Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 12 November 2013

NATAL DAN PASKAH DALAM KONTEMPLASI PENYAIR


Puluhan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 29 Desember 1972 sampai tanggal 8 Januari 1973, di sepenggal dunia yang bernama Bangkok, pernah dilangsungkan sebuah konperensi sedunia tentang “Keselamatan Masa Kini”. Selama konperensi berlangsung, ada kelompok-kelompok khusus yang membahas dan menghayati bersama peranan seni dalam penghayatan dan pewujudan keselamatan. Secara umum dikatakan bahwa unsur seni dirasakan sekali kegunaan dan manfaatnya bukan hanya dalam ibadah-ibadah, tetapi pada waktu pementasan, ataupun dalam hal mengalami bersama nilai dan hakikat seni itu di dalam kehidupan persekutuan.
Selama konperensi sedunia di Bangkok itu, ada satu kelompok yang mengadakan lokakarya tentang “Keselamatan dan Seni”. Mereka berusaha menciptakan suasana atau lingkungan bagi manusia untuk memuliakan Allah, atau yang bisa memungkinkan suatu refleksi yang penuh doa. Dan ternyata mereka sepakat bahwa melalui karya seni kita bisa menemukan kembali kualitas dan identitas pribadi kita. Berkenaan dengan itu, mereka mengalami pula bahwa pemahaman Alkitab yang sungguh dapat membuka mata kita pada arti dan peranan seni dalam kehidupan manusia percaya..
Orang percaya terpanggil untuk menghayati seni dan segala bentuk ekspresi yang menggambarkan keselamatan, karena keselamatan bagaimanapun juga memiliki hubungan dengan proses humanisasi. Orang-orang yang diselamatkan memperoleh kebebasan untuk bersikap dan bertindak sebagai person yang mampu berefleksi secara mendalam tentang dirinya dan tentang dunia sekitarnya. Semuanya dilakukan dalam konteks konkret. Di sinilah muncul pentingnya karya seni, sebab seni adalah sangat pokok bagi kehidupan manusia, malahan ada yang mengatakannya selaku nafas hidup.
Diakui pula oleh peserta lokakarya tentang “Keselamatan dan Seni” bahwasanya bahasa yang menjembatani cara emosional dan rasional adalah  p u i s i .  Dan puisi pun adalah seni. Suatu karya seni yang otentik dapat membawa manusia untuk berdoa, karena karya seni adalah suatu bahasa yang berkomunikasi dengan lingkungannya, dan ia akan selalu merupakan pergulatan dan pergumulan rohani manusia.  Itulah sebabnya kita perlu menciptakan seni yang baik untuk mengungkapkan kebesaran dan keagungan keselamatan itu. Sebab setiap karya seni yang baik adalah suatu pemberitaan yang sangat efektif.
Demikianlah beberapa cuplikan hasil pemikiran dan penghayatan peserta lokakarya tentang “Keselamatan dan Seni” dalam konperensi sedunia di Bangkok pada tahun 1972. Dan beralaskan  hasil pemikiran dan penghayatan peserta lokakarya tentang “Keselamatan dan Seni” itu, saya persembahkan buku tipis ini kepada para pembaca dengan judul, Natal Dan Paskah Dalam Kontemplasi Penyair.
Sesuai dengan judulnya, buku tipis ini berisi sekumpulan hasil kontemplasi penyair yang dituangkan dalam bentuk puisi dan refleksi tentang Natal dan Paskah Yesus Kristus dalam konteks kehidupan umat manusia dan dunia. Di dalam melakukan kontemplasi dan refleksi, terasa bahwa bahasa memang terbatas untuk mengungkapkan nilai-nilai keindahan, kemuliaan, dan keutamaan tertinggi tentang kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus – Sang Juruselamat. Meskipun demikian, semoga Roh Kudus dapat menolong setiap pembaca agar berhasil mengenali diri sendiri dalam relasinya dengan orang lain sebagai sesamanya manusia, sekaligus dengan  alam sekitar; yang pada gilirannya membawa  manusia pada pengakuan total terhadap keagungan, kemuliaan, dan kasih TUHAN yang menyelamatkan di dalam Yesus Kristus.
Harapan saya, semoga buku tipis ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan/atau peminat sastra pada umumnya, khususnya manfaat kebangunan rohani bagi warga gereja dan generasi muda Kristen.

Kupang, 9 Oktober  2012
menyongsong 1 Februari 2013

A. G. Hadzarmawit Netti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar