Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Selasa, 16 September 2014

IMAJINASI DAN FANTASI MENURUT KONSEP PSIKOLOGI

CATATAN PENGANTAR:
Atas permintaan pembaca, berikut ini saya muat di blog saya lima artikel yang terdapat di lampiran buku SAJAK-SAJAK CHAIRIL ANWARDALAM KONTEMPLASI (B You Publishing Surabaya 2011 halaman 179-243) masing-masing berjudul: 1. IMAJINASI DAN FANTASI MENURUT KONSEP PSIKOLOGI 2. Marginalia atas: 15 tahun Pos Kupang Suara Nusa Tenggara Timur; 3. Sungguh Trenyuh (Catatan untuk Silvester Ule seputar “Perlukah ‘trenyuh’ itu?”); 4. Seputar Jurnalisme Sastrawi (Catatan untuk Isidorus Lilijawa); 5. Beberapa catatan atas opini Marsel Robot Tentang Fantasi: Sebuah pertengkaran yang menyembuhkan. Mudah-mudahan uraian dalam kelima artikel ini dapat dibaca oleh para pihak yang tidak memiliki buku saya sebagaimana judulnya telah disebutkan di atas. SELAMAT MEMBACA!
Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Imajinasi (gambaran ingatan)
      Apabila kita berkenalan dengan teman baru, maka di dalam jiwa kita terbentuk gambaran ingatan (imajinasi) berkenaan dengan teman baru tersebut. Begitu pula apabila kita mengetahui barang baru, maka dalam jiwa kita akan terbentuk gambaran ingatan (imajinasi) terkait dengan barang baru yang kita ketahui itu. Dengan demikian, gambaran ingatan (imajinasi) yang terjadi di dalam jiwa kita hanyalah mengenai teman baru atau barang baru itu saja yang kita kenal atau ketahui.

      Seorang anak kecil yang belajar mengenal barang-barang yang terdapat di dalam rumah keluarga sendiri memperoleh gambaran ingatan (imajinasi) tentang barang-barang yang terdapat di dalam rumah keluarga sendiri. Andaikan dalam rumah keluarga hanya ada sebuah lemari maka apabila anak tersebut mendengar perkataan ‘lemari’, ter-reproduksi-lah dalam jiwanya gambaran ingatan (imajinasi) tentang lemari dalam rumah keluarganya itu. Gambaran ingatan (imajinasi) yang hanya mengenai sesuatu barang tertentu yang dikenal atau diketahui itu disebut gambaran ingatan  (imajinasi) individual atau gambaran ingatan(imajinasi) khusus.

      Di dalam pergaulan dengan keluarga-keluarga lain, anak tersebut melihat benda-benda lain yang disebut lemari juga karena memiliki sifat dan/atau fungsi-fungsi pokok yang sama dengan lemari di rumah keluarganya sendiri. Sesudah itu, apabila anak tersebut mendengar perkataan ‘lemari’, maka yang ter-reproduksi dalam jiwanya sesuatu gambaran ingatan (imajinasi) yang hanya mempunyai sifat dan/atau fungsi-fungsi pokok lemari, yaitu sesuatu bagan/gambar rancangan tentang lemari. Gambaran ingatan (imajinasi) ini disebut gambaran ingatan (imajinasi) umum. Dengan demikian maka jelaslah bahwa di dalam gudang simpanan jiwa kita, kita mempunyai gambaran ingatan (imajinasi) individual dan gambaran ingatan (imajinasi) umum yang banyak sekali.

Fantasi (tenaga penghayal)
      Ilustrasi: Ketika di perantauan, saja menerima surat dari ayah di kampung yang memberitahukan keadaan rumah kami. Seketika itu juga ter-reproduksi-lah gambaran ingatan (imajinasi) tentang rumah kami di kampung, yang telah beberapa tahun saya tinggalkan. Selanjutnya, dalam surat itu ayah menjelaskan bahwa rumah kami telah direnovasi. Bagian kiri dan kanan rumah telah ditambahkan sebuah kamar, tiap-tiap kamar di bagian muka, diberi sebuah pintu dan dua buah jendela di kiri-kanan pintu. Pintu dan jendela itu dicat  berwarna hijau dan kuning. Demikianlah seterusnya…

      Ketika saya membaca bagian-bagian surat itu, jiwa saya membentuk gambaran-gambaran baru dengan menggunakan gambaran-gambaran ingatan (imajinasi) yang telah ada. Sehingga saya dapat mengerti isi surat tersebut. Keaktifan jiwa untuk membentuk gambaran-gambaran baru dengan menggunakan gambaran ingatan (imajinasi) yang telah ada itu disebut mem-fantasi atau mengkhayal. Gambaran yang kita peroleh dengan tindakan itu menimbulkan gambaran ingatan baru atau imajinasi baru yang disebut gambaran ingatan fantasi atau gambaran ingatan pengkhayalan yang kita simpan juga di dalam gudang simpanan jiwa kita.

Berkenaan dengan surat dari ayah yang saya baca itu, apabila setelah itu saya mendengar atau membicarakan tentang rumah kami di kampung, maka yang ter-reproduksi adalah gambaran ingatan fantasi itu, yang sedikit atau banyak berbeda dengan kenyataannya. Gambaran ingatan fantasi atau gambaran ingatan pengkhayalan ini akan hilang apabila saya kemudian telah melihat atau menyaksikan sendiri akan bentuk dan corak rumah kami di kampung yang telah direnovasi itu.

            Fantasi atau tenaga pengkhayal dapat dibagi menjadi dua golongan besar  yaitu:(1)Fantasi mengubah. Kegiatan jiwa berhubungan ilustrasi surat di atas adalah contoh tentang fantasi mengubah. (2) Fantasi menggabung. Kita mendengarkan pembicaraan tentang geografi, sejarah, ceritera rakyat dsb. Dalam hal ini, fantasi yang aktif dan giat sekalipun agak menyerupai fantasi mengubah, tetapi hasilnya dapat dikatakan berlawanan, yakni mempersatukan beberapa bagian menjadi sesuatu kesatuan yang besar. Jadi, tidak mengubah tetapi menambahkan, menggabung-gabungkan.

            Selanjutnya fantasi juga bisa dibagi menjadi: (1) Fantasi tak tersadar, misalnya jika dengan tak tersengaja kita memberikan keterangan tentang kejadian yang tidak benar. (2) Fantasi tersadar, yang dapat dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu: (a) fantasi tersadar aktif, misalnya apabila kita menggambar/melukis, mengarang dsb.  (b) fantasi tersadar pasif, misalnya kalau kita mendengarkan pidato, ceramah, siaran radio,  siaran televisi dsb.

            Berdasarkan keseluruhan uraian di atas kita dapat melihat keterkaitan yang erat dan dinamis antara imajinasi (gambaran ingatan) dan fantasi (tenaga pengkhayal). Imajinasi dan fantasi adalah pemberian Tuhan yang sangat penting bagi manusia. Hampir dalam segala lapangan hidup manusia memerlukan imajinasi dan fantasi. Perhatikanlah beberapa pandangan yang menyaksikan tentang manfaat serta keterkaitan yang erat dan dinamis antara imajinasi dan fantasi berikut ini:

Menurut Harvey Cox, Feast of fools, A Theological Essay on Festivity and Fantasy.The Harvard University Press 1969,
“Fantasi adalah imajinasi yang dikembangkan dan diteruskan mengatasi
struktur kenyataan sehari-hari. Agar dinamis dan kreatif, fantasi itu harus selalu berpangkal pada kenyataan dan pulang ke kenyataan.
Imajinasi dan fantasi, keduanya adalah sumber kreativitas yang menyerupai gambar Allah dalam manusia. Melalui fantasi, manusia membuat sesuatu  ex nihilo.

Mary Harrington, Psychology today. Vol 1. No 1, April 1968,
 mengutip Bradbury yang mengatakan bahwa
“bakat berfantasi merupakan bakat untuk hidup. Penemuan-penemuan baru
sering diakibatkan karena fantasi, inspirasi, atau ilham.”

 J. R. R.Tolkien, Tree and leaf. London 1964, menegaskan bahwa
“Fantasi tidak merusak akalbudi dan tidak mengeruhkan ketajaman pengamatan ilmiah.
Makin baik fantasi seseorang, makin terang dan hidup kegiatan inteleknya.
Dan semakin terang dan hidup kegiatan intelek seseorang, makin baik pula fantasinya.”

Roger Fretigny dan Andre Viler, L’imagerie Mentale. Geneva 1968, mengemukakan:
“Fantasi memainkan peranan sentral dan menentukan dalam perkembangan
psikis manusia. Ada empat macam kesadaran manusia yaitu kesadaran imajinatif,
kesadaran refleksif, kesadaran aktif, dan kesadaran kontemplatif
dan fantasi adalah contoh pertama dari kesadaran imajinatif.
Tanpa fantasi maka daya pemikiran kita yang kerja secara diskursif
(melompat-lompat) akan menjadi pincang dan terkurung dalam sebuah sistem yang tertutup dan beku.
Tapi dengan fantasi, hidup manusia yang utuh akan bergerak menurut suatu ritme tertentu antara kenyataan dan harapan, atau antara kenyataan dan cita-cita.”


Prof.Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U., dalam bukunya,
Sastra dan Cultural Studies, Yogyakarta 2005, mengatakan: “Khayalan
(= fantasi) dan imajinasi merupakan salah satu energi yang dapat memicu semangat manusia untuk memperoleh kemajuan. Imajinasi dan khayalan membuat orang tidak pernah merasa puas sebab dunia imajinasi dan khayalan tidak terbatas.
Oleh karena itulah, khayalan dan imajinasi dianggap sebagai prototipe pengetahuan
dan ilmu pengetahuan.
 Dapat diduga bahwa Archimedes (287 – 212 SM)
sebelum menemukan dalil-dalilnya
terlebih dahulu berkhayal mengenai volume air yang akan tumpah apabila ia mencemplungkan dirinya di bak kamar mandi.
Columbus (1451 – 1506) sebelum menemukan Amerika berkhayal bahwa dunia ini bulat dan masih banyak dunia baru yang belum ditemukan, oleh karena itulah,
ia melakukan penjelajahan.

Berkat khayalan dan imajinasi juga terjadi ketidakpuasan sekaligus penolakan teori terdahulu oleh teori berikutnya. Konon, teori relativitas Einstein (1879 – 1955)
Didasarkan atas penolakannya terhadap teori Newton dan teori-teori lain
yang mendahuluinya.

Penemuan-penemuan monumental Archimedes, Copernicus, Darwin, Galileo Galilei, Edison, Einstein, dan sebagainya, dienergisasikan oleh imajinasi.

Pendaratan astronot di bulan didahului dengan imajinasi bahwa pada suatu saat manusia mungkin akan mendarat di bulan. Sejumlah karya membuktikan kebenaran khayalan ini, sebagaimana diisyaratkan melalui karangan Jules Verne, seperti:

Perjalanan ke Pusat Bumi (Voyage to the Centre of the Earth),
Mengelilingi Bumi dalam 80 Hari (Around the World in 80 Days),
dan 100.000 Km di Bawah Laut (20.000 Leagues Under the Sea), serta karangan
H. G. Wells yang berjudul Mesin Waktu (The Time Machine).
Epos Mahabharata dan Ramayana yang ditulis 500 tahun SM, secara imajinatif telah mengembangkan prototipe radar melalui kemampuan telepati
(betel tinggal), bom melalui senjata yang disebut pasopati.

Imajinasi adalah khayalan,
Tapi bukan khayalan kosong.
Khayalan dan imajinasi didasarkan atas kenyataan,
sebagai interpretasi kenyataan yang sesungguhnya.”

***


Berdasarkan pandangan-pandangan tentang imajinasi dan fantasi yang dikemukakan di atas inilah, maka dalam buku ini saya terdorong untuk mengabadikan  empat artikel yang bercorak polemik tentang imajinasi dan fantasi yang parnah saya tujukan kepada Maria Matildis Banda, Silvester Ule, Isidorus Lilijawa, dan Marsel Robot pada tahun 2008 melalui media cetak  Pos Kupang – Suara Nusa TenggaraTimur.  Sangat disayangkan bahwa pada waktu itu redaktur Pos Kupang tidak berlaku adil di dalam menyediakan ruang berpolemik bagi saya. Tanggapan saya terhadap Silvester Ule dan Isidorus Lilijawa sama sekali tidak dimuat di media Pos Kupang, dan saya juga tidak diberi kesempatan untuk menanggapi Marsel Robot, padahal Marsel Robot diberi peluang dua kali untuk menanggapi opini saya. Ada fungsi kepentingan tertentu pada pihak redaktur media Pos Kupang untuk membendung ‘hak jawab’ saya pada waktu itu. Namun saya adalah penulis yang tidak rela dikungkung di dalam mengemukakan opini demi pencerdasan serta kebenaran deskriptif seputar imajinasi dan fantasi yang dipolemikkan.

Dengan demikian melalui buku ini para pembaca yang pernah memberi aplaus kepada Silvester Ule, Isidorus Lilijawa, yang tanggapan-tanggapan mereka termuat di media Pos Kupang edisi Sabtu, 19 Januari 2008 dan edisi Kamis, 31 Januari 2008 dapat memaklumi  tanggapan balik saya, yang dibendung oleh redaktur media Pos Kupang pada waktu itu. Sedangkan tanggapan (tahap kedua) Marsel Robot yang termuat di media Pos Kupang edisi 21 April 2008 tidak saya tanggapi, karena opini saya yang termuat di media Pos Kupang edisi 14 Maret 2008 sebagai tanggapan atas opini Marsel Robot yang termuat di media Pos Kupang edisi Selasa, 26 Februari 2008, menurut hemat saya sudah cukup bernas untuk menggugah Marsel Robot guna melakukan ‘hadap diri’.

Berkenaan dengan tanggapan saya berjudul “Marginalia atas opini Maria Matildis Banda: Seputar ‘imajinasi, fantasi, dan khayalan’” yang termuat di media Pos Kupang edisi Rabu, 16 Januari 2008, dalam buku ini saya ganti dengan judul “Marginalia atas: 15 tahun Pos Kupang Suara Nusa Tenggara Timur” yang—sebelum terjadi polemik—telah  saya serahkan ke editor buku 15 tahun Pos Kupang Suara Nusa TenggaraTimur.  Dengan adanya perubahan judul ini maka terdapat pula beberapa perubahan sebagai berikut: catatan pendahuluan pada opini yang termuat di media Pos Kupang (16-1-2008) ditiadakan dan diganti dengan catatan pengantar; lalu dilanjutkan dengan marginalia pertama; marginalia kedua; marginalia ketiga; marginalia keempat; marginalia kelima; dan marginalia keenam yang berisi tanggapan terhadap opini Maria Matildis Banda, sebagaimana termuat di media Pos Kupang edisi Rabu, 16 Januari 2008, di bawah subjudul “Imajinasi, fantasi, dan khayalan”.

Dengan diterbitkannya tanggapan-tanggapan ini secara utuh, saya telah menegakkan hak dan kewajiban saya—di dalam mengemukakan opini secara proporsional—yang pernah dizalimi  pada tahun 2008.




***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar