Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Jumat, 16 Maret 2018

Dinamika Vibrasi Politik Tahun 2018 -- 2019



 (Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)

Catatan pendahuluan
Berkenaan dengan judul tulisan ini, “Dinamika Vibrasi Politik Tahun  2018 – 2019”, saya ingin mengutip kembali pokok-pokok penting yang telah saya kemukakan di blog ini dalam tulisan tertanggal: Kamis, 01 September 2016.

Pertama, Vibrasi kepeloporan Presiden Joko Widodo dan vibrasi kepeloporan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kurun waktu 2016 sampai tahun 2019 tetap seirama demi kepentingan rakyat, bangsa dan negara.

Kedua, Vibrasi kepeloporan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala dalam kurun waktu 2016 – 2018, skor vibrasinya = 80/90 dengan simbol vibrasi [↗] yang menunjukkan kecenderungan positif; dan dalam tahun 2019—khusus untuk vibrasi kepeloporan Presiden Joko Widodo—skor  vibrasi kepeloporannya = 90/100 dengan simbol vibrasi [↗].

Ketiga, Dinamika vibrasi Kabinet Kerja II di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kurun waktu 2016 – 2019 skor vibrasinya = 70/80  dengan simbol vibrasi [] yang menunjukkan kecenderungan positif. Namun pada tahun 2018 muncul vibrasi “reshuffle”. Presiden Joko Widodo bisa memanfatkan vibrasi “reshuffle” kabinet yang muncul pada tahun 2018 untuk memasuki perkembangan tahun 2019.

Keempat, Dinamika vibrasi keamanan nasional dalam kurun waktu 2016 – 2019 = [] yaitu menunjukkan kecenderungan positif dengan catatan: gerakan/aksi teroris di tempat-tempat tertentu patut diwaspadai dan ditanggapi secara tepat.

Kelima, Dinamika vibrasi kepartaian di Indonesia dalam kurun waktu 2016 – 2019  cenderung positif, kecuali menjelang/memasuki tahun 2019 akan muncul vibrasi yang  dinamikanya tinggi,  yang saya tandai dengan simbol vibrasi  [ ҉ ], sehingga dapat menimbulkan vibrasi “atau aku – atau kamu” yang saya tandai dengan simbol vibrasi [ ↔ ].

Keenam, Vibrasi keberhasilan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin bangsa selama kurun waktu 1014 – 2019 memuaskan dengan skor vibrasi 70/80 dengan simbol vibrasi [ ].

Demikianlah enam catatan yang telah saya kemukakan pada Kamis, 01 September 2016 melalui blog ini. Namun telah terhapus lantaran suatu kesalahan teknis yang terjadi pada tanggal 28 Januari 2018 malam. Itulah catatan berdasarkan teori vibrasi yang saya kembangkan untuk mendeteksi vibrasi (getaran-getaran) yang tersirat di dalam berbagai bidang: kepeloporan, politik, ekonomi, keamanan dan lain-lain.

Selanjutnya, dalam tulisan di blog ini, Jumat, 01 September 2017 (juga telah terhapus), saya ingin mencatat kembali beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, Skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 90/100. Dengan demikian, saya tetap merekomendasikan Joko Widodo sebagai Presiden RI masa bakti 2019 – 2024.

Kedua, Skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024  adalah 30/40, dengan petunjuk vibrasi kepeloporan yang bergerak melawan arah jarum jam. Vibrasi kepeloporan seperti ini memberi petunjuk bahwa ada  regresi pada vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024. Dengan demikian, apabila Prabowo Subianto maju untuk bersaing dengan Joko Widodo pada Pemilihan Presiden RI tahun 2019, maka Joko Widodo tetap menang (kecuali ada faktor “Triple-X” yang meredam vibrasi kepeloporan Joko Widodo).

Ketiga, Vibrasi kepeloporan Tito Karnavian dan Gatot Nurmantyo memiliki skor vibrasi yang sama, yaitu 70, dengan petunjuk vibrasi kepeloporan yang bergerak searah dengan gerakan jarum jam. Untuk maju sebagai calon Presiden RI pada Pemilihan Presiden tahun 2019, vibrasi kepeloporan Tito Karnavian maupun vibrasi kepeloporan Gatot Nurmantyo berada dalam keadaan stagnasi (tidak bergerak). Ibarat jam dinding atau jam tangan yang jarum detiknya tersendat.  Tetapi vibrasi kepeloporan kedua tokoh bangsa ini baik dan positif demi kepentingan bangsa dan negara. Kedua tokoh ini dapat menjadi Wakil Presiden, mendampingi Presiden Joko Widodo untuk masa jabatan 2019 – 2024.  Dengan demikian, Joko Widodo bebas memilih: berpasangan dengan Tito Karnavian, ya; berpasangan dengan Gatot Nurmantyo, ya.  Apabila Joko Widodo  berpasangan dengan Tito Karnavian, skor vibrasi kepeloporan pasangan ini, 90. Dan apabila Joko Widodo berpasangan dengan Gatot Nurmantyo, maka skor vibrasi kepeloporan pasangan ini juga 90.  

Namun demikian, dalam tulisan kali ini saya perlu memberikan penjelasan tambahan bahwa terdapat perbedaan dinamika vibrasi (tenaga yang menggerakkan vibrasi; atau semangat yang tersirat dalam vibrasi) kepeloporan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Dinamika vibrasi kepeloporan pasangan Joko Widodo dengan Tito Karnavian ketika bergerak ke skor 90 mulai condong pada skor 70. Sedangkan dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo dengan Gatot Nurmantyo ketika bergerak ke skor 90 tetap konsisten sampai skor 80 baru condong ke skor 90. Ikhtisarnya begini: Dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo + Tito Karnavian = 70 90. Dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo + Gatot Nurmantyo = 80 90. Dinamika vibrasi kepeloporan seperti ini memberi petunjuk bahwa “dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo + Gatot Nurmantyo (80 90) lebih inheren dari pada dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo + Tito Karnavian (70 90).

Keempat, Tokoh politik bernama Zulkifli Hasan yang kini sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia memiliki vibrasi kepeloporan yang memadai juga untuk mengisi posisi calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024. Skor vibrasi kepeloporannya 70, sama dengan skor vibrasi kepeloporan Tito Karnavian dan Gatot Nurmantyo. Apabila Joko Widodo sebagai calon Presiden berpasangan dengan Zulkifli Hasan sebagai calon Wakil Presiden, maka skor vibrasi kepeloporan pasangan ini sebesar = 74 90.  Berdasarkan skor vibrasi kepeloporan seperti ini maka Zulkifli Hasan memiliki skor vibrasi inheren empat poin lebih tinggi dari pada skor vibrasi inheren Tito Karnavian; sementara Gatot Nurmantyo  memiliki skor vibrasi inheren enam poin lebih tinggi dari pada skor vibrasi inheren Zulkifli Hasan. Akan tetapi dinamika vibrasi Joko Widodo jika berpasangan dengan Zulkifli Hasan pada momen terakhir bergerak melawan arah jarum jam, sebagai petunjuk adanya ketidakserasian.

Kelima, Menurut hasil survey salah satu lembaga survey, Budi Gunawan (Kepala BIN) cocok menjadi calon Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo sebagai calon Presiden pada pemilihan presiden tahun 2019. Akan tetapi berdasarkan teori vibrasi kepeloporan yang saya kembangkan, vibrasi kepeloporan Budi Gunawan untuk posisi calon Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 hanya memiliki skor 40/50. Skor vibrasi kepeloporan seperti ini niscaya mereduksi skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo.

Keenam, Muhaimin Iskandar pernah disebut-sebut akan diajukan sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2019. Namun teori vibrasi yang saya kembangkan memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Muhaimin Iskandar dalam hubungannya dengan posisi Wakil Presiden hanya memiliki skor 30/40, dan dinamika vibrasinya bergerak berlawanan dengan arah jarum jam. Dinamika vibrasi seperti ini memberi petunjuk bahwa vibrasi kepeloporan Muhaimin Iskandar tidak sesuai untuk menenempati posisi calon Wakil Presiden. Akan tetapi vibrasi kepeloporan Muhaimin Iskandar memiliki skor 90/100 untuk jabatan menteri dan/atau menteri koordinator dalam kabinet Presiden Joko Widodo  masa bakti 2019 – 2024.

Ketujuh, Vibrasi kepeloporan Sri Mulyani sebagai calon Wakil Presiden untuk mendampingi Joko Widodo sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 80/90. Dan dinamika vibrasinya bergerak searah dengan jarum jam. Dengan demikian, Joko Widodo bisa mempertimbangkan Sri Mulyani sebagai calon wakilnya.

Kedelapan, Vibrasi kepeloporan Jusuf Kalla telah mengalami regresi untuk maju sebagai calon Presiden maupun calon Wakil Presiden RI pada Pemilihan Presiden tahun 2019. Sangat bermartabat, jika pada tahun 2019 Jusuf Kalla menemukan pintu keluarnya dari pentas politik kepemimpinan nasional, tanpa mengalami cedera politik, sehingga Jusuf Kalla dapat memainkan peranannya sebagai “Bapak Bangsa” dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kesembilan, Vibrasi kepeloporan Agus Harimurti Yudhoyono, putra pertama dari mantan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, berkenaan dengan calon Presiden RI maupun calon Wakil Presiden RI masa bakti 2019 – 2024, stagnan. Setelah saya menganalisis profil dan biodata Agus Harimurti Yudhoyono, ternyata ia memiliki skor vibrasi kepeloporan, 80, yang sangat cocok untuk maju menjadi calon Presiden RI masa bakti 2024 – 2029. Selain itu, vibrasi kepeloporan Agus Harimurti Yudhoyono dalam periode 2019 – 2024, cocok untuk jabatan menteri kabinet bentukan presiden terpilih yang akan memimpin bangsa dan Negara Republik Indonesia lima tahun ke depan (2019 – 2024). Dengan demikian, Presiden terpilih pada Pemilihan Presiden tahun 2019, yakni Joko Widodo, hendaknya merangkul tokoh muda ini dalam kabinet yang dibentuk nanti.
Kesepuluh, Puan Maharani, putri Megawati Soekarnoputri (mantan Presiden RI ke-5), memiliki vibrasi kepeloporan yang sangat cocok untuk posisi calon Wakil Presiden RI masa bakti 2024 – 2029. Skor vibrasi kepeloporannya, 80, sama dengan vibrasi kepeloporan Agus Harimurti Yudhoyono, Namun dinamika vibrasi kepeloporan Agus Harimurti Yudhoyono sangat inheren jika dibandingkan dengan dinamika vibrasi kepeloporan Puan Maharani. Selain itu, vibrasi kepeloporan Puan Maharani sebagai politisi PDIP sangat cocok untuk menempati posisi Ketua DPR RI maupun Ketua MPR RI masa bakti 2024 – 2029.
Kesebelas, Vibrasi kepeloporan Agus Harimurti Yodhoyono untuk menjadi  calon Presiden RI masa bakti 2024 – 2029 apabila berpasangan dengan Puan Maharani sebagai calon Wakil Presiden RI, maka skor vibrasi kepeloporannya = 90/100.  Saya berharap, analisis teori vibrasi kepeloporan butir kesembilan dan kesepuluh ini dapat menjadi kenyataan dalam dinamika vibrasi eksistensi bangsa dan negara Republik Indonesia pada periode 2024 – 2029 dan/atau 2029 – 2034.
Keduabelas, Vibrasi kepeloporan Surya Paloh. Dalam buku saya berjudul, Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia (B You Publishing  Surabaya, 2010), pada halaman 36, alinea kedua, bersambung ke halaman 37, saya jelaskan sebagai berikut: “…, vibrasi eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tahun 2008/2009 menuju ke tahun 2028/2029 juga tidak dapat dikatakan mulus. Karena itu setiap elemen bangsa, teristimewa para elite bangsa, harus memiliki kearifan untuk mengatasi setiap vibrasi kerawanan yang muncul. Pembenahan dan pemantapan perlu dilakukan secara ikhlas. Dan yang sangat menentukan keberhasilan pembenahan dan pemantapan, yakni: ‘Bagaimana komitmen semua elemen bangsa terhadap vibrasi Kebangkitan Nasional dan vibrasi Sumpah Pemuda, yang mengutamakan kemajuan yang serasi untuk semua golongan dengan tidak membedakan keturunan, jenis kelamin, dan agama dalam bingkai satu tanah air, tanah air Indonesia; satu bangsa, bangsa Indonesia; satu bahasa, bahasa Indonesia,”  yang dapat disingkatkan dengan sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila, sesuai dengan kesepakatan para pendiri dan peletak dasar negara hasil proklamasi 17 Agustus 1945. Berdasarkan pertimbangan inilah maka ‘vibrasi menyatukan persepsi menggalang kekuatan guna menyangga keutuhan NKRI yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945’ yang dicanangkan oleh Surya Paloh di Medan pada tanggal 20 Juni 2007 dan diaksentuasi sekali lagi di Palembang pada tanggal 24 Juli 2007, adalah vibrasi yang positif bagi keajekan eksistensi NKRI dalam abad ke-21 yang penuh dengan berbagai tantangan”.
Demikianlah vibrasi politik yang terkait dengan kepeloporan Surya Paloh pada bulan Juni dan Juli  tahun 2007, empat tahun sebelum Partai Nasdem pimpinan Surya Paloh didirikan dan diresmikan pada tanggal 26 Juli 2011 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. Dan ternyata vibrasi politik yang terkait dengan kepeloporan Surya Paloh yang muncul pada tahun 2007 sebagaimana diwedarkan di atas ini inheren dan konsisten dalam wahana politik partai Nasdem di bawah vibrasi kepeloporan Surya Paloh, yang telah mendirikan Akademi Bela Negara dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 16 Juli 2017 di Jl. Pancoran Timur II,  No.2A, Jakarta Selatan. Berdasarkan realitas faktual dan/atau realitas objektif yang dikemukakan di atas ini, maka vibrasi kepeloporan politik Surya Paloh antara tahun 2018/2019 sampai tahun 2028/2029 tercatat sebesar 90/100. Karena itu, seyogianya Surya Paloh menjadi calon Wakil Presiden yang ideal untuk mendampingi Yoko Widodo sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024.
Selanjutnya, dalam tulisan ini saya ingin mengemukakan hasil analisis berdasarkan teori vibrasi kepeloporan berkenaan dengan kepeloporan calon Gubernur Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pertama, Vibrasi kepeloporan calon Gubernur Jawa Barat masa bakti 2018 - 2023. Saya hanya melakukan analisis terhadap vibrasi kepeloporan calon Gubernur: (1) Skor vibrasi kepeloporan Ridwan Kamil = 80. (2) Skor vibrasi kepeloporan Deddy Mizwar = 40/50. (3) Skor vibrasi kepeloporan Dede Yusuf = 40.  (4) Skor vibrasi kepeloporan Abdullah Gymnastiar = 30/40. (5) Skor vibrasi kepeloporan Dedi Mulyadi = 20. Dengan demikian, berdasarkan skor vibrasi kepeloporan, Ridwan Kamil adalah tokoh yang cocok untuk menjadi Gubernur Jawa Barat masa bakti 2018 – 2023.

Kedua, Vibrasi kepeloporan calon Gubernur Jawa Timur masa bakti 2018 – 2023. Saya hanya melakukan analisis terhadap vibrasi kepeloporan dua calon Gubernur, yaitu: (1) Skor vibrasi kepeloporan Saifullah Yusuf =  50/60. (2) Skor vibrasi kepeloporan Khofifah Indar Parawansa = 70/80. Dengan demikian, berdasarkan skor vibrasi kepeloporan, Khofifah Indar Parawansa adalah tokoh yang cocok untuk menjadi Gubernur Jawa Timur masa bakti 2018 – 2023.

Ketiga, Vibrasi kepeloporan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: (1) Vibrasi kepeloporan Esthon L. Foenay dan Christian Rotok = 55/60; (2) Vibrasi kepeloporan Marianus Sae dan Emi Nomleni = 10; (3) Vibrasi kepeloporan Benny K. Harman dan Benny A. Litelnoni = 40/50; (4) Vibrasi kepeloporan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nai Soi = 80/90. Dengan demikian, apabila tidak ada faktor “Triple-X”  yang meredam vibrasi kepeloporan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nai Soi, maka pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi NTT nomor urut (4) inilah yang akan tampil sebagai pemenang!

Pada akhirnya, sudah tentu setiap orang mengharapkan agar pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara serempak di Indonesia dapat berlangsung aman dan terkendali. Skor vibrasi aman dan terkendali = 80. Dan skor vibrasi tidak aman dan ricuh = minus 10. Sementara aksi teror dan/atau terorisme tetap harus dipantau, diawasi, diwaspadai, dan ditindak tegas.  ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar