Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 12 November 2013

Sajak-Sajak CHAIRIL ANWAR Dalam Kontemplasi


APRESIASI PUISI pada hakikatnya adalah penilaian (penghargaan) terhadap puisi, dan ini niscaya melalui suatu proses pengamatan, penelitian yang bertujuan mendalami, menilai, dan menghayati nilai-nilai puisi. Kegiatan semacam ini hanya bisa terjadi apabila seseorang mengenal dan secara tekun menggeluti puisi itu sendiri maupun materi-materi yang bertalian dengan puisi, sehingga di dalam dirinya tumbuh dan berkembang pengertian serta kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan terhadap puisi. Untuk itu, minat harus dibangkitkan dan digalakkan, sebab tanpa minat yang sungguh-sungguh, tidak mungkin ada rasa ketertarikan terhadap puisi, tidak mungkin ada ketekunan mengakrabi dan menggeluti puisi.
Masalah membangkitkan serta menggalakkan minat seseorang terhadap puisi sangat ditentukan oleh cara bagaimana puisi itu diperkenalkan. Cara bagaimana ini pada gilirannya ditentukan oleh orang yang terpanggil untuk memperkenalkan puisi itu kepada orang lain. Jikalau kita batasi pada masyarakat sekolah, maka cara bagaimana ini sangat ditentukan oleh guru yang mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia.
Seorang guru yang telah berhasil menggalakkan dirinya dalam mengalami puisi niscaya dapat menuntun para siswanya untuk menjadi apresiator puisi yang baik mulai dari bangku sekolah. Sebaliknya, apabila seorang guru merasa hambar dan dingin terhadap sastra atau puisi, tidak pernah mengalami sastra atau puisi secara intens, niscaya bidang studi sastra atau puisi pun akan menjadi hambar dan dingin di dalam ruang kelas, sehingga para siswa tidak dapat dituntun menjadi apresiator sastra atau puisi yang baik.
Untuk menggugah para guru yang mengajarkan bahasa/sastra (khususnya puisi), dan untuk membantu para siswa yang berminat terhadap sastra (puisi), saya mempersembahkan karangan ini. Karangan ini saya beri judul, Sajak-Sajak Chairil Anwar Dalam Kontemplasi. “Kontemplasi” artinya “renungan dengan kebulatan pikiran”, atau “renungan dengan perhatian penuh”. Jadi, “sajak-sajak Chairil Anwar dalam kontemplasi” berarti “sajak-sajak Chairil Anwar dalam renungan dengan kebulatan pikiran”, atau “sajak-sajak Chairil Anwar dalam renungan dengan perhatian penuh”. Dan ini merupakan suatu aktivitas apresiasi puisi dalam rangka mendalami, menilai, dan menghayati nilai-nilai puisi yang tersirat di dalam sajak-sajak, yang adalah merupakan wahana pengungkapan nosi dan emosi imajinatif penyair Chairil Anwar. Dengan demikian, isi buku ini merupakan kumpulan hasil renungan dan/atau kumpulan hasil berpikir dengan sepenuh perhatian terhadap sajak-sajak Chairil Anwar yang saya geluti secara intensif.
Dalam berhadapan dengan sajak-sajak Chairil Anwar yang dikontemplasikan, saya, sebagai subyek dengan segala faktor subyektivitas yang melekat pada diri saya, berupaya dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati untuk memahami dan mendalami nosi dan emosi Chairil Anwar selaku subyek dengan segala faktor subyektivitasnya yang tersirat di dalam sajak-sajaknya. Dengan demikian, di mata saya, sajak-sajak Chairil Anwar yang saya kontemplasikan itu bukan melulu sebagai objek penelitian/telaah dan kontemplasi, melainkan sekaligus sebagai subyek, di mana faktor-faktor subyektivitasnya patut diapresiasi secara proporsional di dalam kontemplasi dan dialog imajiner.
Melalui proses apresiasi puisi sebagaimana dikemukakan di atas ini, barulah saya dapat memahami dan menghayati nosi dan emosi Chairil Anwar yang tersirat di dalam kata-kata, ungkapan-ungkapan, serta simbol-simbol yang terdapat dalam larik-larik yang membangun keutuhan sajaknya. Ya, melalui proses apresiasi puisi sebagaimana dikemukakan di atas inilah, karangan ini saya persembahkan kepada pembaca.
Semoga nilai-nilai puisi yang tersirat di dalam sajak-sajak Chairil Anwar yang saya singkapkan melalui karangan ini tetap bermanfaat bagi kita yang sementara hidup kini dan di sini

Kupang, 1 Februari 2011
Menyongsong 9 Oktober 2011

A. G. Hadzarmawit Netti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar