjadi pada masa depan (akhir zaman)”.
Kapan
akan terjadi “kedatangan (adventus)
yang kedua”? Kata Yesus: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa
saja” (Markus 13:32; Matius 24:36). Dengan demikian, setiap waktu atau setiap
hari, kita senantiasa berada dalam masa penantian akan “kedatangan yang kedua”.
Marginalia (Catatan
pinggir)
1. Pada tahun 2001, ketika saya genap
berusia 60 tahun pada tanggal 9 Oktober, saya memperoleh petunjuk ilahi bahwa
adventus bagi saya pribadi menuju ke batas usia 70 tahun dan/atau 80 tahun,
jika dikehendaki Tuhan, menunjuk kepada “hari kedatangan kematian” atau “hari
menyambut kematian”. Karena itu, saya disadarkan untuk senantiasa berjaga-jaga
(waspada) melalui petunjuk Injil Lukas 12:35-48 yang hendaknya ditafsirkan dan
dipahami secara kiasan (alegori). Alasan untuk ini saya temukan berdasarkan
bimbingan Roh Kudus sebagai berikut:
Doktrin
mengenai akhir zaman (eschatos)
berkenaan dengan kedatangan Kristus sebagai hakim dunia pada akhir zaman
hendaknya disadari pula sebagai “tanda tunjuk” pada “akhir jalan hidup manusia”, yaitu “menjelang mati” (eschatōs echō) yang tidak seorangpun tahu tentang hari,
tanggal, bulan, dan tahun kematiannya. Itulah sebabnya, setiap orang percaya
terpanggil untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan, agar, apabila kematian datang
menjemputnya, ia terhisab ke dalam orang yang berbahagia; “… Berbahagialah
orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini .” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh
beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai
mereka.” (Wahyu 14:13).
2.
Ada tiga ungkapan berkenaan dengan kata adventus, yang sebaiknya diketahui pula,
yaitu: adventus in carnal, adventus in
spiritus, dan adventus in gloria.
Ungkapan
adventus in carnal, atau adventus in carnis, berasal dari bahasa Latin, artinya:
kedatangan dalam tubuh. Kedatangan
Yesus ke dalam dunia melalui inkarnasi (dikandungkan dan dilahirkan oleh
Maria), adalah adventus in carnal, atau
adventus in carnis
Ungkapan
adventus in spiritus, berasal dari bahasa Latin, artinya: kedatangan dalam roh. Adventus
in spiritus menunjuk kepada
“kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta”, yaitu hari pencurahan Roh Kudus
atas para rasul.
Ungkapan
adventus in gloria, berasal dari bahasa Latin, artinya: kedatangan dalam kebesaran; atau kedatangan dalam keagungan; atau kedatangan dalam kemuliaan. Adventus
in gloria menunjuk kepada
kedatangan Yesus pada akhir zaman: “Pada waktu itu orang akan melihat Anak
Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” (Lukas
21:27, dyb); atau sebagaimana dikatakan oleh penulis surat Titus pasal 2:13: “dengan menantikan penggenapan pengharapan
kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus”.
3.
Dalam Tata Ibadah Minggu Adven I Rayon Klasis Kota Kupang, 30 November 2014,
dengan tema, “Sang Raja Akan Datang”, pada unsur Panggilan Beribadah, khususnya
pada Jawaban Jemaat, terdapat
suatu frasa (bagian dari kalimat) yang perlu dikoreksi. Frasa tersebut berbunyi
sebagai berikut: “… kami menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya, yang
dikenal dengan hari Maranatha…”
Maranatha berasal dari
bahasa Aram: marana tha, artinya
“Tuhan kami, datanglah!” atau
“Datanglah, Tuhan kami!” serta maran atha, artinya “Tuhan kami telah datang”,
atau “Tuhan kami [segera akan] datang !”
Ungkapan bahasa Aram, Marana tha, yang
diindonesiakan menjadi Maranatha,
artinya “Tuhan kami, datanglah!” atau
“Datanglah, Tuhan kami!” pada hakikatnya
merupakan “doa umat Kristen (jemaat induk berbahasa Aram) di Jerusalem”.
Doa seperti ini dipraktikkan juga di
kalangan umat Kristen berbahasa Yunani, tetapi ungkapannya bukan dalam bahasa
Aram, Marana tha, melainkan dalam ungkapan bahasa
Yunani, erchou kurie, yang artinya “datanglah, Tuhan!” atau
“Tuhan, datanglah!” Ungkapan doa pengharapan
akan kedatangan Tuhan dalam bahasa Yunani ini terdapat dalam Wahyu 22:20
bagian akhir yang berbunyi: Amēn, erchou
kurie Iēsou (Amin, datanglah, Tuhan Yesus). Sedangkan ungkapan doa
pengharapan akan kedatangan Tuhan dalam bahasa Aram, Marana tha, satu kali
dipergunakan oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 16:22 : ei tis ou philei ton kurion, ētō anathema. Marana tha. (Siapa yang
tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranatha!). Dalam ayat ini Paulus
mempergunakan ungkapan Maranatha (“Datanglah,
Tuhan kami!” Atau “Tuhan kami, datanglah!”) sebagai suatu ekspresi pengharapan
yang kuat dan tegas berkenaan dengan kutukan yang Paulus kemukakan: “Siapa yang
tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.” Sebab, pada kedatangan Tuhan, maka
Tuhan akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya masing-masing,
termasuk setiap orang yang tidak mengasihi Tuhan yang Paulus kutuk itu.
Berdasarkan
tinjauan di atas ini maka frasa “… kami
menantikan kedatangan Yesus kedua kali, yang dikenal dengan hari Maranatha”, sesungguhnya
sangat rancu, sebab ungkapan Maranatha adalah ungkapan “doa dan/atau
pengharapan akan kedatangan Yesus: “Tuhan kami, datanglah!” atau “Datanglah,
Tuhan kami!” yang tertuju dan/atau terarah kepada kedatangan Yesus pada akhir zaman yang
dinanti-nantikan. Dengan demikian,
rumusan kalimat sebagai jawaban jemaat atas panggilan beribadah dalam Tata
Ibadah Minggu Adven I, Rayon IV Klasis Kota Kupang, 30 November 2014 itu, lebih
pas dan berterima jika dirumuskan sebagai berikut: “Ya, kami siap menyongsong peringatan
natal Yesus dengan penuh suka cita. Dan
bukan saja peringatan natal Yesus yang siap kami songsong, melainkan berkenaan
dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, sekalipun tidak diiketahui waktunya,
kami pun setia menanti sambil terus berjaga-jaga dengan penuh kepastian iman
dan harap: “Maranatha!” (“Datanglah, Tuhan kami!”).”
4. Ungkapan “kedatangan Yesus kedua
kali”, atau “kedatangan Yesus pada akhir zaman” , dalam Perjanjian Baru disebutkan
dengan beberapa variasi ungkapan, misalnya: “kedatangan Anak Manusia” [hē parousia tou huiou tou anthrōpou]
(Matius 24:27,37,39); “kedatangan Yesus, Tuhan kita” [hē parousia tou kuriou hēmōn Iēsou] (1 Tesalonika 3:13);
“kedatangan Tuhan” [tēn parousian tou
kuriou] (1 Tesalonika 4:15); “kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus” [tē parousia tou kuriou hēmōn Iēsou Christou]
(1 Tesalonika 5:23). Selain ungkapan-ungkapan ini terdapat pula ungkapan: “hari
Tuhan” [hēmeran kuriou] (Kisah 2:20;
1 Tesalonika 5:2; 2 Petrus 3:10); “kedatangan hari Allah” [tēn parousian tēs tou theou
hēmeras] (2 Petrus 3:12); “hari
Tuhan kita Yesus Kristus” [tē hēmera tou
kuriou hēmōn Iēsou (Christou)] (1 Korintus 1:8; 2 Korintus 1:14). Semua
ungkapan-ungkapan ini menunjuk kepada kedatangan Yesus; kehadiran Yesus pada akhir zaman, yang dikenal dengan istilah teknis eskatologis, parousia. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar