Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Jumat, 03 Januari 2020

Sekali lagi tentang: Maria dan Marta


(Respons atas komentar Nuban Timo)
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


ARTIKEL “Maria dan Marta” (www.bianglalahayyom.blogspot.co.id edisi 27 Februari 2018) sebenarnya telah dipublikasi pada 26 November 2016, akan tetapi lantaran suatu kesalahan teknis artikel tersebut bersama artikel-artikel lain edisi tahun 2016 dan tahun 2017 terhapus. Semua artikel yang terhapus, termasuk artikel “Maria dan Marta” dapat dipublikasikan kembali di blog bianglalahayyom pada 22 Februari 2018 di mana artikel “Maria dan Marta” dimuat pada 27 Februari 2018. Artikel “Maria dan Marta”  merupakan tanggapan saya atas artikel Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo berjudul “Maria dan Marta” yang diterbitkan di koran POS KUPANG  edisi Senin, 2 November 2013.yang telah lama berlalu.


Menjelang akhir tahun 2019 artikel yang termuat di internet itu  kembali menjadi pokok pembicaraan, karena komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo yang masuk ke blog saya sebagai berikut: “Timo 25 November 2019 09.39. Maaf gan tapi masalah kakak beradik ini benar kata nubantimo, LAI kurang cermat dalam menerjemahkan kata adik kakak, karena rujukannya juga dari KJV, bahasa Inggris yang lemah juga dalam hal ini. Kata “sister” adalah untuk saudara tapi tidak jelas siapa adik siapa kakak. Kalau dari tradisi, yang melayani tamu selalu kewajiban anak tertua. Karena itu nuban timo berkata Marta adalah kakaknya. Mungkin untuk referensi jangan baca LAI gan, banyak salahnya. GBU.”  Demikianlah komentar yang masuk ke kolom komentar pada bagian akhir artikel “Maria dan Marta” di blog bianglalahayyom.

Berkenaan dengan komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo sebagaimana dikutip di atas ini, saya ingin memberikan respons sebagai berikut: Yesus dalam cakrawala (jangkauan pandangan) Maria dan Marta sama sekali tidak ditentukan oleh faktor tradisi melainkan faktor “apresiasi”. Maria dan Marta memiliki apresiasi yang berbeda terhadap Yesus, sekalipun keduanya beradik-berkakak. Maria memandang Yesus tidak saja terbatas sebagai Tuan (kurie) yang dihormati, melainkan juga sebagai Guru (rabbi) yang sangat dijunjung, karena itu patut didengar ajaran-ajaran dan petuah-petuah spiritualitasnya. Itulah sebabnya Maria memilih untuk dekatkan dirinya pada kaki Yesus seraya mendengarkan apa kata Yesus dengan sepenuh hati (Lukas 10:39). Apresiasi terhadap Yesus sedemikian dan pilihan Maria untuk mendekatkan diri di kaki Yesus secara konsisten, terbaca pula dalam Yohanes 12:3: Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya. Perbuatan Maria ini sekaligus memberi petunjuk tentang penghormatan dan pemuliaan yang ia lakukan terhadap Yesus yang dijunjung sebagai Tuan (kurie) dan Guru (rabbi).
Sedangkan Marta mengapresiasi dan memandang Yesus hanya sebagai Tuan (kurie) yang harus disambut dan dijamu (dilayani) secara terhormat. Itulah sebabnya Marta memilih untuk bersikap sebagai host (tuan rumah, pengurus rumah) yang baik budi terhadap Yesus dan murid-murid-Nya. Dalam Lukas 10:38 dapat kita baca: “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalan, tibalah Ia di sebuah desa. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.”  Sikap Marta sebagai host yang penuh perhatian menyambut Yesus tersirat pula dalam Yohanes 11:20 yang berbunyi “Ketika Marta mendengar bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.”
Apa yang terjadi ketika Yesus dan murid-murid-Nya berada di rumah Marta, menurut penulis Injil Lukas 10?  Jawabannya tersirat dalam ayat 39: saudara perempuan Marta yang bernama Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya.  Sedangkan Marta yang memilih untuk bersikap sebagai host (tuan rumah, pengurus rumah) yang baik budi dan menghormati Yesus sebagai Tuan (kurie) dan murid-murid-Nya (sebagai tamu), sibuk melayani (ayat 40a). Dalam Yohanes 12:1-2, dikisahkan pula bahwa Marta tetap konsisten terhadap pilihannya untuk melayani Yesus.

Menurut Nuban Timo, “tradisi melayani tamu selalu kewajiban anak tertua, karena itu Marta. adalah kakak”. Pertimbangan saya: jikalau benar (berdasarkan tradisi), yang melayani tamu  selalu kewajiban anak tertua (dalam hal ini Marta sebagai kakak), mengapa Marta harus mengajukan protes kepada Yesus mengenai Maria yang duduk di dekat kaki Yesus, dan meminta agar Yesus  menyuruh Maria membantu Marta yang sibuk melayani tamu?  Seharusnya Marta, sebagai anak tertua yang berdasarkan tradisi wajib melayani tamu, tidak boleh mengemukakan omelan di hadapan Yesus mengenai sikap adiknya (Maria) yang tidak membantunya.

Berdasarkan hasil studi saya, Marta bukan kakak Maria, melainkan Maria adalah kakak Marta. Perlu saya kemukakan di sini bahwa dalam studi, saya merujuk pada Perjanjian Baru Yunani – Indonesia terjemahan LAI (edisi pertama), cetakan kedua 1994; dan Perjanjian Baru Yunani – Indonesia terjemahan LAI edisi kedua, cetakan kedua tahun 2002. Di samping itu, saya juga memperhatikan Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru BPK GM  cetakan pertama 2008; A Pocket Lexicon To The Greek New Testament by Alexander Souter, M.A. Oxford University Press 1943; dan Kamus Yunani-Indonesia, Barclay M. Newman JR. BPK GM cetakan ke-9 Tahun 2002. Terkait dengan rujukan terhadap PB bahasa Yunani, saya tetap memperhatikan terjemahan LAI. Terjemahan LAI tidak boleh diremehkan. Terjemahan LAI memenuhi kriteria baik dan benar,  namun karena latar belakang saya sebagai seorang kritikus sastra, maka saya tidak meng-iya-kan secara mutlak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia oleh LAI, sebab saya juga dapat memahami PB bahasa Yunani dengan baik dan dapat menerjemahkan ayat-ayat PB bahasa Yunani secara harfiah maupun secara dinamis fungsional, dan parafrasa.

Dalam Yohanes 11:1  PB Yunani-Indonesia 1994, transkripsi bahasa Yunani Marias kai Marthas tēs adelphēs diterjemahkan oleh LAI, Maria dan adiknya Marta. Dalam Yohanes 11:1 PB Yunani-Indonesia edisi kedua, cetakan kedua tahun 2002, transkripsi bahasa Yunani, Marias kai Marthas tēs adelphēs diterjemahkan oleh LAI, Maria dan saudaranya, Marta. Dalam Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru, transkripsi kata Yunani adelphēs diterjemahkan saudara perempuan (terjemahan ini sesuai dengan Kamus Yunani-Indonesia untuk Perjanjian Baru. Newman Jr., Barclay M., Jakarta 2002). Orang yang memahami bahasa Yunani niscaya tahu betul bahwa adelphē, adelphēs artinya saudara (perempuan).  dan adelphos, adelphou artinya saudara (laki-laki). Dalam A Pocket Lexicon To The Greek New Testament, transkripsi kata Yunani adelphē diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan kata sister (Lukas 10:39; Yohanes 11:1, 28 RSV & Good New Bible). Kata sister dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: saudara perempuan; adik atau kakak perempuan,

Dalam kaitannya dengan Maria dan Marta, siapakah di antara kedua perempuan ini yang berkedudukan sebagai kakak dan/atau adik? Menurut Nuban Timo, sebagaimana telah dikemukakan di atas, Marta adalah kakak, karena berdasarkan tradisi, yang melayani tamu selalu kewajiban anak tertua.  Jikalau benar Marta adalah kakak, sebagaimana dijelaskan oleh Nuban Timo, mengapa Marta harus menggerutui adiknya (Maria) kepada Yesus? Tidak wajar. Tidak sepatutnya, karena Marta adalah kakak, yang berdasarkan tradisi, wajib melayani tamu. Berdasarkan hasil studi saya, teks Lukas 10:40 PB bahasa Yunani memberikan petunjuk yang tersirat bahwa sesungguhnya Maria adalah kakak, dan Marta adalah adik. Transkripsi teks Lukas 10:40 PB bahasa Yunani berbunyi begini: hē de Martha periespato peri pollēn diakonian epistasa de eipen, Kurie, ou  melei  soi hoti hē adelphē mou monēn me katelipen diakonein; eipe oun autē(i) hina moi sunantilabētai. Ayat ini diterjemahkan oleh LAI sebagai berikut: “sedangkan Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata, ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku’.”   

Saya ingin mencatat empat kata dalam transkripsi teks Lukas 10:40 bahasa Yunani untuk dianalisis dan dipahami lebih mendalam. Pertama, periespato, LAI menerjemahkan kata ini, sibuk sekali. Kata periespato, perispaomai, perispaō, bukan saja berarti sibuk sekali, atau menjadi sangat sibuk, melainkan juga berarti menjadi bingung, kebingungan; terbagi-bagi perhatiannya; hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan). Semua arti kata dan rasa kata yang tersirat dalam kata periespato sebagaimana disebutkan inilah yang berkecamuk di dalam benak dan perasaan Marta ketika ia bekerja, mempersiapkan jamuan untuk Yesus dan murid-murid-Nya. Itulah sebabnya ia mendekati Yesus dan berkata, “Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Kedua, epistasa, LAI menerjemahkan kata ini, mendekati [Yesus]. Arti kata dan rasa kata mendekati yang merupakan terjemahan dari kata epistasa, tidak salah, akan tetapi arti kata dan rasa katanya sangat hambar, tidak intens. Kata epistasa, ephistēmi, dalam konteks Marta sesungguhnya memiliki arti yang sangat intens, yakni: mendesak maju; sekonyong-konyong datang dan berdiri [di dekat Yesus] (A Pocket Lexicon To The Greek New Testament, hlm.103). Arti kata epistasa sebagaimana dikemukakan ini mencerminkan reaksi Marta yang kebingungan dan hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukannya) ketika mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk melayani Yesus dan murid-murid-Nya. Ketiga, katelipen, LAI menerjemahkan kata ini, membiarkan. Terjemahan ini benar, namun arti kata dan rasa kata ini pun biasa-biasa saja, hambar dan tidak intens. Kata Yunani, katelipen, kataleipō (A Pocket Lexicon, do.ib. hlm.127) dalam Luas 10:40 itu sesungguhnya menyiratkan arti yang dinamis, yaitu: melupakan tugas; meninggalkan tugas, melarikan diri dari tanggung jawab; membengkalaikan tugas; meninggalkan pekerjaan, dsb. Arti/makna kata inilah yang tersirat dalam perkataan Marta kepada Yesus, berkenaan dengan pilihan: “Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya.” Medan makna kata katelipen, kataleipō inilah tersirat status Marta sebagai adik yang memprotes Maria sebagai kakak yang sebenarnya berkewajiban mempersiapkan jamuan bagi tamu, namun ternyata Maria membengkalaikan tugasnya.  Dan keempat, sunantilabētai, LAI menerjemahkan kata ini, membantu. Terjemahan kata ini pun benar; namun medan makna kata Yunani sunantilabētai selain berarti membantu, juga berarti bekerja bersama-sama dengan; ambil perhatian bersama; ambil alih upayaku dan/atau ambil alih pekerjaanku dalam melayani (A pocket Lexicon, do.ib. hlm.246). Demikianlah gejolak pikiran dan perasaan dalam kalbu Marta sebagai adik terhadap Maria (kakaknya), yang tidak menghiraukan pekerjaan melayani tamu, melainkan memilih duduk dekat kaki Yesus untuk terus mendengarkan perkataan-Nya.   

Berdasarkan analisis di atas ini, maka sesungguhnya gejolak pikiran dan perasaan Marta  pada saat bekerja seorang diri untuk melayani Yesus dan murid-murid-Nya, dan protes Marta yang disampaikan secara tegas kepada Yesus berkenaan dengan pilihan dan sikap Maria yang sama sekali tidak mempedulikan tugas melayani Yesus dan murid-murid-Nya dalam Lukas 10:40 itu, memberi petunjuk bahwa Marta adalah “adik” dan Maria adalah “kakak”. Dalam berhadapan dengan Yesus sebagai kurie dan rabbi, Maria sebagai kakak tidak memusingkan kepala tentang hal mempersiapkan makanan dan minuman bagi Yesus dan murid-murid-Nya, melainkan ia memilih duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Sedangkan Marta sebagai adik memilih untuk berperan sebagai host yang berbudi baik untuk mempersiapkan jamuan makan bagi Yesus dan murid-murid-Nya yang dihormati sebagai tamu. Namun ternyata Marta kewalahan, bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sehingga ia menghampiri Yesus seraya menyampaikan tuntutan: “Suruhlah dia membantu aku.” Makna intens dari tuntutan Marta yang disampaikan kepada Yesus, sebenarnya begini: “Suruhlah dia ambil alih pekerjaan melayani yang kulakukan.” Atas desakan dan/atau tuntutan Marta yang penuh emosi itu, Yesus berkata: Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari dia.” (Lukas 10:41,42).

Inilah respons saya atas komentar Nuban Timo dan/atau kerabat Nuban Timo sebagaimana telah dikemukakan pada awal tulisan ini. Terimalah salam saya: ”Selamat Merayakan Natal 25 Desember yang tak terpisahkan dari Oktav Natal pada 1 Januari dan Epifani pada 6 Januari” ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar