Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Minggu, 25 Juni 2023

BAGIAN PERTAMA - Nama dan Sebutan ALLAH dalam Perjanjian Lama

 


(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)

 

UNTUK mengenal nama dan sebutan Allah dalam Perjanjian Lama maka alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu nama-nama ilah atau dewa orang-orang bukan Israel yang disebut dalam Perjanjian Lama. Saya sebutkan di sini beberapa nama ilah atau dewa saja yaitu: Dagon, ilah atau dewa sembahan orang Filistin (Hakim-Hakim 16:23); Asytoret atau Asytart, ilah atau dewi sembahan orang Sidon; Kamos, ilah atau dewa sembahan orang Moab (2 Raja-Raja 23:13); Milkom, ilah atau dewa sembahan orang Amon (1 Raja-Raja 11:5; 2 Raja-Raja 23:13); Molokh, ilah atau dewa  sembahan bani Amon (1 Raja-Raja 11:7); Baal, ilah atau dewa sembahan orang Kanaan (1 Raja-Raja 18:18,21; Baal juga memiliki nabi-nabi sebanyak 450 orang [ayat 22]; selain itu ada ilah atau dewa Baal yang disebut Baal-berith, sebagai penguasa untuk mengadakan persetujuan; Baal-zebub atau Baal-zebul, ilah atau dewa sembahan orang Filistin di Ekron (2 Raja-Raja 1:1-6); Rimon, ilah atau dewa sembahan  orang Siria (2 Raja-Raja 5:18); Ratu sorga, dewi sembahan dalam agama orang Babilonia dan Assyria (Yeremia 44:17,19)

Demikianlah setiap bangsa membuat ilah atau dewanya sendiri dan menempatkannya di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan yang dibuat oleh orang-orang Samaria; setiap bangsa bertindak demikian di kota-kota yang mereka diami (baca, 2 Raja-Raja 17:7-41, dyb.) yang tak dapat dijelaskan semuanya dalam artikel ini. Orang-orang Israel sering tidak setia kepada Allah mereka, dan mencondongkan hatinya kepada ilah-ilah yang disebutkan di atas ini, seperti Salomo dan istri-istrinya, sebagaimana tertulis dalam 1 Raja-Raja 11:3-8 (baca juga, A COMPANION TO THE BIBLE, by T.. W. Mansion, D. Litt., D.D. Edinburgh: T. & T. Clark, 38 George  Street 1947. pp  287 – 330.).

Berdasarkan latar belakang ilah-ilah atau dewa-dewa yang disembah oleh orang-orang bukan Israel yang disebutkan secara ringkas di atas, maka kita dapat membahas lebih lanjut  penyebutan nama El, Elohim, YHWH, Adon, Elyon, Syaddai, Olam, yang disebutkan dalam Perjanjian Lama terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).

El dipakai sebagai sebutan Allah yang mengacu kepada nama diri sembahan orang Israel (Yesaya 45:22) yaitu YHWH, yang dalam ayat 21 ditulis TUHAN (“Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku!). Tetapi El dipakai juga sebagai sebutan untuk ilah sembahan bangsa-bangsa lain (misalnya, Keluaran 20:3; Daniel 11:36,37 dan  El-Berit, dalam Hakim-Hakim 9:46). Elohim merupakan bentuk jamak dari El atau Eloh (tunggal). Dalam Perjanjian Lama, Elohim paling sering digunakan untuk mengungkapkan kemahabesaran Allah atau kemahamuliaan Allah sembahan orang Israel, yaitu YHWH, yang melebihi ilah-ilah lain (Daniel 2:47; 2 Raja-Raja 5:15; Mazmur 136:2).

YHWH adalah nama diri Allah bangsa Israel (Mazmur 83:17,19); pahlawan ilahi [pahlawan perang] (Keluaran 15:3) “yang mengadakan alam semesta” (dhu yahwe tsaba’ot); atau “yang menjadikan langit dan bumi (Mazmur 121;2; 124:8; 134:3).  YHWH sangat sakral (suci; keramat dan tabu). Itulah sebabnya nama diri YHWH diganti dengan sebutan Adon artinya Tuan. Dan dalam perkembangan kemudian, YHWH diucapkan atau disebut Adonai, artinya Tuhanku. Dalam Perjanjian Lama terjemahan LAI, YHWH diterjemahkan dengan memakai kata TUHAN yang dicetak dengan huruf besar (huruf kapital).

Itulah sebabnya harus diperhatikan sebaik-baiknya jika Anda membaca Perjanjian Lama terjemahan LAI. Jika di dalam ayat-ayat terdapat kata TUHAN yang dicetak dengan huruf besar (huruf kapital), maka kata TUHAN itu merujuk kepada nama diri YHWH. Dan jika Anda mendapati kata Tuhan yang ditulis dengan T huruf besar dalam ayat-ayat Perjanjian Lama terjemahan LAI, maka kata Tuhan  itu merujuk kepada kata atau sebutan Adonai yang dipakai sebagai sebutan pengganti YHWH (nama diri Allah Israel, yang sangat sakral dan keramat itu).  Contohnya dalam Yosua 3:11: “sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan menyeberang di depan kamu, masuk ke sungai Yordan.” “Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! (Mazmur 136:3).

Sebutan Adon atau Adonai dapat dipakai bersama dengan YHWH guna menonjolkan kekuasaan YHWH.  Jadi, Adonai YHWH (adōnāy yhwh) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Tuhan ALLAH… misalnya, dalam Kejadian 15:2: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, …”; 2 Samuel 7:18: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, …” dan ayat 19: “Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH…” . Lihat juga ayat-ayat lain dalam Perjanjian Lama terjemahan LAI yang di dalamnya terdapat sebutan “Tuhan ALLAH”. Selain sebutan Adonai YHWH (Tuhan ALLAH), ada juga sebutan YHWH adonai yang artinya ALLAH, Tuhanku yang dipakai dalam kitab Mazmur, misalnya dalam Mazmur 68:21: “Allah adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.” Mazmur 140:8: “Ya ALLAH, Tuhanku, kekuatan keselamatanku, …” Mazmur 141:8: “Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; …”  Selain itu,   yhwh ’adōnênû bukan saja dapat diterjemahkan ALLAH, Tuhan kami, melainkan dapat juga diterjemahkan TUHAN, Tuhan kami, misalnya dalam Mazmur 8:2: “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!” dan ayat 10: “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!”

Dalam tradisi tertentu, nama diri YHWH dipakai bersama dengan Elohim (bentuk jamak dari El), sebutan untuk Allah guna menggarisbawahi atau menekankan bahwa Allah sembahan bangsa Israel itu sungguh memiliki sifat ilahi. yang melebihi ilah-ilah lain. Dalam PL terjemahan LAI, YHWH yang dipakai bersama dengan Elohim (YHWH elohim) ditulis TUHAN Allah..  Perhatikan beberapa contoh ayat dalam Keluaran 3: “TUHAN, Allah nenek moyangmu…” (ayat 15,16); “TUHAN, Allah orang Ibrani…” ; “TUHAN, Allah kami…” (ayat 18) dan lain-lain.

Sebutan El (Allah) dan/atau YHWH (TUHAN dan juga ALLAH) diikuti kata-kata lain yang menandaskan salah satu wujud kebesaran Allah dan/atau YHWH (TUHAN dan juga ALLAH).  Kata-kata yang menandaskan “salah satu wujud kebesaran” itu, yakni: Elyon (Yang Mahatinggi); Olam (Yang Kekal); Syaddai (Yang Mahakuasa). Contohnya: El Elyon yang artinya Allah Yang Mahatinggi dalam Kejadian 14:18: “Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. El Olam yang artinya Allah Yang Kekal dalam Kejadian 21: 33: “Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah Yang Kekal. El Syaddai yang artinya Allah Yang Mahatinggi dalam Mazmur 7:18: “Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan-Nya, dan bermazmur bagi nama TUHAN, Allah Yang Mahatinggi”. YHWH sabaot yang artinya TUHAN semesta alam dalam 1 Samuel 1:3: “Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo.” Adonai YHWH sabaot artinya Tuhan ALLAH semesta alam dalam Yesaya 3:15: “Mengapa kamu menyiksa umat-Ku dan menganiaya orang-orang yang tertindas?”  demikianlah firman Tuhan ALLAH semesta alam. Dan YHWH elohe sabaot artinya TUHAN, Allah semesta alam dalam Yeremia 38:17: “Sesudah itu berkatalah Yeremia kepada Zedekia: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Allah Israel: …” Dengan demikian,  sebutan TUHAN  sebagaimana tertulis dalam  Keluaran 3:2,4,7, adalah sebutan untuk YHWH; dan sebutan Allah (terjemahan dari El dan/atau Elohim) yang terdapat dalam ayat-ayat selanjutnya  adalah sebutan pengganti YHWH (nama diri Allah bangsa Israel).

 Catatan sisipan: Dalam Yesaya 26:4 (LAI, 2000) tertulis, TUHAN ALLAH. Ketika saya periksa kitab Perjanjian Lama Ibrani—Indonesia (LAI, 1999) juga tertulis TUHAN ALLAH. Ada kesalahan penulisan di sini. Dalam teks Ibrani terdapat kata yhwh, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan TUHAN (huruf kapital) maka ALLAH  seharusnya ditulis Allah.

Dalam Keluaran 3:14 Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Ungkapan “AKU ADALAH AKU” diterjemahkan dari kata Ibrani, ’ѐhyѐh  ′asѐr ’ѐhyѐh (atau, ehyeh asyer ehyeh; atau, ehyeh asyer yihyeh) “adalah pernyataan Allah (YHWH)  tentang kehadiran-Nya (penyertaan-Nya) yang bersifat aktif, giat, yang akan tetap menyatakan kehadiran-Nya di tengah orang Israel yang dipimpin oleh Musa keluar dari Mesir.  Dalam Alkitab bahasa Inggris, ungkapan “AKU ADALAH  AKU”  diterjemahkan dengan “I AM WHO I AM” (RSV, Exodus 3:14);  atau “I AM THAT I AM” – “I AM” (The Word of Yahweh, (Exodus 3:14); “I am  who I am”… I AM” (GNB, Exodus 3:14, atau “I will be who I will be… I WILL BE;  baca penjelasan pada catatan kaki ayat tersebut). Baca pula: A COMPANION TO THE BIBLE   by T. W. MANSON, D.Litt., D.D.  do.ib., pp. 288.

 

Catatan:

1.      Sebutan “Allah YHWH” (YHWH Elohim) muncul 817 kali dalam Perjanjian Lama.

2.      Nama YHWH yang diterjemahkan dalam Perjanjian Lama terjemahan LAI dengan kata TUHAN dan juga ALLAH sebanyak 6.828 kali. Sedangkan singkatan sebutan “Yah” untuk YHWH muncul sebanyak 49 kali.

3.      Seluruh rujukan kepada YHWH dalam Perjanjian Lama, sekitar 7.000 rujukan. Sebutan “Allah” (Elohim) ditemukan sebanyak 2.600 kali, namun sebagian besar merujuk kepada ilah-ilah lain yang disebut dalam Perjanjian Lama; dan hanya sekitar 860 kali ditujukan kepada YHWH.

4.      Kombinasi sebutan “YHWH Elohim” yang diterjemahkan “TUHAN, Allah” muncul 891 kali dalam 817 ayat dalam Perjanjian Lama.

5.      Kata ādȏn (tuan), jika ditujukan kepada Allah [ditulis Tuhan] dalam Perjanjian Lama, lebih dari 400 kali; dan ’adōnāy yhwh artinya “ALLAH, Tuhanku” muncul sebanyak 280 kali (William L. Holladay. A Concise Hebrew And Aramaic Lexicon Of The Old Testament. 1976:4). Dan kata ādȏn (tuan) yang ditujukan kepada manusia [tuan tanah, tuan kebun, tuan rumah, penguasa atas negeri, tuan atas seluruh istana…, dan sapaan sopan istri kepada suami]  dalam Perjanjian Lama terdapat lebih dari 300 kali.

6.      Menurut sumber lain, nama “Allah” ditemukan kurang lebih 6.700 kali di dalam Perjanjian Lama (Dr. Chr. Barth. Teologi Perjanjian Lama 1. 2011:152).

 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar