Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 02 Desember 2014

ADVENTUS

Adventus Natal (parokilaurentiusbdg.org)

(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)

Adventus (kata Latin), artinya “kedatangan”. Kata adventus merupakan terjemahan alternatif dari kata Yunani, parousia, artinya “kedatangan”. Dalam bahasa Inggris, “advent”, artinya “coming” (= kedatangan), atau “arrival” (= kedatangan).

Adventus (Latin),  atau parousia (Yunani), atau  “advent” (Inggris), dan diindonesiakan menjadi adven yang berarti “kedatangan”, dalam teologia agama kristen menunjuk pada pengharapan eschatologis, yaitu menyangkut pengharapan berdasarkan doktrin mengenai zaman akhir (Yunani:  eschatos) berkenaan dengan  “kedatangan Kristus sebagai hakim dunia pada akhir zaman”.


Kemudian, Gereja menganggap kehidupan Yesus dalam inkarnasi (penjelmaan, atau pengambilan wujud menjadi manusia) sebagai “kedatangan yang pertama”, dan “kedatangan yang kedua akan terjadi pada masa depan (akhir zaman)”.

Kalender gerejawi mengenai masa adven, atau adventus, pada mulanya enam minggu, kemudian ditetapkan menjadi empat minggu, sebagai masa persiapan menyongsong Hari Natal. Di kalangan orang-orang Kristen tertentu adventus diingat sebagai masa puasa dan doa, sekaligus sebagai masa persiapan menyongsong Hari Natal, dalam rangka memperingati kedatangan Yesus sebagai manusia melalui kelahiran-Nya di Betlehem. Dan selain itu, adventus juga sebagai penyadaran iman menyongsong hari kedatangan Yesus kedua kali pada akhir zaman.

Adventus (kedatangan) yang pertama sudah terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lampau, yaitu kedatangan Yesus melalui kelahiran-Nya di Betlehem. Mengenai tahun kelahiran Yesus, tidak ada keseragaman pendapat di antara para ahli. F. R. Montgomery Hitchcock dalam Hastings’ D.C.G. hlm. 408ff mengatakan, Yesus lahir pada tahun 5 sebelum Masehi. Dr. A.C. Bouquet, dalam Comparative Religion, 1945:179 dan Good News Bible, TEV 1978:358 mengatakan, Yesus lahir pada tahun 6 sebelum Masehi. Robert Ernest Hume, Ph.D., dalam The World  Living Religion, 1933:236 mengatakan, Yesus lahir pada tahun 4 sebelum Masehi. Dan dalam buku Saksi Yehova, Babylon The Great Has Fallen! God’s Kingdom Rules! Watch Tower Bible & Tract Society of Pennsylvania, 1963:686, mengatakan Yesus lahir pada tahun 2 sebelum Masehi.
Berdasarkan hasil penelitian saya—setelah menyelisik dan membandingkan berbagai sumber data dengan teori vibrasi yang saya kembangkan berkenaan dengan “jejak-jejak Israel paling awal yang baru muncul pada sekitar tahun 1300 sebelum Masehi”—maka saya memperoleh petunjuk bahwa Yesus lahir pada tahun 6 sebelum Masehi. Dengan demikian, saya memberikan afirmasi atas penetapan kelahiran Yesus pada tahun 6 sebelum Masehi sebagai mana diperkirakan oleh Dr. Bouquet dan/atau dicatat dalam Good News Bible TEV  sebagaimana telah disebutkan di atas.

Kembali kepada pokok pembicaraan tentang adventus, maka empat minggu adventus sebelum perayaan Natal pada tanggal 25 Desember setiap tahun itu, hanya sebagai masa-masa persiapan menyongsong dan/atau menyambut perayaan Natal. Sekaligus sebagai “lonceng peringatan” bagi kita bahwa sesungguhnya setiap waktu kita sedang berada dalam masa penantian akan “kedatangan Yesus yang kedua, yang akan terjadi pada masa depan (akhir zaman)”.

Kapan akan terjadi “kedatangan (adventus) yang kedua”? Kata Yesus: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja” (Markus 13:32; Matius 24:36). Dengan demikian, setiap waktu atau setiap hari, kita senantiasa berada dalam masa penantian akan “kedatangan yang kedua”.

Marginalia (Catatan pinggir)

1. Pada tahun 2001, ketika saya genap berusia 60 tahun pada tanggal 9 Oktober, saya memperoleh petunjuk ilahi bahwa adventus bagi saya pribadi menuju ke batas usia 70 tahun dan/atau 80 tahun, jika dikehendaki Tuhan, menunjuk kepada “hari kedatangan kematian” atau “hari menyambut kematian”. Karena itu, saya disadarkan untuk senantiasa berjaga-jaga (waspada) melalui petunjuk Injil Lukas 12:35-48 yang hendaknya ditafsirkan dan dipahami secara kiasan (alegori). Alasan untuk ini saya temukan berdasarkan bimbingan Roh Kudus sebagai berikut:

Doktrin mengenai akhir zaman (eschatos) berkenaan dengan kedatangan Kristus sebagai hakim dunia pada akhir zaman hendaknya disadari pula sebagai “tanda tunjuk” pada “akhir jalan hidup  manusia”, yaitu “menjelang mati” (eschatōs echō) yang  tidak seorangpun tahu tentang hari, tanggal, bulan, dan tahun kematiannya. Itulah sebabnya, setiap orang percaya terpanggil untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan, agar, apabila kematian datang menjemputnya, ia terhisab ke dalam orang yang berbahagia; “… Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini .”  “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” (Wahyu 14:13).

2. Ada tiga ungkapan berkenaan dengan kata adventus, yang sebaiknya diketahui pula, yaitu: adventus in carnal, adventus in spiritus, dan adventus in gloria.

Ungkapan adventus in carnal, atau adventus in carnis, berasal dari bahasa Latin, artinya: kedatangan dalam tubuh. Kedatangan Yesus ke dalam dunia melalui inkarnasi (dikandungkan dan dilahirkan oleh Maria), adalah adventus in carnal, atau adventus in carnis

Ungkapan adventus in spiritus, berasal dari bahasa Latin, artinya: kedatangan dalam roh. Adventus in spiritus menunjuk kepada “kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta”, yaitu hari pencurahan Roh Kudus atas para rasul.

Ungkapan adventus in gloria, berasal dari bahasa Latin, artinya: kedatangan dalam kebesaran; atau kedatangan dalam keagungan; atau kedatangan dalam kemuliaan.  Adventus in gloria menunjuk kepada kedatangan Yesus pada akhir zaman: “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” (Lukas 21:27, dyb); atau sebagaimana dikatakan oleh penulis surat Titus pasal 2:13: “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”.

3. Dalam Tata Ibadah Minggu Adven I Rayon Klasis Kota Kupang, 30 November 2014, dengan tema, “Sang Raja Akan Datang”, pada unsur Panggilan Beribadah, khususnya  pada Jawaban Jemaat, terdapat suatu frasa (bagian dari kalimat) yang perlu dikoreksi. Frasa tersebut berbunyi sebagai berikut: “… kami menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya, yang dikenal dengan hari Maranatha…” 

Maranatha  berasal dari bahasa Aram: marana  tha, artinya “Tuhan kami, datanglah!”  atau “Datanglah, Tuhan kami!” serta maran  atha, artinya “Tuhan kami telah datang”, atau “Tuhan kami [segera akan] datang !”  Ungkapan bahasa Aram, Marana tha, yang diindonesiakan menjadi Maranatha, artinya  “Tuhan kami, datanglah!” atau “Datanglah, Tuhan kami!”  pada hakikatnya merupakan  “doa umat Kristen  (jemaat induk berbahasa Aram) di Jerusalem”. Doa seperti ini  dipraktikkan juga di kalangan umat Kristen berbahasa Yunani, tetapi ungkapannya bukan dalam bahasa Aram, Marana  tha, melainkan dalam ungkapan bahasa Yunani, erchou kurie,  yang artinya “datanglah, Tuhan!” atau “Tuhan, datanglah!” Ungkapan doa pengharapan  akan kedatangan Tuhan dalam bahasa Yunani ini terdapat dalam Wahyu 22:20 bagian akhir yang berbunyi: Amēn, erchou kurie Iēsou (Amin, datanglah, Tuhan Yesus). Sedangkan ungkapan doa pengharapan akan kedatangan Tuhan dalam bahasa Aram, Marana  tha, satu kali dipergunakan oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 16:22 : ei tis ou philei ton kurion, ētō anathema. Marana tha. (Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranatha!). Dalam ayat ini Paulus mempergunakan ungkapan Maranatha (“Datanglah, Tuhan kami!” Atau “Tuhan kami, datanglah!”) sebagai suatu ekspresi pengharapan yang kuat dan tegas berkenaan dengan kutukan yang Paulus kemukakan: “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.” Sebab, pada kedatangan Tuhan, maka Tuhan akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya masing-masing, termasuk setiap orang yang tidak mengasihi Tuhan yang Paulus kutuk itu.

Berdasarkan tinjauan di atas ini maka frasa “… kami menantikan  kedatangan Yesus kedua kali, yang dikenal dengan hari Maranatha”, sesungguhnya sangat rancu, sebab ungkapan Maranatha adalah ungkapan “doa dan/atau pengharapan akan kedatangan Yesus: “Tuhan kami, datanglah!” atau “Datanglah, Tuhan kami!” yang tertuju dan/atau terarah kepada  kedatangan Yesus pada akhir zaman yang dinanti-nantikan.  Dengan demikian, rumusan kalimat sebagai jawaban jemaat atas panggilan beribadah dalam Tata Ibadah Minggu Adven I, Rayon IV Klasis Kota Kupang, 30 November 2014 itu, lebih pas dan berterima jika dirumuskan sebagai berikut: “Ya, kami siap menyongsong peringatan natal Yesus  dengan penuh suka cita. Dan bukan saja peringatan natal Yesus yang siap kami songsong, melainkan berkenaan dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, sekalipun tidak diiketahui waktunya, kami pun setia menanti sambil terus berjaga-jaga dengan penuh kepastian iman dan harap: “Maranatha!” (“Datanglah, Tuhan kami!”).”

          4. Ungkapan “kedatangan Yesus kedua kali”, atau “kedatangan Yesus pada akhir zaman” , dalam Perjanjian Baru disebutkan dengan beberapa variasi ungkapan, misalnya: “kedatangan Anak Manusia” [hē parousia tou huiou tou anthrōpou] (Matius 24:27,37,39); “kedatangan Yesus, Tuhan kita” [hē parousia tou kuriou hēmōn Iēsou] (1 Tesalonika 3:13); “kedatangan Tuhan” [tēn parousian tou kuriou] (1 Tesalonika 4:15); “kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus” [tē parousia tou kuriou hēmōn Iēsou Christou] (1 Tesalonika 5:23). Selain ungkapan-ungkapan ini terdapat pula ungkapan: “hari Tuhan” [hēmeran kuriou] (Kisah 2:20; 1 Tesalonika 5:2; 2 Petrus 3:10); “kedatangan hari Allah” [tēn  parousian tēs tou theou hēmeras] (2 Petrus 3:12);  “hari Tuhan kita Yesus Kristus” [tē hēmera tou kuriou hēmōn Iēsou (Christou)] (1 Korintus 1:8; 2 Korintus 1:14). Semua ungkapan-ungkapan ini menunjuk kepada  kedatangan Yesus; kehadiran Yesus pada akhir zaman, yang dikenal dengan istilah  teknis eskatologis, parousia. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar