Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Senin, 14 Juli 2014

VIBRASI KEPELOPORAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


(Bagian Pertama)

Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


MULAI TAHUN 2004 terjadi suatu perkembangan baru dalam vibrasi penataan sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR melalui Sidang Umum MPR seperti pada era rezim Orde Baru di bawah vibrasi kepeloporan Soeharto, tetapi dipilih secara langsung oleh rakyat  pada Pemilihan Umum/Pemilihan Presiden. Perkembangan baru dalam vibrasi penataan sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini ‘membuka peluang’ bagi munculnya ‘pemimpin bangsa’ yang didukung, atau dikehendaki oleh  ‘mayoritas rakyat’ di republik ini.

Vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul di pentas politik nasional   sebagai Presiden NKRI pada tahun 2004, bukan merupakan puncak luas siklus vibrasi kepeloporan yang berkembang dari latar belakang profesinya sebagai seorang prajurit yang menduduki jabatan kemiliteran pada tahun-tahun tertentu di era Orde Baru, melainkan ditentukan oleh vibrasi kepeloporan pribadi serta vibrasi visi dan misi Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul dan tersirat dalam vibrasi politik tahun 2001.

Berdasarkan catatan-catatan dan hasil pengamatan saya, vibrasi kepeloporan pribadi serta vibrasi visi dan misi Susilo Bambang  Yudhoyono mulai tersirat di pentas politik nasional pada tahun 2001 sebagai “pencetus, pendorong serta pemberi visi dan misi Partai Demokrat” yang didirikan pada tahun 2001. Dengan demikian, luas siklus vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono di pentas politik nasional berkembang seiring dengan luas siklus vibrasi Partai Demokrat. Perhatikan analisis berikut ini.

 1. Angka 2001 (tahun tersiratnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono di pentas politik nasional sebagai pencetus, pendorong serta pemberi visi dan misi Partai Demokrat yang didirikan pada tahun 2001) kita jumlahkan dengan angka 3 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+1, angka tahun 2001, tahun tersiratnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono di pentas politik nasional pada tahun 2001 sebagai pencetus, pendorong serta pemberi visi dan misi Partai Demokrat yang didirikan pada tahun 2001). Hasil penjumlahannya adalah 2004. Peristiwa apakah yang muncul pada tahun 2004 yang terkait erat dengan vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono?  

Ternyata pada tahun 2004 Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung Partai Demokrat tampil di pentas politik nasional sebagai calon Presiden dalam pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat, yang untuk pertama kali dilaksanakan sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Dan pada pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, secara mencolok, berhasil memperoleh dukungan suara mayoritas rakyat peserta pemilihan umum, baik pada pemilihan putaran pertama maupun pada pemilihan putaran kedua. Pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama, Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Jusuf Kalla unggul pada urutan pertama jumlah perolehan suara, disusul Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Kyai Haji Hasyim Muzadi menempati urutan kedua jumlah perolehan suara. Pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Amien Rais – Siswono Yudohusodo; Hamzah Haz – Agum Gumelar; dan Wiranto – Salahudin Wahid tersisih pada pemilihan putaran pertama. Pada pemilihan putaran kedua, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla berhasil memperoleh suara terbanyak, yaitu 66.731.944 suara atau 60,9059 persen. Sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri – Kyai Haji Hasyim Muzadi memperoleh 42.833.652 suara atau 39,0941 persen. Dengan demikian, pada tahun 2004 vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono muncul sebagai Presiden NKRI hasil pemilihan langsung oleh rakyat,  yang pengambilan sumpah dan pelantikannya dilakukan pada Sidang Umum MPR dalam bulan Oktober 2004.

Selain itu, vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono juga muncul dalam bidang keilmuan. Pada tanggal 18 September 2004 Susilo Bambang Yudhoyono mempresentasikan disertasinya di depan para penguji Institut Pertanian Bogor dalam ujian doktor. Pada hari itu juga Susilo Bambang Yudhoyono dinyatakan lulus dan meraih gelar doktor. Di samping itu, vibrasi kepeloporan Partai Demokrat pun menonjol dalam perolehan suara pada pemilihan umum legislatif pusat, menduduki peringkat keempat setelah Partai Golkar, PDI Perjuangan, dan Partai Persatuan Pembangunan. Dengan demikian, vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2004 itu  merupakan vibrasi kepeloporan fenomena baru di pentas politik nasional di era reformasi.

Bagaimanakah perkembangan luas siklus vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono sesudah tahun 2004?  Sesuai dengan kodrat dinamika vibrasi kebangkitan nasional baru (baca, Vibrasi Pergerakan Kemerdekaan dan Eksistensi Bangsa Indonesia), perkembangan luas siklus vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dijelaskan sebagai berikut.

2. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 6 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+4, angka tahun 2004, tahun munculnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden). Hasil penjumlahannya adalah 2004. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2004 dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau bermakna ‘stagnasi’ dalam arti negatif.

3. Angka 1999 (tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908) kita jumlahkan dengan angka 6 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+4, angka tahun 2004, tahun munculnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden). Hasil penjumlahannya adalah 2005. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2004 dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 1999 sebagai tahun ‘pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 bisa bermakna ‘progres’ (meningkat, berkembang) pada tahun 2005 dalam arti positif dan/atau dalam arti negatif. Ternyata pada tahun 2005 ada makna ‘progres dalam arti positif yang muncul dari vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono menyangkut perundingan perdamaian antara delegasi Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, di mana kedua belah pihak menandatangani perjanjian perdamaian pada tanggal 15 Agustus 2005.

4. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 7 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+5, angka tahun 2005, tahun pertama masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2005. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun2005 dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau bermakna ‘stagnasi’ dalam arti negatif.

5. Angka 1999 (tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908) kita jumlahkan dengan angka 7 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+5, angka tahun 2005, tahun pertama masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2006. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2005, tahun pertama masa jabatan kepresidenan, dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 1999 sebagai tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘progres’ (meningkat, berkembang) pada tahun 2006 dalam arti positif dan/atau negatif.

6. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 8 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+6, angka tahun 2006, tahun kedua masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2006. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2006, tahun kedua masa jabatan kepresidenan, dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau bermakna ‘stagnasi’ dalam arti negatif.
7. Angka 1999 (tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 8 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+6, angka tahun 2006, tahun kedua masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2007. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2006, tahun kedua masa jabatan kepresidenan, dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 1999 sebagai tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘progres’ (meningkat, berkembang) pada tahun 2007 dalam arti positif dan/atau negatif.

8. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 9 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+7, angka tahun 2007, tahun ketiga masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2007. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2007 dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau ‘stagnasi’ dalam arti negatif.

Catatan: Dalam vibrasi tahun 2007 tersirat pula vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pertama kali pada tahun 2001 dalam kaitannya dengan vibrasi kepeloporan yang muncul pada tahun 2004. Kodrat vibrasi yang muncul pada tahun 2001 itu terkait erat dengan ‘politik’ dan ‘kepartaian’ yaitu Partai Demokrat. Sedangkan kodrat vibrasi yang muncul pada tahun 2004 itu terkait erat dengan ‘politik, kepartaian yaitu Partai Demokrat’ dalam hubungannya dengan vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrat dalam pemilihan presiden tahun 2004, di mana Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangkan pemilihan presiden, dan menjadi presiden. Dengan demikian, dalam vibrasi tahun 2007 tersirat dua kodrat vibrasi yang tumpang tindih, yang berhubungan erat dengan vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono. Kodrat vibrasi seperti ini patut diwaspadai. Perhatikan analisis berikut ini.

Angka 2001 (tahun yang di dalamnya tersirat vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono di pentas politik nasional sebagai pencetus, pendorong serta pemberi visi dan misi Partai Demokrat yang didirikan pada tahun 2001) kita jumlahkan dengan angka 6 (angka 2+0+0+4, angka tahun 2004, tahun munculnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrat pada pemilihan presiden, di mana Susilo Bambang Yudhoyono berhasil memenangkan pemilihan presiden dan menjadi presiden). Hasil penjumlahannya adalah 2007. Analisis ini memberi petunjuk bahwa di dalam vibrasi tahun 2007 tersirat pula luas siklus vibrasi tahun 2001 dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 2004, yang terkait erat dengan vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat sebagaimana telah saya kemukakan pada catatan di atas. Dalam vibrasi tahun 2007 tersirat ‘vibrasi negatif’ yang bertujuan mencemarkan/menciderai vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono. Vibrasi negatif tersebut berhasil dilewati, namun siklus vibrasi negatif lain yang patut diwaspadai oleh Susilo Bambang Yudhoyono tersirat dalam vibrasi tahun 2010, 2013, dan 2016.

9. Angka 1999 (tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 9 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+7, angka tahun 2007, tahun ketiga masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2008. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2007 dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 1999 sebagai tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘progres’ (meningkat, berkembang) pada tahun 2008 dalam arti positif dan/atau negatif.

10. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 10 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+8, angka tahun 2008, tahun keempat masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2008. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2008 dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau bermakna ‘stagnasi’ dalam arti negatif.

11. Angka 1998 (tahun munculnya vibrasi reformasi yang kuat dan dahsyat sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 yang bermuara pada vibrasi tahun 1998) kita jumlahkan dengan angka 11 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+9, angka tahun 2009, tahun terakhir masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2009. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2009 dalam kaitannya dengan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 bisa bermakna ‘konstan’ dalam arti positif dan/atau bermakna ‘stagnasi’ dalam arti negatif.

12. Angka 1999 (tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998 sebagai puncak perkembangan dinamika vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908) kita jumlahkan dengan angka 11 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+9, angka tahun 2009, tahun terakhir masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono). Hasil penjumlahannya adalah 2010. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul pada tahun 2009 dalam kaitannya dengan vibrasi tahun 1999 sebagai tahun pelaksanaan tuntutan vibrasi reformasi yang muncul pada tahun 1998, bisa bermakna ‘progres’ (berkembang, meningkat) pada tahun 2010 dalam arti positif dan/atau negatif.
13. Angka 2004 (tahun terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden NKRI masa bakti lima tahun pertama [2004 – 2009] kita jumlahkan dengan angka 11 (hasil penjumlahan angka 2+0+0+9, angka tahun 2009, tahun terakhir masa jabatan kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus tahun pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat). Hasil penjumlahannya adalah 2015. Analisis ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono masih tersirat secara konstan dan kuat dalam kurun waktu tahun 2009—2015.  

Memperhatikan keseluruhan analisis di atas ini maka dapat saya katakan sebagai berikut. Apabila luas siklus vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono yang muncul sebagai Presiden NKRI di pentas politik nasional masa bakti 2004 – 2009 bersifat ‘konstan’ dan ‘progres’ dalam arti positif yang tampak menonjol, dan masih memperoleh simpati mayoritas rakyat peserta Pemilihan Umum, maka rakyat niscaya akan memilih kembali  Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden untuk satu kali masa jabatan, sesuai ketentuan Pasal 7 UUD 1945, apabila pada Pemilihan Umum tahun 2009 Susilo Bambang Yudhoyono masih berkeinginan mencalonkan diri kembali.

Patut dicatat pula, bahwa munculnya vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono di pentas politik nasional Indonesia terkait erat dengan vibrasi bencana yang menimbulkan derita nestapa. Pada pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat  tahun 2004, ketika Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Demokrat menghadiri acara SBY Fans Club di Tebet, Jakarta Selatan, pada hari Minggu 8 Agustus 2004, Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ebiet G. Ade menyanyikan dua buah lagu berjudul “Berita Kepada Kawan” dan “Untuk Kita Renungkan”.  Vibrasi kedua lagu ini adalah vibrasi lagu yang bertema “bencana alam, yang menimbulkan derita nestapa”. Dan ternyata, ketika Susilo Bambang Yudhoyono memenangkan pemilihan presiden dan dilantik oleh MPR untuk mengemban tugas dan jabatan Presiden NKRI masa bakti 2004 – 2009, terjadi bencana dahsyat (gempa bumi dan tsunami) di Aceh pada 26 Desember 2004. Kemudian, pada 28 Maret 2005 terjadi lagi gempa dan tsunami di Pulau Nias. Dan ketika vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden NKRI berlanjut untuk masa pengabdian 2009—2014, karena terpilih kembali sebagai presiden pada pemilihan umum/pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat pada tahun 2009, terjadi lagi gempa dahsyat di selatan Tasikmalaya pada 2 September 2009 dan gempa dahsyat di Sumatera Barat pada 30 September 2009 mengguncang nurani seluruh anak bangsa. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar