Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Minggu, 16 Februari 2014

TAO TENTANG PENYELAMATAN OLEH ALLAH MELALUI KELAHIRAN, KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS (7)



BAGIAN KEENAM

Catatan antara (bagian kedua)

            Dalam buku Aku Memahami Yang Aku Imani (BPK GM Jakarta 2012. Cetakan ke-3), Ebenhaizer I. Nuban Timo menguraikan tentang Yesus Kristus yang bangkit dari kematian sebagai berikut: “Yesus Kristus yang dahulu pada masa prapaskah hadir di tengah murid-murid secara fisik, dalam daging dan darah, dalam rupa manusia, sekarang setelah paskah menjadi roh. Kehadiran Yesus Kristus di antara murid-murid setelah kebangkitan adalah dalam wujud roh. Yesus Kristus pascapaskah adalah roh. Seperti apakah roh itu?


            Roh yang kita kenal dalam Yesus Kristus ternyata bukan sekadar satu daya yang impersonal, tidak berpribadi. Bukan! Roh yang sesungguhnya yang diperkenalkan Kristus kepada kita memiliki daging dan darah. Roh itu satu pribadi. Roh itu dapat dilihat dan disentuh, makan dan minum, berbicara. Roh itu memiliki semua kualitas yang dimiliki manusia. Bedanya, tubuh itu tidak lagi terikat pada hukum-hukum ruang, geografis, dan gravitasi. Ia dapat tampak sewaktu-waktu, dapat juga menghilang secara mendadak. Lihat saja pada cerita kitab-kitab Injil tentang Kristus yang bangkit. Kristus yang adalah Roh itu (2 Kor.3:17, 18) punya tubuh, dapat makan, mendengar, bicara seperti manusia, tetapi lebih daripada manusia. Bandingkan cerita kitab-kitab Injil tentang penampakan diri Yesus kepada murid-murid. Kristus yang bangkit, yang oleh Paulus disebut menjadi roh, datang dalam tubuh yang dikenal, memiliki darah dan daging, dapat mendengar, berbicara dan merasa. Ia bahkan minta makan dan minum bersama murid-murid. Akan tetapi pada saat yang Sama, IA tidak terikat pada tubuh, darah dan daging, tidak bergantung pada makanan dan minuman……” (bt. Hlm.19, 20).

            Demikianlah pendapat dan uraian Ebenhaizer I. Nuban Timo (selanjutnya akan saya sapa, Nuban Timo) tentang eksistensi dan wujud Yesus Kristus sebelum kematian dan sesudah bangkit-Nya dari kematian. Ketika membaca uraian Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas, saya pikir, Nuban Timo sedang mendagel. Ternyata saya salah. Nuban Timo tidak sedang mendagel, tetapi sedang mengungkapkan pendapatnya, dan pemahamannya tentang apa yang diimaninya, sesuai judul bukunya, Aku Memahami Yang Aku Imani; dengan judul kecil: Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh secara bertanggung jawab.

            Setelah pendapat Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas ini saya cermati, ternyata Nuban Timo mengalaskan pendapatnya pada 2 Korintus 3:17 bagian a, yang berbunyi: “Sebab Tuhan adalah Roh;” dan ayat 18 bagian b, yang berbunyi: “Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, …” Beralaskan kedua ayat yang di dalamnya disebutkan “Tuhan adalah Roh”, dan “Tuhan yang adalah Roh”, Nuban Timo mengatakan begini: “Sebab Tuhan (yang ia maksudkan adalah Yesus Kristus) adalah Roh” (2 Kor. 3:17), maka Nuban Timo berteologi tentang tubuh kebangkitan Yesus sebagai berikut: “Yesus Kristus yang dulu, yaitu pada masa prapaskah hadir di tengah-tengah murid secara fisik, dalam daging dan darah, dalam rupa manusia, sekarang setelah paskah menjadi roh. Kehadiran Yesus Kristus di antara murid-murid setelah kebangkitan adalah dalam wujud roh. Yesus Kristus pascapaskah adalah roh. Seperti apakah roh itu? Roh yang kita kenal dalam Yesus Kristus ternyata bukan sekadar satu daya yang impersonal, tidak berpribadi. Bukan! Roh yang sesungguhnya diperkenalkan Kristus kepada kita memiliki daging dan darah. Roh itu satu pribadi. Roh itu dapat dilihat dan disentuh, makan dan minum, berbicara…..” Stop!  Baca kembali pendapat Nuban Timo yang telah dikutip di atas ini dalam bukunya yang telah disebutkan pula di atas.

            Pendapat Nuban Timo bahwa Tuhan (Yesus Kristus) adalah Roh; dan bahwa Roh yang sesungguhnya diperkenalkan Kristus kepada kita memiliki daging dan darah, dapat dilihat, disentuh, makan dan minum, serta berbicara, yang didasarkan pada 2 Korintus 3:17, 18, merupakan pendapat yang mengada-ada! Mengapa? Sebab dalam 2 Korintus 3:17, 18, sesungguhnya Paulus tidak menyaksikan bahwa  Roh itu  Yesus Kristus dan/atau Yesus Kristus  itu Roh yang memiliki daging dan darah; atau  Roh yang dapat makan dan minum!
            Dalam 2 Korintus 3 sesungguhnya Paulus menguraikan tentang peranan Roh dalam pelayanan pelayan-pelayan perjanjian yang baru (2 Korintus 3:6). Dan Roh yang dimaksudkan oleh Paulus dalam 2 Korintus 3 itu bukan Yesus Kristus, dan bukan pula Roh yang memiliki daging dan darah, makan dan minum seperti yang diimani oleh Nuban Timo, melainkan Roh sebagai kekuatan/kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat (dari Allah) dan/atau dari Yesus Kristus. Inilah maksud Paulus dalam ayat 6 dalam pernyataannya: “… sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” Roh dalam pengertian inilah yang Paulus kemukakan mulai dari 2 Korintus 3:5, 6, 8, 17 dan 18. Dalam ayat 3 terdapat frasa yang berbunyi, “tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup” sama artinya dengan  “tetapi dengan kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat dari Allah yang hidup”. Pengertian seperti ini juga yang tersirat dalam ayat 17 dan 18, sehingga ayat 17 dapat dibaca begini: “Sebab Tuhan adalah Roh” sama artinya dengan “Sebab Tuhan adalah kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat; “dan di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan” sama artinya dengan “dan di mana ada kekuatan atau kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat dari Tuhan, di situ ada kemerdekaan.” Dan ayat 18 dapat dibaca: “Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh” (dapat dibaca: “Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah kekuatan dan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat”), maka kita sedang diubah mendjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”

            Sebagai perbandingan terhadap pendapat Nuban Timo, saya tertarik untuk mengutip pendapat Karl Barth tentang “Yesus Kristus Bangkit”, sebagai berikut: “Manusia Yesus tampaknya hadir di tengah mereka pada waktu itu menurut cara Allah (huruf tebal, dari saya). Yang bangkit adalah manusia Yesus; dengan demikian Ia datang dan hadir di tengah-tengah para murid-Nya, lalu pergi lagi; mereka melihat dan meraba Dia; mereka mendengar Dia dan Ia mendengar mereka; Ia makan dan minum bersama-sama mereka. Di depan mata dan telinga mereka, Dialah manusia yang sejati (vere homo). Perlu dilihat bahwa Ia – yaitu Manusia Yesus itu – hadir di tengah-tengah mereka pada waktu itu sejelas-jelasnya menurut cara Allah. Mereka menyadari pada saat itu bahwa Ia senantiasa tersembunyi dan senantiasa—juga bila Ia berada bersama mereka sebelum kematian-Nya—hadir menurut cara Allah di tengah-tengah mereka. Dalam kehadiran Manusia Yesus pada waktu itu dengan keberadaan-Nya yang khas, terjadi bahwa jatuh keputusan antara tidak percaya dan percaya bagi murid-murid-Nya, terjadi bahwa Allah sendiri menyatakan diri-Nya pada mereka secara utuh, pasti, yang tidak dapat dibatalkan lagi, yang kekal sifatnya. Ia tampaknya hadir di tengah-tengah mereka dengan cara Allah dan juga bertindak demikian” (Clifford Green, penyunting. KARL BARTH: Teolog Kemerdekaan. Cet.3. BPK GM. 2003:269-271).

            Berkenaan dengan pandangan Barth yang dikutip di atas ini, saya tertarik untuk menggarisbawahi beberapa pernyataan: Yesus Kristus bangkit, tampak hadir di tengah-tengah murid-Nya dengan sejelas-jelasnya, menurut cara Allah, atau dengan cara Allah. Bahkan berkenaan dengan kebangkitan Yesus dan penampakan-Nya, Allah sendiri menyatakan diri-Nya. Barth tidak menyebut kebangkitan Yesus dalam tubuh rohaniah atau tubuh surgawi, kecuali mengatakan bahwa “yang bangkit adalah Manusia Yesus. Yesus Kristus bangkit dan tampak hadir di tengah-tengah murid-Nya dengan keberadaan-Nya yang khas.” Meskipun Barth tidak mengatakan Yesus bangkit dalam tubuh rohaniah, menurut hemat saya, pendapat Barth tidak menafikan konsepsi Paulus tentang tubuh rohaniah atau tubuh surgawi (1 Korintus 15:35-44), maupun hasil kontemplasi dan wedaran saya tentang kebangkitan Yesus dalam tubuh rohaniah atau tubuh surgawi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar