Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Senin, 22 Agustus 2011

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (3)


Kemitraan laki-laki dan perempuan dalam karya

Dalam kitab Perjanjian Lama kita dapat menemukan beberapa petunjuk mengenai kemitraan laki-laki dan perempuan dalam karya. Saat membaca kitab 2 Samuel 17:15-21 misalnya, kita cenderung menganggap biasa-biasa saja terhadap peranan yang dimainkan oleh tokoh budak perempuan yang dikisahkan dalam ayat 17, serta peranan yang dimainkan oleh tokoh perempuan di Bahurim yang dikisahkan dalam ayat 19-20. Sesungguhnya tokoh budak perempuan dan tokoh perempuan di Bahurim itu telah memainkan peranan selaku mitra laki-laki Yonatan dan Ahimas yang melaksanakan tugas sebagaimana dikisahkan dalam teks tersebut.

Peranan Rahab yang dikisahkan dalam kitab Yosua pasal dua juga sering tidak kita sadari sebagai peranan kemitraan perempuan (Rahab) dan laki-laki (dua orang pengintai), yang ditugaskan oleh Yosua bin Nun untuk melaksanakan tugas pengintaian. Demikian pula dengan peranan perempuan janda di Sarfat terhadap Elia (1 Raja-Raja 17:7-24). Sesungguhnya perempuan janda di Sarfat itu telah berperan selaku mitra Elia yang mengemban perintah Allah. Bahkan Allah sendiri yang mempersiapkan perempuan janda itu untuk menjadi mitra Elia (perhatikan ayat 9).

Ester dan Mordekhai sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ester merupakan petunjuk bagi kita mengenai kemitraan perempuan dan laki-laki dalam karya, dan juga kemitraan dalam kepemimpinan (yang Allah pakai) dalam rangka meluputkan bangsa Yahudi dari ancaman kemusnahan yang direncanakan oleh Haman. Noaja yang disebut dalam kitab Nehemia 6:14 adalah seorang nabiah. Hulda yang disebut dalam 2 Raja-Raja 22:14 adalah seorang nabiah. Statusnya ‘lebih terpandang’ jika dibandingkan dengan suaminya yang bernama Salum bin Tikwa bin Harhas (dalam 2 Tawarikh 34:22 namanya disebut Salum bin Tokhat bin Harsa), seorang yang pekerjaannya mengurus (penunggu) pakaian-pakaian.

Miryam, saudara perempuan Harun, adalah seorang nabiah juga, di samping mungkin ia seorang pemimpin biduan. Dikisahkan bahwa ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka Tuhan membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut. Lalu Miryam mengambil rebana di tangannya dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menarilah Miryam memimpin mereka (Keluaran 15:19-21).

Kita lihat lagi pada Deborah (isteri Lapidot) yang disebut dalam kitab Hakim-Hakim pasal empat. Ia adalah seorang nabiah yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Sama halnya dengan Hulda, dalam masalah-masalah tertentu orang Israel menghadap Deborah untuk berhakim kepadanya. Deborah tercatat sebagai nabiah yang memiliki karisma yang tinggi.  Ini merupakan petunjuk bahwa perempuan pun bisa menduduki posisi yang tinggi atau terpandang dalam masyarakat, dan bukan hanya sekadar sebagai isteri pendamping suami atau ibu rumah tangga yang hanya mengurusi anak-anak yang dilahirkan.

Dari tokoh nabiah Hulda, Miryam dan Deborah yang telah disebutkan di atas, kita bisa melihat contoh khas dari kepemimpinan seorang perempuan, bahkan kemitraan perempuan dan laki-laki dalam kepemimpinan dan karya.

Satu lagi tokoh perempuan yang perlu disebutkan yakni Yael (isteri Heber) yang membunuh Sisera. Ini pun merupakan petunjuk bahwa perempuan dapat melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki di medan perang. Apabila kita menilik ucapan Deborah kepada Barak (Hakim-Hakim 4:9), maka kita bisa simpulkan bahwa adalah rencana Tuhan sendiri agar Sisera tewas di tangan seorang perempuan yang bernama Yael. Dan keengganan atau keragu-raguan Barak untuk maju sendiri di medan perang adalah juga karena rencana/tindakan Tuhan.

Berkenaan dengan nabiah Deborah yang disebutkan di atas ini, menarik untuk disentil di sini salah satu catatan pinggir yang muncul dalam diskusi kelompok kaum perempuan yang dilangsungkan di gedung kebaktian jemaat Paulus Kupang pada tanggal 1 Februari 1993 yang lalu. Dalam diskusi tersebut ada peserta diskusi (laki-laki) yang mengatakan: “Tanpa Deborah, Barak pun bisa berperang”. Pernyataan ini sebenarnya lebih mencerminkan ‘ego maskulinis’ yang cenderung meremehkan potensi perempuan. Selain itu, pernyataan ini pun sebenarnya tidak sesuai dengan kesaksian teks kitab Hakim-Hakim 4 (perhatikan ayat 6-10).

Demikianlah beberapa petunjuk mengenai kemitraan laki-laki dan perempuan dalam kepemimpinan dan karya dalam kitab Perjanjian Lama. Dari beberapa petunjuk tersebut kita dapat melihat bahwa Allah dengan cara-Nya sendiri bertindak pada momen-momen tertentu untuk mengharmoniskan kemitraan laki-laki dan perempuan. Bahkan Allah sendiri berkenan mengukuhkan status perempuan dalam karya dan kepemimpinan yang setara dengan laki-laki.

Kemitraan laki-laki dan perempuan dalam karya penyelamatan

Berkenaan dengan kemitraan laki-laki dan perempuan dalam karya penyelamatan, ada dua kisah yang akan saya bicarakan di sini. Pertama, kisah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Lukas 1:5-25). Kedua, kisah kelahiran Yesus Kristus (Matius 1:18-25). Dalam kisah pertama, kita melihat tindakan Allah yang memulihkan sekaligus mengangkat martabat Elisabeth (isteri Zakharia yang mandul dan telah lanjut umur). Dalam tradisi/adat perkawinan bangsa Yahudi, kemandulan pada umumnya menimbulkan kecemasan dan beban batin bagi perempuan yang telah bersuami. Sang perempuan (sebagai isteri) merasa dirinya aib karena tidak memberikan keturunan kepada suaminya (Lukas 1:25).

Zakharia dan Elisabeth adalah pasangan suami isteri (mitra sepadan) yang benar di hadapan Allah, dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat (ayat 6). Dalam kemitraan suami isteri yang tidak bercacat inilah, Allah mengabulkan doa Zakharia yang merindukan anak (ayat 13), dan Allah memulihkan serta mengangkat martabat Elisabeth yang berpuluh tahun dicekam rasa aib yang diakibatkan oleh pengaruh tradisi/adat perkawinan bangsaYahudi. Elisabeth hamil, dan dengan penuh sukacita ia berkata: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapus aibku di depan orang” (ayat 25).

Dalam kisah kedua, kita melihat tindakan Allah yang melindungi serta mengangkat martabat Maria (perempuan muda yang  bertunangan dengan Yusuf). Yusuf bermaksud menjauhkan diri (memutuskan pertunangan) ketika mengetahui bahwa Maria telah hamil sebelum keduanya hidup sebagai suami isteri. Tradisi/adat dan hukum Yahudi menilai kehamilan seorang perempuan di luar ikatan perkawinan merupakan sesuatu yang tercela dan berat hukumannya.

Tetapi niat Yusuf (yang tercatat sebagai seorang laki-laki yang tulus hati itu) dibatalkan oleh Allah (Matius 1:20-23). Yusuf menerima pembatalan Allah atas niatnya untuk memutuskan pertunangan dengan Maria. Dengan demikian, keduanya dikukuhkan menjadi mitra sepadan bagi karya penyelamatan Allah di dalam Yesus yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Maria (ayat 16,25).

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut: Lewat kemitraan Zakharia dan Elisabeth, Allah mengutus seorang kurir, yaitu Yohanes Pembaptis yang dikandung dan dilahirkan oleh Elisabeth, untuk menyerukan pertobatan dan menyaksikan tentang kedatangan Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dan lewat kemitraan Yusuf dan Maria, Allah mewujudnyatakan kasih-Nya yang menyelamatkan dunia dan manusia, dengan perantaraan Yesus yang dikandung dan dilahirkan oleh Maria.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar