Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Rabu, 12 Februari 2014

TAO TENTANG PENYELAMATAN OLEH ALLAH MELALUI KELAHIRAN, KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS (3)



BAGIAN KEDUA

Tao dalam rencana penyelamatan oleh Allah

Tao dalam dunia biologis sebagaimana dikemukakan di atas ini sejalan dengan Tao dalam rencana penyelamatan yang Allah lakukan di dalam Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria. Secara analogi konversi dapat diuraikan sebagai berikut.


       Yesus yang pada awal keberadaan-Nya adalah “Firman”, telah “mendaging” dalam kandungan Maria oleh kuasa Roh Kudus, seperti menyatunya sel sperma dan sel telur. Dengan “mendagingnya Firman” dalam kandungan Maria, maka “Firman” tidak lagi tetap berada dalam kekhasannya sebagaimana dijelaskan dalam Injil Yohanes 1:1,2; melainkan “Firman” itu telah “mati” (= tidak terus berada dalam keadaan asali) bagi terwujudnya suatu kehidupan baru. Di dalam kandungan Maria, “Firman” telah mengalami suatu proses metamorfosa yang ajaib mengikuti Tao yang berlaku dalam dunia biologi. Proses metamorfosa ini berkembang mulai dari masa telur yang dibuahi datang ke masa mudigah; dari masa mudigah datang ke masa janin; kemudian janin dilahirkan untuk disebut sebagai bayi yang diberi nama Yesus (Matius 1:21). Demikianlah “Firman itu telah menjadi manusia....” (Yohanes 1:14). Lalu, bagaimanakah faktor-faktor warisan dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia? Menurut Tao yang berkenaan dengan dunia biologi, Dr. Belle Wood Camstock menguraikan sebagai berikut.

Dalam khromosom tiap-tiap sel tubuh ada semua faktor-faktor yang telah turun dari bapa dan ibu, separo dari masing-masing bapa dan ibu. Dalam tiap-tiap susunan khromosom yang sempurna seperti terdapat dalam sel-sel tubuh dan dalam sel-sel inti sebelum pembagian penyusutan, ada sebuah genes atau pendukung pembawaan yang mempengaruhi tiap-tiap sifat yang mungkin. Genes ini adalah selamanya dalam pasangan: salah satu dari pasangan itu dari pihak bapa, dan satu lagi dari pihak ibu. Genes dari sesuatu pasangan mungkin sangat serupa atau mungkin pula sangat berbeda. Maka tentu saja dengan sifat-sifat yang bertentangan ada kemungkinan mengadakan penelitian. Umpamanya, sepasang genes yang ada hubungannya dengan tinggi badan. Kalau kedua ibu-bapa pendek, maka buktinya ialah genes atau pendukung pembawaan ketinggian dalam sel-sel tubuh keturunan mereka akan membawa badan yang pendek, sehingga pengaruhnya menjadikan keturunan mereka yang pendek pula. Begitu pula kalau ibu dan bapa tinggi, maka genes ketinggian dalam sel-sel tubuh anak mereka akan membawa ketinggian, sehingga anak-anak mereka akan condong menjadi orang yang tinggi.
      
Tetapi kalau salah seorang dari ibu-bapa itu ada yang tinggi dan yang lainnya pendek, maka seorang anak yang mereka lahirkan dapat membawa dalam masing-masing sel tubuhnya sepasang genes, satu yang akan mempunyai pengaruh untuk ketinggian dan yang satu lagi untuk kependekan. Dalam hal seperti ini, genes ketinggian adalah suatu ciri yang positif atau terbanyak sehingga mempunyai pengaruh yang lebih banyak daripada genes kependekan sebagai ciri yang negatif atau terdesak. Karena memang demikian halnya, maka anak itu akan condong kepada pertumbuhan tinggi, meskipun ia mempunyai genes kependekan.

       Salah satu hal yang penting dan menarik ialah bahwa tidak ada dua dari suatu pasangan genes berjalan bersama-sama (satu dari ibu, satu dari bapa) di dalam sel-sel tubuh pernah terdapat dalam sel inti yang satu, setelah sel itu disusutkan oleh pembagian penyusutan dan telah menjadi sel kawin. Dengan kata lain, tidak pernah ada seorang yang menyampaikan kepada salah satu sel intinya yang telah disusutkan, baik genes yang telah diterimanya dari ibunya dan genes pasangan yang diterima dari bapanya. Ia boleh mewariskan genes ibu atau genes bapa, tidak pernah kedua-duanya. Dalam hal ini sifat yang terbanyak akan mempunyai kecondongan akan menutupi genes yang terdesak.

       Sesuatu faktor yang terbanyak atau dominan apabila dipersatukan dengan ciri-ciri lawannya, niscaya condong kepada melebihi atau mendesak ciri lawan itu. Jadi boleh dikatakan bahwa faktor dominan atau faktor terbanyak itu adalah faktor yang positif. Dan ciri yang terdesak itu condong kepada dilenyapkan apabila digabungkan dalam sel-sel tubuh dengan sifat-sifat yang positif, atau faktor yang terbanyak/dominan itu. Dengan demikian, bolehlah disebutkan faktor yang terdesak itu disebut sebagai faktor yang negatif (Belle Wood Camstock, 1963:35-41).

       Berdasarkan uraian Dr. Belle Wood Camstock sebagaimana diparafrase di atas ini, saya ingin membuat beberapa catatan analogi konversi berkenaan dengan “faktor warisan” dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia sebagai berikut.

Pertama, Karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria itu pada mulanya adalah Firman’; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1), maka faktor-faktor warisan dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia terbanyak diterima-Nya dari Allah (Yohanes 1:14).

Kedua, Karena Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria itu dari Roh Kudus, di dalam naungan kuasa Allah Yang Mahatinggi (Lukas 1:35 dyb), maka faktor-faktor warisan dalam pertumbuhan Yesus yang menjadi manusia itu terbanyak diterimanya dari Allah (Matius 1:20-23; Lukas 1:35, 36; Ibrani 1:3; Kolose 1:19; 2:9). Dengan demikian sifat faktor warisan yang terbanyak tersebut merupakan faktor dominan, atau faktor positif  yang mempunyai kecondongan untuk menutupi faktor yang terdesak atau faktor negatif yang diterima Yesus dari manusia (perempuan) Maria yang mengandung dan melahirkan-Nya.

Ketiga, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah itu bersifat ilahi, maka Yesus disebut orang, Imanuel, yang berarti “Allah menyertai kita” (Matius 1:23); Anak Allah Yang Mahatinggi” (Lukas 1:32); “Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14, 18); “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29); “Yesus tidak mengenal dosa (2 Korintus 5:21), tidak berbuat dosa (1 Petrus 2:22), tidak berdosa (1 Yohanes 3:5), benar (Kisah 7:52; 1 Yohanes 3:7), suci” (1 Yohanes 3:3), karena Yesus adalah “Yang Kudus dari Allah” (Markus 1:24; Yohanes 6:69).

Keempat, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah, maka Yesus menyebut diri-Nya Anak dan Allah adalah Bapa-Nya seraya mengungkapkan relasi-Nya sebagai Anak dengan Allah sebagai Bapa, serta kuasa yang diterima-Nya dari Allah sebagai Bapa-Nya (Yohanes 5:17, 18, 19-47).

Kelima, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah, maka Yesus bersaksi secara positif tentang diri-Nya sebagai Roti hidup, Air sumber hidup, Gembala yang baik, Terang dunia, Pokok anggur yang benar, Jalan dan kebenaran dan hidup.

Keenam, Karena faktor dominan yang Yesus terima dari Allah, maka secara positif Yesus bersaksi tentang diri-Nya: “Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku” (Yohanes 7:28, 29 dst.); “Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku” (Yohanes 8:42); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa... Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.....” (Yohanes 14:9-11); “Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 7:16).

       Demikianlah faktor-faktor dominan yang Yesus warisi dari Allah sejak Ia berada di dalam kandungan Maria, yang kemudian menampakkan kecondongannya yang kuat di dalam pribadi Yesus, sebagaimana dikatakan oleh penulis Injil Lukas: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Lukas 2:40). Kecondongan faktor-faktor dominan tersebut semakin bertambah kuat ketika Yesus berusia dua belas tahun: “Di dalam Bait Allah, Ia duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengarkan Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Lukas 2:46, 47). “Sejak itu, Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Dan kecondongan faktor-faktor dominan yang Yesus warisi dari Allah tersebut mencapai puncak kematangannya pada saat Yesus mulai menjalani karya mesiani-Nya, yang diawalinya dengan menjalani masa pencobaan di padang gurun (Lukas 4 dyb), setelah kembali dari sungai Yordan. Sebab, demi tujuan karya mesiani bagi keselamatan dunia/manusia itulah, Allah mengutus-Nya ke dalam dunia (Yohanes 3:16; Matius 20:28).

       Faktor-faktor dominan yang disebutkan di atas inilah yang menyebabkan Yesus  menghadapi penangkapan, penghinaan dan penganiayaan dengan tabah dan rela, sampai mati digantung di tiang salib (Matius 26:47-56; Lukas 23:1-49; 1 Petrus 2:23, 24). Berdasarkan tinjauan di atas ini, maka dapat saya membuat suatu simpulan sebagai berikut:

       “Bahwasanya makna kasih Allah akan dunia dan manusia terletak dalam ‘pertemuan’ antara Allah dan manusia di dalam dunia. Dan ‘pertemuan’ itu terjadi di dalam ‘Firman’ yang mendaging di dalam rahim perawan Maria, yang mengandung dan melahirkan Yesus yang menjadi Juruselamat. Dengan demikian, di dalam Yesus, Allah merangkul dunia dan manusia di dalam kasih-Nya yang menyelamatkan. Dan di dalam Yesus, manusia dapat menghampiri Allah dalam suatu relasi yang baru, yakni relasi pengampunan dan pendamaian berdasarkan rahmat Allah. Tanpa demikian, maka Allah akan tetap tinggal sebagai Allah yang Mahamurka, dan dunia serta manusia akan tetap tinggal sebagai dunia dan manusia yang terkutuk dan terperangkap dalam kuasa maut.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar