Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Sabtu, 03 Maret 2018

Vibrasi Tahun Kelahiran Dan Tahun Kematian




Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti


Catatan pendahuluan
Lahir dan mati merupakan dua faset dalam kehidupan. Pengkhotbah 3:2 berbunyi: “Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati”. Ayat ini memberi petunjuk bahwa vibrasi waktu untuk lahir bersangkut paut dengan vibrasi waktu untuk mati. Berkenaan dengan vibrasi waktu untuk lahir, penulis kitab Mazmur menyatakan keinsafannya yang terdalam akan kemahakuasaan TUHAN sehubungan dengan jalan hidupnya sebagai manusia sejak ia terbentuk dalam kandungan ibunya, sebagaimana terbaca dalam Mazmur 139:13-15: “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku, …mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya”. Dengan demikian, selagi masih bakal anak di dalam kandungan ibu, vibrasi untuk mati telah tertulis juga dalam kitab TUHAN sebagai hari-hari yang akan dibentuk dalam jalan hidup dan yang akan dialami setiap manusia. Ya, jalan kehidupan dan jalan kematian setiap manusia telah tertenun bersamanya dalam kandungan ibunya.

Pada momen yang lain, ketika merenungkan jalan hidup dibayang-bayangi berbagai kemelut dan tantangan yang merisaukan, pemazmur menyadari akan kefanaan hidupnya, sehingga ia memohon kepada TUHAN yang diimaninya: “Ya, TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!” (Mazmur 39:5).  Pemazmur ingin mengetahui ajal  (batas hidup yang telah ditentukan Tuhan), atau saat matinya. Selanjutnya, dalam ayat 6 pemazmur melukiskan kefanaan hidup manusia, terutama hidup pemazmur sendiri: “Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku.” Ya, pemazmur menyatakan kepastian keyakinannya, bahwa TUHAN  menentukan umurnya hanya beberapa telempap saja. Umur (lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan, sampai mati) dilukiskan sebagai “hanya beberapa telempap saja”. Telempap  [tempap] artinya  telapak tangan [lebar telapak tangan].

Dalam Mazmur 102:12, pemazmur berkata: “Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang,…” Dan setiap manusia akan layu seperti rumput (fana, tidak kekal, dapat mati). “Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati?” (Mazmur 89:49). Pada momen lain pemazmur berkata, manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat (Mazmur 144:4); serta menginsafi bahwa “Aku [pemazmur sebagai manusia] menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang” (Mazmur 109:23). Sementara penulis kitab Tawarikh berkata: “sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan (1 Tawarikh 29:15). Dengan demikian, setiap manusia hanyalah bayangan yang berlalu (Mazmur 39:7); atau seperti kata penulis kitab Ayub, … hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi (Ayub 8:9).

Sungguh, “manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan” (Ayub 14:1-2). Namun, berkenaan dengan ayat ini penulis kitab Mazmur masih memberikan  harapan bahwa masa hidup manusia tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun (Mazmur 90:10). Ayat ini boleh disifatkan sebagai “usia harapan hidup” manusia. Ya, usia harapan hidup manusia tujuh puluh tahun”, dan jika kuat, jika kondisi kesehatan baik, “delapan puluh tahun”; bahkan dalam keadaan tertentu yang bersifat sangat istimewa, lantaran perkenanan TUHAN sebagaimana diilhamkan kepada Yesaya, orang bisa mencapai umur seratus tahun atau lebih dari seratus tahun (Yesaya 65:20). Meskipun demikian, manusia tetap fana adanya. Dan penghayatan serta keinsafan terhadap kefanaan manusia seperti inilah yang mendorong penulis kitab Mazmur berkata: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Ini berarti, hari-hari kehidupan harus dijalani dengan bijaksana, dengan penuh kearifan, sebab sekalipun manusia bisa mencapai panjang umur, manusia tetap fana adanya.

Berdasarkan beberapa catatan kontemplatif atas ayat-ayat Alkitab di atas, dalam tulisan ini saya ingin membahas tentang tahun kelahiran dan tahun kematian menurut teori vibrasi yang saya kembangkan. Itulah sebabnya tulisan ini saya beri judul, “Vibrasi Tahun Kelahiran dan Tahun Kematian”. Teori vibrasi telah saya terapkan dalam penelitian tentang  “Keruntuhan Uni Soviet”, penelitian tentang “sejarah pergerakan kemerdekaan dan eksistensi bangsa Indonesia”, dan penelitian tentang  “kepeloporan tokoh-tokoh pemimpin bangsa Indonesia yang tampil di pentas politik nasional”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini saya rumuskan dalam bentuk interogasi: “Apakah vibrasi tahun kelahiran bersangkut paut dengan tahun kematian dan dapatkah sangkut paut antara vibrasi tahun kelahiran dan tahun kematian itu dideskripsikan sehingga setiap orang memperoleh hati yang bijaksana di dalam menjalani kehidupannya?”

Penelitian pertama
Dalam rangka mencari dan merumuskan jawaban terhadap tujuan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas inilah,  saya mulai menginventarisasi tahun kelahiran dan kematian orang-orang yang saya kenal, serta mengkliping berita-berita kematian yang dimuat di surat kabar Pos Kupang, Timor Express, dan Victory News edisi tahun 2014 – 2016 yang terbit di Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari catatan-catatan dan kliping berita kematian dari tiga surat kabar itu saya menghimpun 219 berita kematian, di mana dalam berita kematian itu dicantumkan  tahun kelahiran dan tahun kematian dari orang yang telah meninggal itu. Dua ratus sembilan belas berita kematian itu saya jadikan sebagai populasi sekaligus sampel penelitian.

Guna menemukan dan/atau mengetahui keterkaitan erat antara vibrasi tahun kelahiran dan tahun kematian dari 219 orang yang telah meninggal itu, saya mempergunakan teori vibrasi temuan saya, yang telah saya terapkan dalam penelitian mengenai “Keruntuhan Uni Soviet” serta “Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan  Eksistensi Bangsa Indonesia” (perhatikan dan bacalah buku saya, Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia. Be You Publishing Surabaya 2010). Angka tahun kelahiran saya jadikan sebagai patokan untuk melakukan penelusuran sebagai upaya menemukan dan/atau mengetahui adanya keterkaitan erat antara vibrasi tahun kelahiran dan tahun kematian.

Untuk maksud itu, angka-angka tahun kelahiran seseorang yang telah meninggal itu saya jumlahkan sampai memperoleh hasil penjumlahan yang terdiri atas satu angka bilangan pokok saja misalnya: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 saya hisabkan sebagai bilangan pokok. Selanjutnya, angka tahun kelahiran dijumlahkan dengan salah satu bilangan pokok yang diperoleh dari hasil penjumlahan angka-angka tahun kelahiran, dan seterusnya sampai hasil akhirnya menunjukkan tahun kematian yang dialami oleh seseorang itu. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.

1. Oktovianus Jacob, lahir pada tahun 1910 dan meninggal pada tahun 1976. Angka tahun 1910 kita jumlahkan 1+9+1+0 = 11; kemudian kita jumlahkan 1+1 = 2. Setelah itu angka tahun 1910 kita jumlahkan dengan angka 2 dan seterusnya sebagai berikut: 1910+2 = 1912; 1912+2 = 1914; 1914+2 = 1916: 1916+2 = 1918; 1918+2 = 1920;   920+2 = 1922; 1922+2 = 1924; 1924+2 = 1926; 1926+2 = 1928; 1928+2 = 1930; 1930+2 = 1932; 1932+2 = 1934; 1934+2 = 1936; 1936+2 = 1938; 1938+2 = 1940; 1940+2 = 1942; 1942+2 = 1944; 1944+2 = 1946; 1946+2 = 1948; 1948+2 = 1950; 1950+2 = 1952; 1952+2 = 1954; 1954+2 = 1956; 1956+2 = 1958; 1958+2 = 1960; 1960+2 = 1964; 1964+2 = 1966; 1966+2 = 1968; 1968+2 = 1970; 1970+2 = 1972; 1972+2 = 1974; 1974+2 = 1976. Hasil perhitungan ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Oktovianus Jacob, 1910, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 1976 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 1976, yakni tahun kematiannya.

2. Filipus Nau, lahir pada tahun 1940 dan meninggal pada tahun 2010. Angka tahun 1940 kita jumlahkan 1+9+4+0 = 14; kemudian kita jumlahkan 1+4 = 5. Setelah itu angka tahun 1940  kita jumlahkan dengan angka 5 dan seterusnya sebagai berikut: 1940+5 = 1945; 1945+5 = 1950; 1950+5 = 1955; 1955+5 = 1960; 1960+5 =1965; 1965+5 = 1970; 1970+5 = 1975; 1975+5 = 1980; 1980+5 = 1985; 1985+5 = 1990; 1990+5 = 1995; 1995+5 = 2000; 2000+5 = 2005; 2005+5 = 2010. Hasil perhitungan di atas ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Filipus Nau, 1940, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2010 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2010, yakni tahun kematiannya.

3. Monika Sunur Goetha, lahir pada tahun 1928 dan meninggal pada tahun 2014. Angka tahun 1928 kita jumlahkan 1+9+2+8 = 20; kemudian kita jumlahkan  2+0 = 2. Setelah itu angka tahun 1928 kita jumlahkan dengan angka 2 dan seterusnya sebagai berikut: 1928+2 = 1930; 1930+2 = 1932; 1932+2 = 1934; 1934+2 = 1936; 1936+2 = 1938; 1938+2 = 1940; 1940+2 = 1942; 1942+2 = 1944; 1944+2 = 1946; 1946+2 = 1948; 1948+2 = 1950; 1950+2 = 1952; 1952+2 = 1954; 1954+2 = 1956; 1956+2 = 1958; 1958+2 = 1960; 1960+2 = 1962; 1962+2 = 1964: 1964+2 = 1966; 1966+2 1968; 1968+2 = 1970; 1970_2 = 1972; 1972+2 = 1974; 1974+2 = 1976; 1976+2 = 1978; 1978+2 = 1980; 1980+2 = 1982; 1982+2 = 1984; 1984+2 = 1986;1986+2 = 1988; 1988+2 = 1990; 1990+2 = 1992; 1992+2 = 1994; 1994+2 = 1996; 1996+2 = 1998; 1998+2 = 2000; 2000+2 = 2002; 2002+2 = 2004; 2004+2 = 2006; 2006+2 = 2008; 2008+2 = 2010; 2010+2 = 2012; 2012+2 = 2014.  Hasil perhitungan di atas ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Monika Sunur Goetha, 1928, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2014 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2014, yakni tahun kematiannya.

4. Agustina Meok-Pellu, lahir pada tahun 1930 dan meninggal pada tahun 2014. Angka tahun 1930 kita jumlahkan 1+9+3+0 = 13; kemudian kita jumlahkan 1+3 = 4. Setelah itu angka tahun 1930 kita jumlahkan dengan angka 4 dan seterusnya sebagai berikut: 1930+4 = 1934; 1934+4 = 1938; 1938+4 = 1942; 1942+4 = 1946; 1946+4 = 1950; 1950+4 = 1954; 1954+4 = 1958; 1958+4 = 1962; 1962+4 = 1966; 1966+4 = 1970; 1970+4 = 1974; 1974+4 = 1978; 1978+4 =1982; 1982+4 = 1986; 1986+4 = 1990; 1990+4 = 1994; 1994+4 = 1998; 1998+4 = 2002; 2002+4 = 2006; 2006+4 = 2010; 2010+4 = 2014.  Hasil perhitungan ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Agustina Meok-Pellu, 1930, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2014 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2014, yakni tahun kematiannya.

5. Yohanes Riwu Manoe, lahir pada tahun 1943 dan meninggal pada tahun 2015. Angka tahun 1943 kita jumlahkan 1+9+4+3 = 17; kemudian kita jumlahkan 1+7 = 8. Setelah itu angka tahun 1943 kita jumlahkan dengan angka 8 dan seterusnya sebagai berikut: 1943+8 = 1951; 1951+8 = 1959; 1959+8 = 1967; 1967+8 = 1975; 1975+8 = 1983; 1983+8 = 1991; 1991+8 = 1999; 1999+8 = 2007; 2007+8 = 2015. Hasil perhitungan ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Yohanes Riwu Manoe, 1943, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2015 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2015, yakni tahun kematiannya.

6. Jehezkiel Alexander Telnoni, lahir pada tahun 1948 dan meninggal pada tahun 2016. Angka tahun 1948 kita jumlahkan 1+9+4+8 = 22; kemudian kita jumlahkan 2+2 = 4. Setelah itu angka tahun 1948 kita jumlahkan dengan angka 4 dan seterusnya sebagai berikut: 1948+4 = 1952; 1952+4 = 1956; 1956+4 = 1960; 1960+4 = 1964; 1964+4 = 1968; 1968+4 =1972; 1972+4 = 1976; 1976+4 = 1980; 1980+4 = 1984; 1984+4 = 1988; 1988+4 = 1992; 1992+4 = 1996; 1996+4 = 2000; 2000+4 = 2004; 2004+4 =2008; 2008+4 = 2012; 2012+4 = 2016. Hasil perhitungan ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Jehezkiel Alexander Telnoni, 1948, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2016 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2016, yakni tahun kematiannya.

7. Merry Riwu Kaho-Omawele, lahir pada tahun 1974 dan meninggal pada tahun 2016. Angka tahun 1974 kita jumlahkan 1+9+7+4 = 21; kemudian kita jumlahkan 2+1 = 3.  Setelah itu angka tahun  1974 kita jumlahkan dengan angka 3 dan seterusnya sebagai berikut: 1974+3 = 1977; 1977+3 = 1980; 1980+3 = 1983; 1983+3 = 1986: 1986+3 = 1989; 1989+3 = 1992; 1992+3 = 1995; 1995+3 = 1998; 1998+3 = 2001; 2001+3 = 2004; 2004+3 = 2007; 2007+3 = 2010; 2010+3 = 2013; 2013+3 = 2016. Hasil perhitungan ini memberi petunjuk bahwa vibrasi tahun kelahiran Merry Riwu Kaho-Omawele, 1974, luas siklus vibrasinya mencapai tahun 2016 dan tersirat secara serasi di dalam tahun 2016, yakni tahun kematiannya.

Dari 219 orang yang meninggal sebagai populasi sekaligus sampel penelitian untuk menemukan adanya keterkaitan vibrasi tahun kelahiran dan tahun kematian yang saya lakukan berdasarkan teori vibrasi sebagaimana cara kerjanya ditunjukkan melalui tujuh contoh di atas, terdapat 81 orang yang luas siklus vibrasi tahun kelahirannya  tersirat secara serasi di dalam tahun kematiannya. Tujuh nama telah disebutkan sebagai contoh di atas, dan berikut ini saya sebutkan 74 nama lainnya  dengan hanya menuliskan tahun kelahiran dan tahun kematian mereka di dalam tanda kurung, yaitu:  

Johny Angling Kusuma (1928 – 2014); Christian Andre Ludwich Lolang (1949 – 2014); Anastasia S. Parera (1946 – 2014); Eduard Sianto (1946 – 2014); Emilia Noni Sutiowati (1928 – 2014); Freddy Hendradi (1934 – 2014); Juan Kuntadi (1946 – 2014); Joseph Udje Wungubelen (1928 – 2014); Theresia Tabais Thiodoris (1934 – 2014); Laurens Bahang Dama (1964 – 2014); Louise Amapiran Njo (1934 – 2014); Herlambang Shianto (1951 – 2014); Servasius Djaminta (1928 – 2014); Soleman Anin (1930 – 2014); Christian Nehemia Dillak (1949 – 2014); Titus Tolla (1943 – 2015); Maria Goreti Anita Tansa Trisna (1955 – 2015); Hendrik Hermanus Bengu (1939 – 2015); Gregorius Watu Raka (1939 – 2015); Magdalena Wila Dobbo-Here Wila (1937 – 2015); Theresia Hendrik-Foenale (1937 – 2015); Nithanel Mesah (1955 – 2015); Paulina Ondok (1945 – 2015); Yohanes Entoh (1939 – 2015); Aloysia Fransiska Galemens (1975 – 2015); Carolina Lay Fulbertus (1937 – 2015); Suhardiman (1924 – 2015); Agustin Selfelsina Maromon-Salow (1944 – 2016); Yulius Soleman Bessie (1974 – 2016); Yohana D. Gole (1944 – 2016); Steven Arly Mbate Mooy (1947 – 2016); Herman Yoseph Seran (1936 – 2016); Waldetrudis Parera (1941 – 2016); Imelda Liani (1931 – 2016); Monika Tandjung (1935 – 2016); Paulus Usboko (1923 – 2016); Maria Bernadetha Kleden (1938 – 2016); Samuel Albert Pelata (1946 – 2016); Dicky J.S. Foeh (1946 – 2016); Gaspar Parang Ehok (1948 – 2016); Veronika Laham (1931 – 2016);  Merlin Yonain (1974 – 2016); Kristianus Webison (1983 – 2016); Charlota Amaheka-Henuk (1948 – 2016); Tanan Pulung Suherman (1932 – 2016); Jim Lok Lian (1928 – 2016); Soni Mariana (1935 = 2016); Lay Tjing Lan (1917 – 2016); P. J. Malelak (1936 – 2016); Yasinta Pada Neu (1935 – 2016); Merry Ada’ Londang Allo (1935 – 2016); Petrus Maleta (1944 – 2016); Mike Mohede (1984 – 2016); Petry Vreyde Izaak-Foenay (1982 – 2016); Jusuf Indradewa (1929 -2016); Zipora Saduk-Adutae (1936 – 2016); Margyati Kandou (1964 – 2016); Trisno Layandari (1944 – 2016); ; Ibrahim Ola Wokon (1968 – 2016); Melkior Belawa Hera (1936 – 2016); Wanamau Marthen Yesayas Petrusz (1968 – 2016); Edison Wijaya (1935 – 2016); Roben Robo (1932 – 2016); Matheus Vincent Joyo Santoso (1950 – 2016); Yohakim Demon Bataona (1964 – 2016); Petrus Umbu (1953 – 2016); Maria G. Bosh-Kumanireng (1952 – 2016); Saul Elliek Mudak (1929 – 2016); Marthen Manuain (1965 – 2016); Maria Dharti Sitompul (1962 – 2016); Jacoba Aleda Rebo (1944 – 2016); David Detakaka (1941 – 2016); Raja Kemak Dirubati Amu Carlus Nai Buti (1935 – 2016); Lay Hiong Moe [Heny Oematan] 1928 – 2016).

Dalam penelitian, ternyata untuk beberapa orang, hasil penjumlahan angka-angka tahun kelahiran mereka yang terdiri atas dua angka jika dijumlahkan dengan angka tahun kelahiran dan seterusnya, hasilnya menunjuk pada tahun kematian. Contohnya: Maria Goreti Anita Tansa Trisna, lahir pada tahun 1955 dan meninggal pada tahun 2015. Angka tahun kelahiran 1955 kita jumlahkan 1+9+5+5 = 20. Kita jumlahkan tahun kelahiran 1955 dengan angka 20 dan seterusnya sebagai berikut: 1955+20 = 1975; 1975+20= 1995; 1995=20 = 2015. Hasil perhitungan ini sama dengan hasil perhitungan 1955+2 dan seterusnya yang akan mencapai angka tahun 2015, yakni tahun kematian Maria Goreti Anita Tansa Trisna. Berikut ini saya berikan beberapa contoh lagi:

1, Agustina Selfelsina Maromon Salouw, lahir pada tahun 1944 dan meninggal pada tahun 2016. Angka tahun kelahiran 1944 kita jumlahkan dengan angka 18 (yang diperoleh dari hasil penjumlahan angka tahun  1+9+4+4) hasil penjumlahannya akan sampai pada angka tahun 2016; begitu pula apabila angka tahun kelahiran 1944 kita jumlahkan dengan angka 9 (yang diperoleh dari hasil penjumlahan 1+8), hasil penjumlahannya akan sampai pada angka tahun 2016, yaitu tahun kematian Agustina Selfelsina Maromon Salouw.

2. Yulius Soleman Bessie, lahir pada tahun 1974 dan meninggal pada tahun 2016. Angka tahun kelahiran 1974 kita jumlahkan dengan angka 21 (yang diperoleh dari penjumlahan angka tahun 1+9+7+4) hasil penjumlahannya akan sampai pada angka tahun 2016; begitu pula apabila angka tahun kelahiran  1974 kita jumlahkan dengan angka 3 (yang diperoleh dari hasil penjumlahan 2+1), hasil penjumlahannya akan sampai pada angka tahun 2016, yaitu tahun kematian Yulius Soleman Bessie.

3. Waldetrudis Parera dan David Detakaka, keduanya lahir pada tahun 1941 dan meninggal pada tahun 2016. Angka tahun 1941 kita jumlahkan dengan angka 15 (yang diperoleh dari penjumlahan angka tahun 1+9+4+1) dan seterusnya, hasil penjumlahannya akan sampai pada angka tahun 2016, yaitu tahun kematian Waldetrudis Pareira dan David Detakaka.. Sedangkan apabila angka tahun kelahiran 1941 kita jumlahkan dengan angka 6 (yang diperoleh dari hasil penjumlahan 1+5), maka hasil penjumlahannya hanya sampai pada angka tahun 2013, karena apabila penjumlahannya dilanjutkan akan mencapai angka tahun 2019, padahal Waldetrudis Pareira dan David Detakaka meninggal pada tahun 2016.


Dalam penelitian, saya melihat adanya tahun-tahun kematian yang terstruktur (sudah dalam keadaan disusun dan diatur rapi). Pertama, Ada orang yang mati (entah kematian yang wajar atau kematian yang tidak wajar karena musibah) tepat pada tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Kedua, ada orang yang mati satu tahun sebelum dan/atau satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Ketiga, ada orang yang mati dua tahun sebelum dan/atau dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Keempat, ada orang yang mati tiga tahun sebelum dan/atau tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.

Dari 219 populasi sekaligus sampel yang saya teliti, ternyata terdapat 81 orang yang mati tepat pada tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya sebagaimana telah disebutkan di atas. Sisanya, 138 populasi/sampel, terdapat 57 orang yang mati satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; dan 41 orang yang mati satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Selanjutnya, terdapat 12 orang yang mati dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; dan 13 orang yang mati dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Kemudian terdapat 6 orang yang mati tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 8 orang yang mati tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; dan 1 orang yang mati empat tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran. Berikut ini saya berikan beberapa contoh tahun-tahun kematian yang terstruktur sebagaimana dikemukakan di atas.

Pertama. Kematian yang terjadi satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Naomi Hendrik-Arnoldus, lahir pada tahun 1943, meninggal pada tahun 2014 padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 2015.  Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1943 kita jumlahkan 1+9+4+3 = 17; kemudian kita jumlahkan 1+7 = 8. Setelah itu angka tahun 1943 kita jumlahkan dengan angka 8 dan seterusnya sebagai berikut: 1943+8 = 1951; 1951+8 = 1959; 1959+8 = 1967; 1967+8 = 1975; 1975+8 = 1983; 1983+8 = 1991; 1991+8 = 1999; 1999+8 = 2007; 2007+8 = 2015. Ternyata Naomi Hendrik-Arnoldus meninggal pada tahun 2014, yaitu satu tahun sebelum tahun 2015 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1943.  Contoh berikut, Evlyna Lea Jacob-Balukh, lahir pada tahun 1946, meninggal pada tahun 2015. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1946 kita jumlahkan 1+9+4+6 = 20; kemudian 2+0 = 2. Setelah itu angka tahun 1946 kita jumlahkan dengan angka 2 dan seterusnya seperti contoh perhitungan yang dilakukan terhadap Naomi Hendrik-Arnoldus. Hasil perhitungan  akhir yang di dalamnya tersirat vibrasi tahun kelahirannya Evlyna Lea Jacob-Balukh adalah 2016. Ternyata Evlyn Lea Jacob-Balukh meninggal pada tahun 2015, yaitu satu tahun sebelum tahun 2016. Vibrasi tahun kematian Evlyn Lea Jacob-Balukh dapat dinyatakan meninggal satu tahun sesudah tahun 2014, karena dalam tahun 2014 tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu vibrasi tahun 1946. Satu contoh lagi yaitu: Betjie Marselina Netti-Tuflasa ( ibunda pengarang A. G. Hadzarmawit Netti), lahir pada tahun 1920, meninggal pada tahun 2003, padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 2004. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1920 kita jumlahkan 1+9+2+0 = 12; kemudian 1+2 = 3. Setelah itu angka tahun 1920 kita jumlahkan dengan angka 3 dan seterusnya seperti contoh perhitungan yang dilakukan terhadap Naomi Hendrik-Arnoldus. Hasil perhitungan akhir yang di dalamnya tersirat vibrasi tahun kelahiran Betjie Marselina Netti-Tuflasa adalah tahun 2004, padahal Betjie Marselina Netti-Tuflasa meninggal pada tahun 2003, yakni satu tahun sebelum tahun 2004.

Kedua, Kematian yang terjadi dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Fidelia Christina Oentari, lahir pada tahun 1932, meninggal pada tahun 2014 padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 2016. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1932 kita jumlahkan 1+9+3+2 = 15; kita jumlahkan 1+5 = 6. Setelah itu angka tahun 1932 kita jumlahkan dengan angka 6 dan seterusnya sebagai berikut: 1932+6 = 1938; 1938+6 = 1944; 1944+6 = 1950; 1950+6 = 1956; 1956+6 = 1962; 1962+6 = 1968; 1968+6 = 1974; 1974+6 = 1980; 1980+6 = 1986; 1986+6 = 1992; 1992+6 = 1998; 1998+6 = 2004; 2004+6 = 2010; 2010+6 = 2016. Ternyata Fidelia Christina Oentari meninggal pada tahun 2014, yaitu dua tahun sebelum tahun 2016 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1932.

            Ketiga, Kematian yang terjadi tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Bonafentura Marsianus Rumot, lahir pada tahun 1961, meninggal pada tahun 2014 padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 2017. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1961 kita jumlahkan 1+9+6+1 = 17; kita jumlahkan 1+7 = 8. Setelah itu angka tahun 1961 kita jumlahkan dengan angka 8 dan seterusnya sebagai berikut: 1961+8 = 1969; 1969+8 = 1977; 1977+8 = 1985; 1985+8 = 1993; 1993+8 = 2001; 2001+8 = 2009; 2009+8 = 2017. Ternyata Bonafentura Marsianus Rumot meninggal pada tahun 2014, yaitu tiga tahun sebelum tahun 2017 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1961.

            Keempat, Kematian yang terjadi satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Musa Lolok Hendrik, lahir pada tahun 1941, meninggal pada tahun 2014 padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 2013. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1941 kita jumlahkan 1+9+4+1 = 15; kita jumlahkan 1+5 = 6. Setelah itu angka tahun 1941 kita jumlahkan dengan angka 6 dan seterusnya sebagai berikut: 1941+6 = 1947; 1947+6 = 1953; 1953+6 = 1959; 1959+6 = 1965; 1965+6 = 1971; 1971+6 = 1977; 1977+6 = 1983; 1983+6 = 1989; 1989+6 =  1995; 1995+6 = 2001; 2001+6 = 2007; 2007+6 = 2013. Ternyata Musa Lolok Hendrik meninggal pada tahun 2014, yaitu satu tahun sesudah tahun 2013 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1941.

Kelima, Kematian yang terjadi dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Salomi Jacob Theon, lahir pada tahun 1913, meninggal pada tahun 1995 padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 1993. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1913 kita jumlahkan 1+9+1+3 = 14; kemudian kita jumlahkan lagi angka 1+4 = 5. Setelah itu angka tahun 1913 kita jumlahkan dengan angka 5 dan seterusnya sebagai berikut: 1913+5 = 1918; 1918+5 = 1923; 1923+5 = 1928; 1928+5 = 1933; 1933+5 = 1938; 1938+5 = 1943; 1943+5 = 1948; 1948+5 = 1953; 1953+5 = 1958; 1958+5 = 1963; 1963+5 = 1968; 1968+5 = 1973; 1973+5 = 1978; 1978+5 = 1983; 1983+5 = 1988; 1988+5 = 1993. Ternyata Salomi Jacob-Theon meninggal pada tahun 1995, yaitu dua tahun sesudah tahun 1993 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1913. Satu contoh lagi: Maria Fiorentina Rosa Virginia, lahir pada tahun 2003, meninggal pada tahun 2015. padahal tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran adalah tahun 2013. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 2003  kita jumlahkan 2+0+0+3 = 5. Setelah itu angka tahun 2003 kita jumlahkan dengan angka 5 dan seterusnya sebagai berikut: 2003+5 = 2008; 2008+5 = 2013. Ternyata Maria Fiorentina Rosa Virginia meninggal pada tahun 2015, yaitu dua tahun sesudah tahun 2013 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 2003.

Keenam, Kematian yang terjadi tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Zadrakh Mesakh Obednego Tokoh, lahir pada tahun 1963, meninggal pada tahun 2016. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1963 kita jumlahkan 1+9+6+3 = 19; kita jumlahkan 1+9 = 10. Angka 10 dihisabkan sebagai bilangan pokok. Setelah itu angka tahun  1963 kita jumlahkan dengan angka 10 dan seterusnya sebagai berikut: 1963+10 = 1973; 1973+10 = 1983; 1983+10 = 1993; 1993+10 – 2003; 2003+10 = 2013. Ternyata Zadrakh Mesakh Obednego Tokoh meninggal pada tahun 2016, yaitu tiga tahun sesudah tahun 2013 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1963.

Ketujuh, Kematian yang terjadi empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran orang yang mati. Contohnya: Hanok Netti (ayahanda pengarang A. G.  Hadzarmawit Netti), lahir pada tahun 1917, meninggal pada tahun 1975. Perhatikan perhitungannya: Angka tahun 1917 kita jumlahkan 1+9+1+7 = 18; kita jumlahkan 1+8 = 9.Setelah itu angka tahun 1917 kita jumlahkan dengan angka 9 dan seterusnya sebagai berikut: 1917+9 = 1926; 1926+9 = 1935; 1935+9 = 1944; 1944+9 = 1953; 1953+9 = 1962; 1962+9 = 1971. Ternyata Hanok Netti meninggal pada tahun 1975, yaitu empat tahun sesudah tahun 1971 yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya yaitu tahun 1917.


Penelitian kedua
Penelitian saya lanjutkan terhadap 114 tokoh internasional  yang telah meninggal dunia, yang  saya selisik dari berbagai sumber bacaan secara random. Dari tokoh internasional sebanyak 114 orang itu terdapat 53 orang meninggal pada tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 9 orang yang meninggal satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 16 orang yang meninggal satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 7 orang yang meninggal dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 8 orang yang meninggal dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 10 orang yang meninggal tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; 9 orang yang meninggal tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; dan 1 orang yang meninggal empat tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya; serta 1 orang yang meninggal empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.

Berikut ini saya berikan 6 contoh analisis dari 53 tiga tokoh yang meninggal pada tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.

1.      Martin Luther, lahir pada tahun 1483 dan meninggal pada tahun 1546. Angka tahun kelahiran 1483 kita jumlahkan dengan angka 7 (hasil penjumlahan 1+4+8+3 = 16, kemudian 1+6 = 7) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1546, tahun kematian Martin Luther.

2.      Menachem Begin, lahir pada tahun 1932 dan meninggal pada tahun 1992. Angka tahun kelahiran 1932 kita jumlahkan dengan angka 6 (hasil penjumlahan 1+9+3+2 = 15, kemudian 1+5 = 6) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1992, yaitu tahun kematian Menachem Begin. Hasil perhitungan ini serasi juga dengan hasil perhitungan 1932 dijumlahkan dengan angka 15 (hasil penjumlahan 1+9+3+2 = 15) dan seterusnya, yang akan bermuara pada tahun 1992.

3.      John Winston Lennon, lahir pada tahun 1940 dan meninggal pada tahun 1980. Angka tahun kelahiran 1940 kita jumlahkan dengan angka 5 (hasil penjumlahan 1+9+4+0 = 5) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1980, yaitu tahun kematian John Winston Lennon. 

4.      Grace Kelly, lahir pada tahun 1928 dan meninggal pada tahun 1982. Angka tahun 1982 kita jumlahkan dengan angka 2 (hasil penjumlahan 1+9+2+8 = 20; kemudian 2+0 = 2) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1982, yaitu tahun kematian Grace Kelly.

5.      Hirohito (Kaisar Jepang), lahir pada tahun 1901 dan meninggal pada tahun 1989. Angka tahun 1901 kita jumlahkan dengan angka 2 (hasil penjumlahan 1+9+0+1 =11; kemudian 1+1 = 2) dan seterusnya; atau angka tahun kelahiran 1901  bisa juga dijumlahkan 11 (hasil penjumlahan 1+9+0+1 = 11) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1989, yaitu tahun kematian Hirohito (Kaisar Jepang).

6.      Ferdinand Marcos, lahir pada tahun 1917 dan meninggal pada tahun 1989. Angka tahun kelahiran 1917 kita jumlahkan dengan angka 9 (hasil penjumlahan 1+9+1+7 = 18, kemudian 1+8 = 9) dan seterusnya; atau angka tahun kelahiran 1917 bisa dijumlahkan dengan angka 18 (hasil penjumlahan 1+9+1+7 = 18) dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1989, yaitu tahun kematian Ferdinand Marcos.

Untuk selanjutnya, saya sebutkan nama, tahun kelahiran dan tahun kematian dari 47 tokoh internasional lainnya, yang apabila dianalisis seperti enam contoh di atas, luas siklus vibrasi tahun kelahirannya tersirat secara serasi di dalam tahun kematiannya: John Milton (1608 – 1674); Frans John Eliza Van Lennep (1890 – 1980); Wernher von Braun (1912 – 1977); Sir Charles Chaplis (1889 – 1997); Alfred Hitchcock (1899 – 1980); Jean Paul Getty (1892 – 1976); Georges Jean Raymond Pompidou (1911 – 1974); Golda Meir (1898 – 1978); Musisi AS,  Jimi Hendrix (1942 – 1970); Gabrielle ‘Coco’ Chanel (1884 – 1971); Francoic ‘Papa Doc’ Duvalier (1907 – 1971); Martin Luther King, Jr (1929 – 1968); Jean Paul Sartre(1905 – 1980); Paul Cornu (1881 – 1944); Robert Baden Powell (1857 – 1941); Reginald Aubrey Fessenden (1886 – 1932); Alfred Binet (1857 – 1911); Richard Zsigmondy (1865 – 1929); Joseph John Thomson (1856 – 1940); Henri Bacquerel (1857 – 1932); Sir Ronald Ross (1857 – 1932); Oliver Heaviside (1850 – 1925); James Mackenzie (1853 – 1925); Emil Adolf von Behring (1854 – 1917); Giuseppe Verdi (1813 – 1901); Musisi AS, Nat ‘King’ Cole (1919 – 1965); Albert Schweitzer (1875 – 1965);  Ferdinand Edralin Marcos (1917 – 1989); Yuri Alexcyevich Gagarin (1934 – 1968), perhitungannya, 1934+17 dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1968; Adolf Eichmann (1906 – 1962); Marlyn Monroe (1926 – 1962); Nikita Krushchev (1891 – 1971); Fulgencio Batista (1901 – 1973); Florence Nightingale (1820 – 1910); Isaac Newton (1643 – 1727), perhitungannya, 1643+14 dan seterusnya akan bermuara pada tahun 1727; Sigmund Freud (1865 – 1939); Karl Landsteiner (1868 – 1943); Wilhelm Conrad Röntgen (1854 – 1926); Frederic Stanley Kipping (1863 – 1935); Paul Ehrlich (1854 – 1917); Giuseppe Verdi (1813 – 1901); James Mackenzie (1853 – 1925); Oliver Heaviside (1850 – 1925); Sir Ronald Ross (1857 – 1932); Elie (Ilya Iloch) Mechnikov (1845 – 1917); Fidel Castro (1926 – 2016).

Catatan antara: Di sini saya tidak sebutkan nama:
1.      9 tokoh yang meninggal satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya;
2.      16 tokoh yang meninggal satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya;
3.      7 tokoh yang meninggal dua tahun sebelum tahun  yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya;
4.      8 tokoh yang meninggal dua tahun sesudah tahun  yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya;
5.      10 tokoh yang meninggal tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya;
6.      serta 9 tokoh yang meninggal tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.

Akan tetapi saya mencatat dua tokoh, yaitu satu tokoh  yang meninggal empat tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Tokoh itu bernama Frederic Stanley Kipping, yang lahir pada tahun 1863 dan meninggal pada tahun 1949,  padahal tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 1953. Dan  satu tokoh yang meninggal empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya. Tokoh itu bernama Louis Lumiere, yang lahir pada tahun 1864 dan meninggal pada tahun 1948, padahal tahun yang di dalamnya tersirat secara serasi luas siklus vibrasi tahun kelahirannya adalah tahun 1944.

Penelitian ketiga
            Penelitian saya lanjutkan lagi terhadap 33 tokoh nasional yang telah meninggal dunia. yang saya selisik dari beberapa buku sejarah nasional dan koran. Dari tiga puluh tiga tokoh itu terdapat sepuluh tokoh yang luas siklus vibrasi tahun kelahirannya tersirat secara serasi dalam tahun kematiannya, yaitu: Raden Dewi Sartika (1884 – 1947); Raden Ajeng Kartini (1879 – 1904); dr. Soetomo (1888 – 1938); K. H. Hasjim Asj’ari (1875 – 1947);      Moh. Hatta (1902 – 1980); Jenderal Soedirman (1916 – 1950); Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1912 – 1988); Arifin C. Noer (1941 – 1995); Robert Wolter Monginsidi (1925 – 1949); dan George Junus Aditjondro (1946 – 2016). 

Enam tokoh yang meninggal satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu: Moh. Hoesni Thamrin (1894 – 1941); Wage Rudolf Supratman (1903 – 1938); Gatot Soebroto (1907 – 1962); Siti Hartinah “Tien” Soeharto (1923 – 1996); Abdurrahman Wahid (1940 – 2009); Soeharto (1921 – 2008).

 Sembilan tokoh yang meninggal satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu: Teuku Cik di Tiro (1836 – 1891); H. O. S. Tjokroamonoto (1883 – 1934); K. H. Achmad Dahlan (1868 – 1934); Soekarno (1901 – 1970); Soetomo (1920 – 1981); Oerip Soemohardjo (1893 – 1948); Haji Agoes Salim (1884 – 1954); Raden Basuki Abdullah (1915 – 1993); Ny. Rahmi Hatta (1926 – 1999).  

Dua tokoh yang meninggal dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu: Cut Meutia (1870 – 1910); Cut Nya’ Dhien (1850 – 1908).

Tiga tokoh yang meninggal dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu: Si Singamangaraja (1849 – 1907); Wihidin Soedirohoesodo (1852 – 1917); I Gusti Ngurah Rai (1917 – 1946).

Dua tokoh yang meninggal tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu: Fatmawati Soekarno (1923 – 1980); Afandi, maestro seni lukis Indonesia, (1907 – 1990).

Satu tokoh yang meninggal empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, yaitu Adam Malik (1917 – 1984).


Ringkasan
Pertama, Seluruh hasil penelitian di atas ini dapat saya ringkaskan sebagai berikut: Total populasi sekaligus sampel penelitian pertama, kedua dan ketiga sebanyak 366 orang yang telah meninggal dunia. Dari 366 populasi sekaligus sampel penelitian itu ternyata:
1.      Ada 144 orang yang meninggal dunia pada tahun di mana luas siklus vibrasi tahun kelahirannya tersirat secara serasi di dalam tahun kematian.
2.      Ada 72 orang yang meninggal dunia satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
3.      Ada 66 orang yang meninggal dunia satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
4.      Ada 21 orang yang meninggal dunia dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
5.      Ada 24 orang yang meninggal dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
6.      Ada 16 orang yang meninggal dunia tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
7.      Ada 19 orang yang meninggal dunia tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
8.      Ada 2 orang yang meninggal dunia empat tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.
9.      Ada 2  orang yang meninggal dunia empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya.

Kedua, Sketsa vibrasi tahun kelahiran dan luas siklus vibrasi tahun kelahiran dalam hubungannya  dengan tahun kematian sebagaimana dicatat di atas dapat disketsakan sebagai berikut:

1.      Vibrasi tahun kelahiran dan luas siklus vibrasi tahun kelahiran yang tersirat secara serasi (cocok, sesuai, kena benar) yang bermuara dan tersirat dalam tahun kematian

҉---҉----҉---҉---҉----҉---҉---҉---҉---҉---҉-҈

2.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya
tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉-●҈
                                                                                                                                                  
3.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya
tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉--҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉●●҈

4.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya
tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉----҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉--●●●҈

5.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi empat tahun sebelum tahun yang
di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉●●●●҈

6.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya
tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉---҉----҉---҉---҉----҉----҉---҉---҉---҈●

7.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya
tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉---҉----҉----҉---҉---҉---҉---҉---҉---҈●●

8.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi tiga tahun sesudah tahun yang
di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉---҉---҉---҉---҉----҉---҉---҉---҉---҉----҈●●●

9.      Vibrasi tahun kematian yang terjadi empat tahun sesudah tahun yang
di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran

҉----҉---҉----҉---҉---҉---҉---҉---҉---҉---҈●●●●

      Keterangan
   
     ҉ Simbol vibrasi tahun kelahiran dan siklus-siklus vibrasi tahun kelahiran

     ҈ simbol vibrasi tahun kematian yang di dalamnya tersirat secara serasi
          luas siklus vibrasi tahun kelahiran.

     --- --- --- --- --- --- --- ----  simbol luas siklus vibrasi tahun kelahiran (umur, lama waktu
         hidup sejak dilahirkan) yang menghubungkan siklus-siklus vibrasi tahun kelahiran ҉
         yang terentang sepanjang tahun-tahun kehidupan sampai bermuara dan/atau
         tersirat dalam vibrasi  tahun kematian yang disimbolkan dengan ҈ apabila
         terjadi kematian yang serasi dengan luas siklus vibrasi kelahiran seperti sketsa nomor 1;
         maupun simbol luas siklus vibrasi tahun kelahiran (umur,
         lama waktu hidup sejak dilahirkan) yang bermuara pada tahun kematian
         yang disimbolkan dengan yang terjadi
         sebelum tahun kematian serasi (lihat sketsa nomor 2 sampai 5)
         dan/atau  yang terjadi sesudah tahun kematian serasi (lihat sketsa nomor 6 sampai 9).

      Simbol tahun kematian seseorang yang terjadi:
        (1 tahun) sebelum ҈ (sketsa no.2); atau (1 tahun) sesudah ҈ (sketsa no.6).
        ●● (2 tahun) sebelum ҈ (sketsa no.3); atau ●● (2 tahun) sesudah ҈ (sketsa no.7).
        ●●● (3 tahun) sebelum ҈ (sketsa no.4); atau ●●● (3 tahun) sesudah ҈ (sketsa no.8).
        ●●●● (4 tahun) sebelum ҈ (sketsa no.5); atau ●●●● (4 tahun) sesudah ҈ (sketsa no.9).

Refleksi Teologis Alkitabiah
Hasil penelitian di atas—terutama keterangan dan sketsa vibrasi tahun kelahiran dan kematian—mengingatkan saya akan kisah dalam Injil Markus 13:33-37 yang diberi judul kecil “nasihat supaya berjaga-jaga”. Injil penuh dengan pelukisan-pelukisan alegori dan metafora dalam arti luas. Karena itu Markus 13:33-37 dapat ditafsirkan dan/atau dipahami secara alegoris. Pendeta-pendeta dan penginjil-penginjil pada umumnya menafsirkan ayat-ayat Injil ini dalam hubungannya dengan “kedatangan Anak Manusia” (Parousia) sebagaimana disebutkan dalam Markus 13:24-32. Dengan ayat-ayat ini jemaat digugah dan disadarkan untuk senantiasa hidup berjaga-jaga dalam iman, pengharapan dan kasih, dalam hubungannya dengan “kedatangan Anak Manusia” yang waktunya tidak diketahui dengan pasti, bahkan sering dikatakan waktunya “sudah dekat, sudah di ambang pintu”. Dalam penelitian ini saya ingin menyadarkan pembaca berkenaan dengan penafsiran alegoris atas Markus 13:33-37.  Ungkapan “kedatangan Anak Manusia” saya alegorikan untuk “kedatangan kematian atas manusia”; dan “empat jam jaga malam” yaitu: menjelang malam, tengah malam, larut malam, dan pagi-pagi buta” saya alegorikan untuk “tahun-tahun kematian sebelum dan/atau sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahiran”.

Pada tahun 2001, ketika TUHAN menangkap dan “merenovasi” saya dalam perjalanan hidup memasuki usia 60 tahun pada 9 Oktober, batin saya digugah dan disadarkan oleh Suara dari Roh TUHAN yang bekerja melalui suneidēsis [hati nurani] untuk mengartikan Markus 13: 33-37 itu kepada saya sebagai berikut: “Almodat Godlief Hadzarmawit Netti! ‘Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab engkau tidak tahu bilamanakah waktu kematianmu tiba (33). Karena itu berjaga-jagalah, sebab engkau tidak tahu bilamanakah kematianmu itu datang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta (35); supaya kalau  kematianmu itu tiba-tiba datang jangan engkau didapati sedang lelap dalam kefasikan (36). Apa yang TUHAN katakan kepadamu, TUHAN katakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!’”

Memang, setiap orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati (Pengkhotbah 9:5).  Akan tetapi mengenai hari atau waktu kematian, manusia tidak tahu. Bahkan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian (Pengkhotbah 8:8). Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu [kematian] menimpa mereka secara tiba-tiba (Pengkhotbah 9:12). Markus 13:33-37 yang ditafsirkan dan dipahami secara kiasan (alegori) sebagaimana saya katakan di atas merelevansi dengan Pengkhotbah  8:8 dan 9:12)

Setiap manusia tidak tahu apakah kematian itu terjadi atas dirinya  ketika ia sedang tidur, atau kematian itu ibarat jerat atau jala musibah yang memerangkap dirinya ketika ia sedang berjalanan di trotoar, atau ketika sedang menyeberang jalan, atau ketika sedang tidur dengan perempuan idaman lain di kamar hotel, atau ketika sedang berkendaraan  di jalan raya, atau ketika sedang menumpang kapal laut, kapal terbang dan sebagainya.

Ya, sesungguhnya setiap manusia tidak tahu secara tepat apakah kematian itu terjadi atas dirinya pada menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta..! Pernyataan ini dapat diimani secara harafiah, namun secara alegoris pernyataan ini akan saya kontekstualisasikan dengan ringkasan hasil penelitian bagian pertama dan kedua (halaman 11, 12, 13) sebagai berikut.

1.      Bagi orang yang mati pada tahun di mana luas siklus vibrasi tahun kelahirannya tersirat secara serasi di dalam tahun kematian, saya kiaskan sebagai kematian yang datang pada  siang.
2.      Bagi orang yang mati satu tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya atau satu tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, saya kiaskan sebagai kematian yang datang pagi-pagi buta.
3.      Bagi orang yang mati dua tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya atau dua tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, saya kiaskan sebagai kematian yang datang pada larut malam.
4.      Bagi orang yang mati tiga tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya atau tiga tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, saya kiaskan sebagai kematian yang datang tengah malam.
5.      Bagi orang yang mati empat tahun sebelum tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya atau empat tahun sesudah tahun yang di dalamnya tersirat luas siklus vibrasi tahun kelahirannya, saya kiaskan sebagai kematian yang datang menjelang malam.

Memperhatikan ringkasan hasil penelitian bagian pertama dan kedua di atas sungguh benar kata pemazmur: “Hari-hariku seperti bayang-bayang memanjang…” (Mazmur 102:12); atau “…[manusia] hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat” (Mazmur 144:4).  Ini berarti: sejak dari kandungan ibu sampai hari kelahiran dan hari-hari sepanjang hidup, kematian tetap menyertai atau mengiringi jalan hidup setiap manusia, sampai suatu ketika kematian itu terjadi.

 “Hari hidup” dan “hari mati” seperti bayang-bayang memanjang, atau seperti bayang-bayang yang lewat, dapat diilustrasikan seperti ini:

҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉҉     ҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈҈  

Keterangan: ҉ simbol hari hidup yang bersiklus [memanjang] sampai kematian terjadi; ҈ simbol hari mati yang bersiklus [memanjang] mengiringi hari hidup sampai kematian terjadi; simbol kematian yang terjadi mengakhiri hari hidup di dunia.
Berdasarkan uraian dan ilustrasi di atas apakah kita belum juga dapat mengarifi Mazmur 90:12 yang berbunyi: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, sehingga kami memperoleh hati yang bijaksana”? Apakah kita, lantaran mengalami frustrasi dan/atau ketidakadilan dalam hidup, beranggapan bahwa “… nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, Dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu”? (Pengkhotbah 3:19,20). Dan apakah kita pun akan bertanya, seperti penulis kitab Pengkhotbah melukiskan nada interogasi penganut filosofi kesia-siaan: “Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi” [ayat 21], pada waktu mati?
Apakah lantaran nasib semua orang [baik orang benar maupun orang berdosa, baik orang berhikmat maupun orang tidak berhikmat] sama dalam kematian yang sia-sia (Pengkhotbah 9:1-6, dyb.) seperti binatang, maka kita tergoda untuk mengikuti anjuran hidup bersenang-senang dan mengerjakan apa saja demi kepuasan diri selagi hidup, oleh karena setelah mengalami kematian tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat di dunia orang mati (Pengkhotbah 9:7-10)?
Kematian sebagai nasib yang ditentukan ALLAH bagi manusia [orang benar maupun orang fasik, orang baik maupun orang jahat] sama dengan binatang: pelikan kembali kepada pelikan (Kejadian 2:7a; 3:19; Pengkhotbah 3:20; 12:7a). Akan tetapi manusia lebih istimewa dari binatang karena roh [manusia] kembali kepada ALLAH yang mengaruniakannya (Pengkhotbah 12:7b). Ya, kematian sebagai nasib yang ditentukan ALLAH bagi manusia sama dengan binatang, karena baik manusia maupun binatang adalah sama-sama sebagai “makhluk yang hidup” [nefes hayya] (Kejadian 1:20,21,24; 2:7a); akan tetapi manusia lebih tinggi derajatnya dari binatang karena manusia diberikan “napas hidup” [nesyama, atau nismat hayyim], sehingga ketika manusia mati, kata penulis kitab Pengkhotbah, tubuhnya yang dari debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh kembali kepada ALLAH yang mengaruniakannya (12:7). Demikianlah Yesus, ketika menyongsong kematian-Nya di kayu salib, menyerahkan nyawa-Nya [menyerahkan roh-Nya] (aphēken to pneuma) kepada ALLAH (Matius 27:50); “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” [ Pater, eis cheiras sou paratithemai to pneuma mou] (Lukas 23:46).  Demikian pula Stefanus, sebelum mati karena dianiaya [dilempari], berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku” [Kurie Iēsou, dexai to pneuma mou] (Kisah Para Rasul 7:59).
Dengan demikian, ada perbedaan gradasi pada kematian binatang dan kematian manusia . Kematian binatang adalah kebinasaan, kepunahan, kemusnahan eksistensi binatang itu secara total. Sedangkan kematian manusia bukan merupakan suatu kebinasaan, kepunahan, kemusnahan eksistensi secara total. Tubuh manusia yang mati dapat mengalami kepunahan atau kemusnahan, akan tetapi rohnya tidak mengalami kepunahan atau kemusnahan. Pada hari penghakiman, akan ada kebangkitan: orang-orang mati yang pada masa hidupnya berbuat baik akan bangkit [dalam tubuh rohani] untuk hidup yang kekal, dan orang-orang mati yang pada masa hidupnya berbuat jahat akan bangkit [dalam tubuh rohani] untuk dihukum (1 Korintus 15:44,52; Yohanes 5:29; 2 Korintus 5:10).
Bahkan jaminan kepastian hidup sesudah kematian bagi setiap orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Yesus, bukan saja nanti pada hari penghakiman di akhir zaman, melainkan pada saat sekarang ini juga. Kata Yesus kepada salah seorang penjahat yang mengalami keinsafan dan berserah kepada Yesus di kayu salib di tempat bernama Tengkorak: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43), adalah juga janji dan jaminan kepastian bagi kita sekarang ini yang benar-benar percaya dan berserah kepada Yesus. Kita boleh mengalami kematian sekarang ini dan jasad kita boleh dikuburkan, akan tetapi pneuma [roh] kita akan berada di tempat kesenangan yang Yesus sediakan bagi setiap orang yang percaya akan Dia. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal… Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yohanes 14:2,3).
Ya, melalui jalan kematian, Yesus datang menjemput kita untuk kita berada di tempat yang Yesus sediakan bagi kita yang percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya penulis kitab Wahyu secara tegas berkata: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” (Wahyu 14:13). Itu berarti, hidup dan mati bagi setiap orang percaya tidak sia-sia. Bagi setiap orang percaya, hidup dan mati hendaklah diapresiasi seperti kata Paulus: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar