Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Kamis, 13 Juni 2024

Pergantian Pemimpin dan Kemapanan Kerajaan Menurut Pandangan Leluhur Etnis Rote

 


Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti

SEMENJAK berabad-abad yang lalu leluhur etnis Rote telah memiliki pandangan yang jelas mengenai pergantian pimpinan serta kemapanan kerajaan (nusak). Tugas dan tanggung jawab apa yang harus dirampungkan oleh seorang pemimpin demi kesinambungan kepemimpinan serta kemapanan kerajaan selanjutnya yang menjamin kemaslahatan rakyat, telah disadari sedalam-dalamnya oleh para leluhur etnis Rote.

Melalui tulisan ini saya ingin mengkontemplasikan salah satu bini’ (syair) etnis Rote yang bertema pergantian pimpinan serta kemapanan kerajaan demi kemaslahatan rakyat.. Syair ini, hingga kini, sering dikumandangkan oleh para manahelo (penyair) etnis Rote pada upacara-upacara adat berkenaan dengan pergantian pemimpin lantaran wafatnya seorang pemimpin dan/atau terpilihnya seorang pemimpin baru menggantikan pemimpin lama. Syair etnis Rote tersebut, yang parafrasanya saya sertakan dalam tanda kurung, berbunyi sebagai berikut:  Nggongo ingu lai lalo; ma Lima le dale sapu (Nggongo dari tanah tinggi wafat; dan Lima dari palung sungai berlalu). De lalo ela Latu Nggongo; ma sapu ela Engga Lima (Mereka pergi meninggalkan latu Nggongo; dan berlalu meninggalkan Enga Lima). Boe te ela batu na-ngatun; ma ela ai na-salain (Namun mereka meninggalkan batu tempat duduk; dan meninggalkan tonggak tempat bersandar). De koluk Nggongo ingu lai; te Latu Nggongo na-ngatu (Agar kendatipun Nggongo telah tercabut dari tanah tinggi; namun kini Latu Nggongo bisa duduk). Ma haik Lima le dale; te Enga Lima na-salai (Dan meskipun Lima telah tercabut dari palung sungai; namun kini Enga Lima bisa bersandar). Fo lae: Nggongo tutu’u batun; na-tao ela Latu Nggongo (Maka kata orang: inilah batu tempat duduk Nggongo; yang diletakkan dan diwariskan kepada Latu Nggongo). Ma Lima lalai ain; Na-peda ela Enga Lima (Dan inilah tonggak sandaran Lima; Yang dipancangkan dan diwariskan kepada Enga Lima).

Syair etnis Rote yang dikutip di atas ini menyiratkan pandangan leluhur etnis Rote tentang pergantian pimpinan serta kemapanan kerajaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Nggongo dan Lima adalah tokoh pemimpin dan kepemimpinan simbolis terdahulu yang berlalu (lengser) dari pentas sejarah (kepemimpinan) kerajaan simbolis Tanah Tinggi dan Palung Sungai. Sedangkan Latu Nggongo dan Enga Lima adalah tokoh pemimpin simbolis yang menggantikan dan/atau melanjutkan kepemimpinan pemimpin terdahulu yang telah berlalu  demi kemaslahatan rakyat.

 Dituturkan melalui syair tersebut bahwa pemimpin terdahulu (Nggongo dan Lima) tidak berlalu begitu saja; dan pemimpin pengganti tidak tampil dalam kevakuman atau kaos. Sebab Nggongo dan Lima selaku pemimpin terdahulu telah merampungkan tugas dan tanggung jawab mereka yakni: meletakkan batu (alas/landasan) serta tonggak (penopang) yang kukuh bagi Latu Nggongo dan Enga Lima selaku pemimpin pengganti. Di atas batu (alas/landasan) dan pada tonggak (penopang) yang kukuh itulah Latu Nggongo dan Enga Lima sebagai pemimpin pengganti menyandarkan strategi kepemimpinan dan perjuangan selanjutnya, demi kejayaan dan kemaslahatan  rakyat kerajaan  simbolis Tanah Tinggi dan Palung Sungai.

Kesinambungan kepemimpinan menurut pandangan leluhur etnis Rote demi kemapanan kemaslahatan rakyat sebagaimana diwedarkan di atas dapat diaplikasikan dalam proses kesinambungan kepemimpinan nasional Indonesia  periode 2019 – 2024 dan 2024 – 2029 sebagai berikut: Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin akan mengakhiri kepemimpinan nasional mereka pada 20 Oktober 2024; dan Presiden serta Wakil Presiden RI hasil pemilihan umum tahun 2024 yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang akan dilantik pada 20 Oktober 2024, akan melanjutkan kepemimpinan nasional serta kemapanan eksistensi bangsa Indonesia  periode 2024 – 2029..

Pada periode kepemimpinan nasional 2019 – 2024 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin telah meletakkan landasan pembangunan infrasruktur sebagai skala superprioritas dalam rangka memperlancar dan  meningkatkan gerak pembangunan di sektor-sektor lain bagi kesejahteraan rakyat. Di samping itu, program pembangunan superprioritas (IKN di Kalimantan) telah dilaksanakan karena itu patut dilanjutkan dan diberhasilkan. Berdasarkan kearifan leluhur etnis Rote sebagaimana tersirat dalam syair yang bertema pergantian pimpinan serta kemapanan kerajaan di atas, Presiden dan wakil presiden terpilih hasil pemilu 2024 terpanggil untuk melanjutkan program pembangunan yang telah dirintis/dikerjakan, memajukan dan meningkatkan kerja keras di setiap sektor pembangunan demi kesejahteraan  seluruh rakyat Indonesia. Dan yang paling utama, yang harus diperhatikan oleh presiden dan wakil presiden hasil pemilu 2024 yakni: peningkatan upaya memperkuat landasan dan memperkokoh tonggak penopang keajekan dan kelanggengan eksistensi bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,  yakni Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Inilah landasan tempat duduk dan tonggak tempat bersandar  seluruh generasi bangsa yang multietnis dan multiagama serta aliran kepercayaan di Indonesia.

Sebagai seorang pionir teori vibrasi sejarah nasional dan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia (baca buku saya: Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia”, Be You Publishing Surabaya 2010), saya ingin mengatakan bahwa dalam  kurun waktu tahun 2024 sampai tahun 2049, vibrasi krisis dan kemelut bangsa tetap ada dalam jalur perkembangan sejarah eksistensi bangsa dan negara Republik Indonesia. Karena itu, letupan-letupan krisis dan depresi akan muncul sesuai dengan siklus dan luas siklus vibrasinya. Letupan-letupan krisis (keadaan suram dalam perkembangan politik, moral, dan sebagainya) yang  berhimpitan dengan vibrasi kebangkitan nasional tahun 1908 – 1928 – 1945 sampai tahun 2000/2021 telah saya gambarkan dalam buku saya yang telah disebutkan di atas. Dalam kurun waktu antara tahun 2000/2001  sampai tahun 2050 letupan-letupan krisis sebagaimana disebutkan di atas bersiklus dengan  luas siklus vibrasi tahun 2001 – 2004 – 2014 – 2024/2025 – 2028/2029 – 2034/2035  menuju ke tahun  2044/2045 dan tahun 2048/2049..

Di dalam menghadapi gelombang krisis dan depresi, kita tidak boleh terlalu mengharapkan yang terbaik, melainkan kita harus bersedia menghadapi dan menerima kenyataan yang terburuk. Ini tidak berarti menyerah, melainkan sabar dan tabah menghadapi kenyataan di tengah-tengah perjuangan membangun kesejahteraan bangsa. Vibrasi gelombang krisis dan depresi dapat dikendalikan, dikurangi dan/atau diperkecil dengan jalan: memantapkan vibrasi kepemimpinan, serta memperbaiki dan memantapkan vibrasi sistem penyelenggaraan pemerintahan negara di bawah kepemimpinan presiden/kepala negara yang tangguh dalam arti kuat dan andal. Selain itu, dan ini yang sangat penting yaitu, konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan demi terbinanya stabilitas keamanan yang mapan bagi keajekan dan kelanggengan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia. Sebab, kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, bahkan separatis,  tetap merupakan toksik dalam tubuh bangsa Indonesia.  ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar