Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Sabtu, 08 Maret 2014

SASTRAWAN MEZRA PELLONDOU, AMBISI, DAN NTT ACADEMIA AWARD 2013

ANTARA sastrawan Mezra Pellondou, ambisi, dan NTT Academia Award 2013 telah menyatu,  dan menjadi kenyataan dalam waktu (1 Februari 2014) dan ruang (di F-Square, Jl. Shoping Center Kelurahan Fatululi [Samping Apotik Oce Farma], kota Kupang). Dalam waktu dan ruang (1 Februari 2014 dan di F-Square, Jl. Shoping Center Kelurahan Fatululi) itulah segenap daya-daya roh kesastrawanan Mezra Pellondou yang bergelut aktif untuk “Hidup dari dan untuk Tanah Air”—bukan saja terbatas pada ‘tanah air’ nusa tenggara timur, melainkan serentak ‘Tanah Air’ Indonesia—memperoleh pengakuan dan penghargaan level Forum Academia NTT.


Dengan demikian, “ambisi” Mezra Pellondou (selanjutnya saya sapa, Mezra) sebagai seorang sastrawan, atau dalam lingkup tersendiri dikenal sebagai seorang guru yang penulis, penulis yang guru, telah berhasil mem-ber-ada-kan ada-nya: menjadi kenyataan. “Ambisi” memiliki dua sisi arti/makna yang berhimpitan erat, yaitu  “strong desire to be famous” (keinginan yang kuat untuk termasyhur), dan “strong desire to be successful” (keinginan yang kuat untuk berhasil). Keinginan yang kuat untuk termasyhur artinya keinginan yang kuat untuk dikenal orang; keinginan yang kuat untuk menjadi terkenal dan kenamaan. Serta keinginan yang kuat untuk berhasil  artinya keinginan yang kuat untuk beroleh hasil dari apa yang dikerjakan, atau keinginan yang kuat untuk tercapai maksudnya/cita-citanya. Itulah ambisi Mesra  dalam menggeluti dunia kehidupan yang bernama “sastra”, sehingga ia dikenal dan diakui sebagai “sastrawan”.

 Itulah juga ambisi Mesra dalam menggeluti dunia pendidikan sebagai seorang guru dan pendidik yang tidak saja mengajar dan mendidik siswa, tetapi serempak menekuni dunia tulis-menulis sesuai dengan bakatnya sehingga ia menyatakan dirinya sebagai seorang “guru yang penulis, penulis yang guru”. Dan ternyata ambisi Mezra di dunia pendidikan dan tulis-menulis sesuai dengan bakat itu pada gilirannya telah  memperoleh pengakuan dan penghargaan, antara lain:  (1) Penghargaan karya tulis sastra terbaik  dari Depdiknas RI bagian peningkatan perpustakaan sekolah (tahun 2005). Penghargaan karya sastra dari Depdiknas RI bagian peningkatan perpustakaan sekolah (tahun 2006). Penghargaan dari Pusat Bahasa Depdiknas RI atas karya naskah drama Sasando Keseratus sebagai naskah terbaik keempat se-Indonesia (tahun 2011). Dan Pemenang Pertama Peraih Penghargaan Sastra untuk Pendidikan  (2012) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Akan tetapi ambisi Mesra tidak tertuju hanya pada dunia sastra di mana ia diakui sebagai sastrawan dan dunia pendidikan di mana ia terpanggil untuk mengemban profesi sebagai seorang guru, melainkan ambisinya, seperti katanya sendiri: “Bagi Mezra, dari semua hal terbaik… adalah menjadi ibu dari dua orang anak laki-laki dan seorang putri cantik, karena kenikmatan yang paling berharga adalah nikmatnya melahirkan tiga orang anak—dan  menyaksikan mereka bertumbuh setiap harinya—yaitu Mujizat Messakh, Amzal Xavier Messakh, dan Kyrieleison Putri Mezra…” (diversikan dari alinea terakhir “Tentang Penulis”, Perempuan dari Lembah Mutis, 2012:141). Dan niscaya serempak dengan itu pula, ambisi untuk mengayuh biduk rumahtangga yang diberkati Tuhan bersama suami terkasih Adi Messakh, sehingga maut sajalah yang boleh menceraikan.

Berdasarkan tinjauan di atas, presensi Mesra Pellondou sebagai guru yang penulis, penulis yang guru sekaligus sebagai sastrawan tak dapat dimungkiri. Dengan demikian, Mezra  telah ‘merumuskan’ dirinya dan presensinya secara jelas dan nyata melalui dunia pengabdiannya. Ia adalah sungguh-sungguh seorang guru dan sastrawan, seorang sastrawan dan guru. Catatan hasil pengabdian di atas memberi petunjuk bahwa Mezra bukan saja telah menjadi salah satu tokoh sastra daerah Nusa Tenggara Timur, melainkan tergolong juga sebagai salah satu tokoh sastra Nusantara.

Melalui karya dan pengabdian di dunia sastra, Mezra telah mengangkat dan mengharumkan nama daerah Nusa Tenggara Timur dan Nusantara yang bernama Republik Indonesia di mancanegara. Sebab karya sastranya berupa novel antara lain, Loge,  Nama Saya Tawwe Kabota, dan Perempuan dari Lembah Mutis, telah ada di beberapa perpustakaan: Yale University Library, dan National Library of Australia. Di samping itu, novel-novel Mezra  dapat dilacak juga di WorldCat.org., Google Books, Open Library, dan HathiTrust Digital Library. Apabila nama pengarang dan karya tulisnya sudah berada dalam WorldCat.org., maka nama pengarang dan karya tulisnya telah dipromosikan pula dalam katalog berbahasa Czekoslowakia, Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, Belanda, Portugis, Korea, Jepang, dan Cina. Dan, sebagai pengarang yang dinilai mengetahui betul-betul tentang sesuatu, nama Mezra telah terdaftar di Virtual International Authority File dengan nomor registrasi VIAF ID: 284679888 (Personal); ISNI-test: 0000 0003 9100 4359 di National Library of the Netherlandstest.

Terkait dengan prestasi Mezra sebagaimana dicatat di atas ini dalam hubungannya dengan terpilihnya Mezra sebagai penerima NTT Academia Award 2013 oleh Panitia NTT Academia Award  pada 1 Februari 2014, maka saya  terpanggil untuk menyebut dua nama sastrawan perempuan daerah NTT yang patut diperhitungkan oleh Panitia NTT Academia Award 2014. Dua nama sastrawan perempuan NTT itu ialah, Maria Matildis Banda, dan Fanny J. Poyk.

Maria Matildis Banda telah menghasilkan karya sastra yang fenomenal. Ia telah terdaftar di Virtual International Authority File dengan nomor registrasi VIAF ID: 78198362 (Personal); ISNI-test: 0000 0000 3705 2577 di empat perpustakaan kelompok VIAF mancanegara, yaitu National Library of Australia, ISNI, Library of Congress/NACO – Amerika Serikat, dan National Library of the Netherlandstest. Di empat perpustakaan tersebut terdapat delapan karya tulis (buku) Maria Matildis Banda, yaitu: (1) Deskripsi Naskah dan Sejarah Perkembangan Aksara Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. (2) Novel Surat-Surat dari Dili. (3) Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di NTT: dialog antara pemerintah, tokoh agama, pemimpin lembaga keagamaan, generasi muda, dan perempuan. (4) Novel Bugenfil di Tengah Karang. (5) Wanita, Sastra, dan Religius: kajian tokoh wanita dalam sastra (laporan penelitian). (6) Terorisme dan Implikasinya di dalam Karya Sastra Indonesia: sebuah refleksi budaya bangsa (laporan penelitian). (7) Rabies Dalam Realitas Kebudayaan dan Realitas Fiksi. (8) Perbandingan Pendekatan Amin Sweeney dan Nani Tuloli terhadap Sastra Lisan (laporan penelitian).

Fanny J. Poyk juga telah lama tercatat di VIAF dengan nomor registrasi VIAF ID: 283473358  dengan empat karya tulisnya di National Library of the Netherlandstest. Di samping itu, Fanny J. Poyk juga tercatat dengan nomor registrasi VIAF ID: 203306377(Personal); ISNI-test: 0000 0003 5822 2784 dengan tiga karya tulisnya di empat perpustakaan kelompok VIAF yaitu: Sudoc (ABES) France, Library of Congress/NACO, German National Library, dan ISNI-test. Dengan demikian, sastrawan Maria Matildis Banda dan Fanny J. Poyk tidak boleh dilangkaui. Dua sastrawan perempuan ini—sekalipun bertempat tinggal dan mengabdi di luar daerah NTT—adalah  sastrawan asal daerah NTT.  Melalui delapan karya tulis Maria Matildis Banda dan tujuh karya tulis Fanny J. Poyk  yang terdapat di perpustakaan-perpustakaan kelompok VIAF di beberapa negara sebagaimana disebutkan di atas, kedua sastrawan perempuan ini  telah mengangkat citra daerah NTT di luar negeri.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar