Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Minggu, 12 Agustus 2018

Dari VIBRASI PILKADA Tahun 2018 Ke VIBRASI PILPRES Tahun 2019


  
(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)

Pemilihan kepala daerah (pilkada) secara serempak telah selesai  dilaksanakan pada 27 Juni 2018 dan pencoblosan ulang pada sejumlah TPS  di berbagai daerah pun telah dilakukan. Pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar, tidak ada kerusuhan berskala besar, sekalipun terjadi beberapa insiden di beberapa tempat. Sengketa hasil pilkada dari beberapa daerah kabupaten telah diajukan ke Mahkamah Konstitusi dan telah disidangkan. Sebagai seorang pionir teori vibrasi, saya terpanggil untuk mengemukakan opini tentang vibrasi kepeloporan beberapa pasangan calon gubernur dan bupati  yang maju pada pemilihan kepala daerah secara serempak pada 27 Juni 2018. Selain itu, saya juga mengemukakan opini tentang vibrasi kepeloporan calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing pada pemilihan presiden tahun 2019. Vibrasi keamanan dan gangguan keamanan dalam kaitannya dengan terorisme pun tidak luput dari perhatian saya.  Semuanya telah saya kemukakan dalam tulisan berjudul “Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 – 2019” yang telah dipublikasikan di blog www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi Jumat, 16 Maret 2018.

Dalam tulisan tersebut  ada tiga calon gubernur di pulau Jawa yang saya deteksi vibrasi kepeloporannya. Untuk provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil memiliki skor vibrasi kepeloporan 80, karena itu akan unggul pada pemilihan tanggal 27 Juni 2018. Ternyata benar demikian. Untuk provinsi Jawa Timur vibrasi kepeloporan Khofifah Indar Parawansa 70/80 sedangkan Saifullah Yusuf 50/60, karena itu Khofifah Indar Parawansa akan tampil sebagai pemenang. Ternyata benar demikian. Dan untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, skor vibrasi kepeloporan pasangan Voktor B. Laiskodat dan Josef A. Nae Soi 80/90, karena itu akan tampil sebagai pemenang. Ternyata benar demikian (baca,  “Kandidat dan Ambisi” (Victory News, 17 Mei 2018).

Selain itu, ada empat pasangan calon bupati dari Kabupaten Rote Ndao yang saya selisik vibrasi kepeloporan mereka berdasarkan permintaan salah satu tokoh muda (Jitero P. Suki) di Baa, ibu kota kabupaten Rote Ndao, melalui HP pada tanggal 22 Juni 2018.  Dari keempat pasangan calon bupati di Kabupaten Rote Ndao itu, teori vibrasi yang saya terapkan menunjukkan bahwa pasangan “Lentera” yakni Paulina Haning-Bullu -- Stefanus M. Saek memiliki skor vibrasi kepeloporan 60/70 dan akan berhasil memperoleh suara terbanyak pada pemilihan kepada daerah tanggal 27 Juni 2018; pada urutan kedua, pasangan Bima Th. Fanggidae -- S. Z. Pella (paket Lontar) memiliki skor vibrasi kepeloporan 60/65; urutan ketiga, pasangan Jonas C. Lun -- Adolfina Elisabeth Koamesakh memiliki skor vibrasi 50/60 dan urutan keempat, pasangan Mesak N. Nunuhitu -- Conny Pena memiliki skor vibrasi 50. Oleh karena skor vibrasi kepeloporan pasangan paket Lentera 60/70 dan skor vibrasi pasangan paket Lontar 60/65 maka akan ada gugatan dari pasangan ini ke MK; namun teori vibrasi memberi petunjuk bahwa gugatan akan ditolak oleh MK. Untuk itu, empat pasangan calon bupati dan seluruh warga masyarakat di Kabupaten Rote Ndao diharapkan bersabar untuk menunggu hasil sidang dan keputusan MK. Dan ternyata benar! Berita yang saya baca di koran POS KUPANG edisi Sabtu, 11 Agustus 2018 menyatakan bahwa gugatan yang diajukan oleh pasangan Bima Th. Fanggidae – S. Z. Pella dan pasangan Mesak N. Nunuhitu – Conny Pena ditolak oleh Mahkamah Konstitusi!

Lalu bagaimanakah dinamika vibrasi politik menuju tahun 2019 yang memuncak pada vibrasi pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden masa bakti 2019 – 2024? Berkenaan dengan pertanyaan ini, terlebih dahulu saya ingin menyingkapkan skor vibrasi kepeloporan partai-partai politik yang telah ditetapkan sebagai partai peserta pemilihan umum tahun 2019. Dalam tulisan ini saya mengikuti urut-urutan Partai Politik yang saya baca di media online OKEZONE News edisi Jumat 13 April 2018, jam 11.24 WIB.  Skor vibrasi kepeloporan politik PKB 40; PDI-P 70; Gerindra 40; Golkar 60; NasDem 80; Partai Garuda 20; Partai Berkarya 30/40’ PKS 30/40; Perindo 40; PPP 50; PSI 40;  PAN 30; Hanura 50; Demokrat 40; PBB 20 dan PKPI 40/50. Terhadap empat partai lokal Aceh yaitu Partai Aceh, Partai Sira, Partai Daerah Aceh dan Partai Nangroe Aceh, saya tidak melakukan penyelisikan vibrasi kepeloporan politik partai-partai tersebut. Berdasarkan skor vibrasi kepeloporan 16 Partai Politik sebagaimana disingkapkan di atas ini terlihat secara jelas bahwa  vibrasi kepeloporan politik Partai NasDem berada pada urutan pertama dengan skor 80; PDI-P berada pada urutan kedua dengan skor 70; Partai Golkar berada pada urutan ketiga dengan skor 60; PPP dan Partai Hanura berada pada urutan keempat  dengan skor 50; PKPI menempati urutan kelima dengan skor 40/50; PKB, Gerindra, Perindo, PSI, Demokrat berada pada urutan keenam dengan skor 40; Partai Berkarya dan  PKS berada pada urutan ketujuh dengan skor 30/40; PAN  urutan kedelapan dengan skor 30;  Partai Garuda dan PBB  urutan kesembilan dengan skor 20.

Memperhatikan skor vibrasi kepeloporan Partai Politik sebagaimana disingkapkan di atas maka ada lima  partai politik yang saya kelompokkan sebagai kelompok dominan yaitu NasDem. PDI-P, Golkar, PPP dan Hanura serta PKPI. Vibrasi kepeloporan lima partai politik ini jika disatukan dalam koalisi  maka dinamika vibrasinya sangat dominan dan tidak dapat distagnasikan; apalagi jika partai PKB, Perindo dan PSI bergabung dengan lima partai tersebut. Dalam tulisan berjudul “Sekali lagi tentang Vibrasi Kepeloporan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024” (www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi Rabu, 14 Maret 2018) maupun tulisan berjudul “Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 – 2019” yang disebutkan di atas, telah saya tentukan bahwa vibrasi kepeloporan Joko Widodo terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024  memiliki skor 90/100, dan vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 memiliki skor 30/40. Ini berarti vibrasi kepeloporan Joko Widodo jauh lebih dominan dari vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto. Dengan demikian, apabila Partai NasDem, PDI-P, Gorkar, PPP, Hanura dan PKPI ditambah lagi dengan PKB, Perindo dan PSI berkoalisi  untuk mendukung Joko Widodo pada pemilihan presiden tahun 2019, maka Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah Joko Widodo.

Mengenai calon Wakil Presiden, beberapa figur telah saya sebut dalam tulisan berjudul “Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 – 2019”. Berpasangan dengan figur-figur tersebut, skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo 90/100 tereduksi menjadi 70 – 90; 74 – 90 dan 80/90.  Sedangkan Surya Paloh memiliki vibrasi kepeloporan yang sangat unik, yang muncul dan berkembang sejak tahun 2007; dan antara tahun 2018/2019 menuju ke tahun 2028/2029 skor vibrasi kepeloporannya 90/100. Dengan demikian Surya Paloh cocok menjadi Wakil Presiden. Namun demi soliditas partai-partai koalisi yang mendukung Joko Widodo, maka alangkah baiknya figur calon Wakil Presiden jangan di ambil dari partai-partai yang berkoalisi, karena vibrasi kepeloporan mereka tidak sama. Dengan demikian, saya usulkan agar partai-partai koalisi yang mendukung Joko Widodo “meminang” Mahfud MD menjadi calon Wakil Presiden  yang berpasangan dengan Joko Widodo sebagai calon Presiden. Vibrasi kepeloporan Joko Widodo apabila berpasangan dengan Mahfud MD memiliki skor 100/110. Skor vibrasi kepeloporan ini memberi petunjuk bahwa dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo untuk jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024  tidak dapat distagnasikan kecuali faktor Triple-X.

Lalu bagaimanakah vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto yang merupakan rival Joko Widodo sejak pemilihan presiden tahun 2014 hingga kini? Vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 30/40. Skor vibrasi kepeloporan ini tidak berubah. Apabila Prabowo Subianto sebagai calon presiden berpasangan dengan Ustaz Abdul Somad sebagai calon wakil presiden, maka skor vibrasi kepeloporannya 50/60. Jadi, ada peningkatan skor 20 poin yang disumbangkan oleh Ustaz Abdul Somad kepada vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto. Apabila Prabowo Subianto sebagai calon presiden berpasangan dengan  Ketua Majelis  Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, vibrasi kepeloporannya 30/40. Anies Baswedan atau Agus Harimurti Yudhoyono apabila berpasangan dengan Prabowo Subianto; skor vibrasi kepeloporannya tetap 30/40. Dengan demikian, Prabowo Subianto hanya bisa memperoleh keberuntungan seandainya muncul faktor Triple X yang membuat vibrasi kepeloporan Joko Widodo mengalami degradasi dan/atau stagnan.

Ternyata, pada tanggal 9 Agustus 2018 malam, jam 21.00 (Waktu Indonesia Tengah), saya memperoleh informasi terbaru: Joko Widodo sebagai calon presiden memilih dan menetapkan Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin (Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia) sebagai calon wakil presiden. Setelah mengheningkan diri beberapa saat saya mendeteksi vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai calon Presiden RI dan calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024. Ternyata skor vibrasi kepeloporannya 80. Ada perubahan yang mencolok: vibrasi kepeloporan Joko Widodo secara pribadi sebesar 90/100 mengalami degradasi 10/20 poin sehingga menjadi 80. Sedangkan apabila Joko Widodo berpasangan dengan Mahfud MD skor vibrasi kepeloporannya sebesar 100/110.  Dengan demikian terjadi degradasi skor vibrasi kepeloporan  20/30 poin jika dibandingkan dengan vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo dengan Ma;ruf Amin yang skornya sebesar 80.

Dapat saya kemukakan di sini bahwa skor vibrasi kepeloporan 80 adalah skor vibrasi kepeloporan normal (batas bawah) dan skor vibrasi kepeloporan 120 adalah skor vibrasi kepeloporan normal (batas atas). Ini memberi petunjuk bahwa skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebesar 80 berada pada level skor vibrasi kepeloporan normal (batas bawah). Sesungguhnya level skor vibrasi kepeloporan seperti ini “belum aman”; sebab apabila muncul faktor Triple-X atau apabila masih ada peluang di mana Prabowo Subianto memperoleh pasangan salah seorang tokoh ulama Islam terkemuka dan/atau seorang tokoh nasional terkemuka yang perpaduan skor vibrasi kepeloporannya sebesar 80/90, maka vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin niscaya mengalami degradasi dan/atau stagnan.

Analisis vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang skornya berada di bawah skor vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo – Mahfud MD sebagaimana diwedarkan di atas ini dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor vibrasi kepeloporan tokoh Ma’ruf Amin dan tokoh Mahfud MD dalam  kaitannya dengan dinamika vibrasi eksistensi Bangsa   Indonesia periode 2019 – 2024. Skor vibrasi kepeloporan Ma’ruf Amin dalam kaitannya dengan kedudukan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia adalah 80/90; dan skor vibrasi kepeloporan Ma’ruf Amin sebagai calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 60. Sedangkan skor vibrasi kepeloporan Mahfud MD sebagai calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 80/90. Analisis vibrasi kepeloporan ini memberi petunjuk bahwa seorang tokoh yang memiliki skor vibrasi kepeloporan yang tinggi dalam suatu lembaga keagamaan bisa mengalami degradasi vibrasi kepeloporan dalam dunia perpolitikan. Analisis vibrasi kepeloporan ini pun memberi petunjuk: mengapa vibrasi kepeloporan Mahfud MD yang ternyata tinggi dalam dunia perpolitikan dan penyelenggaraan negara ternyata mengalami degradasi dalam lembaga keulamaan, padahal vibrasi kepeloporan Mahfud MD dalam kaitannya dengan vibrasi jabatan Wakil Presiden sesungguhnya sangat positif menunjang vibrasi kepeloporan  Joko Widodo untuk mengabdikan diri sebagai Presiden NKRI masa jabatan kedua (periode 2019 – 2024) demi kebangunan bangsa dan negara. Dengan demikian, sesungguhnya vibrasi kepeloporan Presiden dan Wakil Presiden RI yang ideal bagi bangsa Indonesia kurun waktu 2019 – 2024 adalah duet vibrasi kepeloporan  tokoh nasional Joko Widodo & Mahfud MD yang memiliki skor vibrasi kepeloporan 100/110. Akan tetapi lantaran salah satu faktor Triple-X, vibrasi kepeloporan Mahfud MD mengalami stagnasi.

Lalu, bagaimanakah vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 yang secara resmi berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon Wakil Presiden?  Setelah saya melakukan deteksi dalam keheningan,  saya mencatat skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebesar 30/40. Skor vibrasi kepeloporan 30/40 adalah skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam kaitannya dengan calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024. Ternyata skor vibrasi kepeloporan Sandiaga Uno dalam kaitannya dengan jabatan Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 yang diincarnya, melebur dalam skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto. Dengan demikian, jika pada tahun 2019 pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden dilakukan secara demokratis, jujur dan adil, maka vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebesar 30/40 sangat sulit membendung vibrasi kepeloporan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebesar 80. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar