Deskripsi

“Lengkung SPEKTRUM FAJAR SENJA aneka warna KASIH SETIA ALLAH yang mengayomi JEJAK LANGKAH KEHIDUPAN bertanda nama 'BELUM'!"

Rabu, 14 Maret 2018

Sekali lagi tentang Vibrasi Kepeloporan Joko Widodo dan Prabowo Subianto



Sebagai Calon Presiden RI Masa Bakti 2019 – 2024 

(Oleh: A. G. Hadzarmawit Netti)



VIBRASI KEPELOPORAN Joko Widodo dan Prabowo Subianto  telah saya analisis pada tahun 2014 yang lalu berdasarkan teori vibrasi yang saya kembangkan, ketika kedua tokoh bangsa ini maju sebagai calon Presiden RI pada tahun 2014. Hasil analisisnya telah dimuat di blog ini: www.bianglalahayyom.blogspot.co.id  edisi Kamis, 03 Juli 2014, enam hari sebelum pemilihan Presiden dilakukan pada 9 Juli 2014. Itulah sebabnya tulisan ini saya beri judul, “Sekali lagi tentang Vibrasi Kepeloporan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden RI Masa Bakti 2019 – 2024”, karena nama kedua tokoh bangsa ini paling dominan disebut-sebut dalam pemberitaan media cetak maupun media elektronik.
 
Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden secara serempak pada tahun 2019 semakin dekat, Dan sekarang  banyak pengamat politik dan orang-orang cerdik pandai sudah menyebut-nyebut beberapa tokoh potensial yang diperhitungkan sebagai Calon Presiden RI masa bakti  2019 – 2024 yang dapat diusung pada Pemilihan Presiden tahun 2019 yang akan datang.

Berkenaan dengan calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024, saya persilakan pembaca artikel ini memperhatikan buku saya yang berjudul, Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia, yang diterbitkan oleh B You Publishing Surabaya pada bulan Maret 2010. Pada halaman 132 buku tersebut saya telah menyingkapkan dan memerinci vibrasi sejarah dan luas siklus vibrasi sejarah pergerakan kemerdekaan mulai tahun 1908 sampai  vibrasi eksistensi bangsa Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Pada halaman itu pula saya telah merekam perkembangan vibrasi dan luas siklus vibrasi eksistensi bangsa Indonesia antara tahun 1945 sampai munculnya vibrasi G-30S/PKI pada tahun 1965; setelah itu perkembangan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia antara tahun 1966 sampai terjadinya vibrasi Gerakan Reformasi pada tahun 1998-1999; dan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia pascagerakan Reformasi antara tahun 1998/1999 sampai pada tahun 2010 ketika buku itu diterbitkan.  

Tokoh-tokoh utama maupun tokoh-tokoh pendukung yang tampil di pentas sejarah pergerakan kemerdekaan dan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia telah saya rekam secara cermat. Begitu pula dengan vibrasi tokoh bangsa yang tampil dan berperan sebagai Presiden Republik Indonesia antara tahun 1945 sampai tahun 2014 telah saya abadikan. Semua vibrasi sejarah dan luas siklus vibrasi sejarah yang disebutkan di atas ini saya rekam dan abadikan dalam bentuk grafik hanya dalam satu halaman buku berukuran 14,5 x 20,5 Cm. Ini merupakan suatu hasil kerja yang luar biasa, sebab belum ada pakar Sejarah Nasional Indonesia  yang menghasilkan penelitian sejarah seperti yang saya lakukan dalam buku itu. Pada halaman 133 buku tersebut terdapat garis besar keterangan mengenai grafik vibrasi sejarah pergerakan kemerdekaan dan vibrasi eksistensi bangsa Indonesia yang dipetakan pada halaman 132. Dan pada keterangan butir 11, halaman 133 buku tersebut, saya katakan: “Vibrasi kepeloporan Susilo Bambang Yodhoyono sebagai presiden NKRI muncul pada tahun 2004 sampai dengan 2009; dan tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.

Mengenai vibrasi kepeloporan tokoh terkemuka bangsa Indonesia yang akan muncul pada  Pemilihan Presiden RI tahun 2014 yang lalu saya cermati pada tahun 2013. Ada dua tokoh terkemuka pada waktu itu yang saya cermati dan analisis vibrasi kepeloporannya terkait dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2014 – 2019 yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo.. Di antara kedua tokoh terkemuka ini saya rekomendasikan Joko Widodo yang akan terpilih sebagai Presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2014, karena vibrasi kepeloporan Joko Widodo lebih baik dan lebih selaras dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2014 – 2019. Hasil analisis vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dan Joko Widodo pada waktu itu saya muat di blog www.bianglalahayyom.blogspot.co.id sebagaimana telah disebutkan pada alinea pertama di atas.  Ada tiga tulisan yang saya muat pada waktu itu, yakni: (1) Vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto; (2) Vibrasi kepeloporan Joko Widodo; (3) Vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto & Joko Widodo (Catatan Rekomendasi) di mana saya unggulkan Joko Widodo sangat lebih pas menjadi Presiden RI masa bakti 2014 – 2019. Dan ternyata benar: pada tanggal 9 Juli 2014, Joko Widodo—menyisihkan Prabowo Subianto—dalam Pemilihan Presiden. Vibrasi kepeloporan Joko Widodo yang muncul sebagai seorang pemimpin bangsa,  memang unik dan fenomenal. Berikut, saya kutip kembali analisis alinea 9 – 12 tentang vibrasi kepeloporan Joko Widodo, yang telah dimuat di blog ini pada tahun  2014 yang lalu.

“Dinamika vibrasi kepeloporannya sebagai pemimpin bangsa, sesungguhnya telah tersirat ketika menjadi Wali Kota Solo periode kedua (2010 – 2015). Joko Widodo pada tahun kedua masa jabatannya, maju dari Solo ke Jakarta untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta yang “pintunya terbuka pada tahun 2012”. Perhatikan keunikan luas siklus vibrasi kepeloporan Joko Widodo berkenaan dengan masa jabatannya yang kedua (2010 – 2015) sebagai Wali Kota Solo yang dapat dibuktikan berdasarkan perhitungan teori vibrasi berikut ini: Angka tahun 2010 (tahun pertama masa jabatan kedua Jokowi sebagai Wali Kota Solo) kita jumlahkan dengan angka 2+0+1+2 (angka tahun 2012, tahun kedua masa jabatan kedua, ketika Jokowi maju ke Jakarta untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dan berhasil terpilih menjadi gubernur). Hasil penjumlahannya = 2015 (tahun akhir masa jabatan kedua Jokowi sebagai Wali Kota Solo yang seyogianya, seandainya Jokowi terus melaksanakan tugasnya sebagai Wali Kota Solo periode kedua). Dengan demikian, sesungguhnya dalam vibrasi tahun 2012 tersirat vibrasi akhir masa jabatan Jokowi sebagai Wali Kota Solo periode kedua (2010 – 2015).”

“Perhatikan lagi keunikan vibrasi kepeloporan Joko Widodo setelah terpilih dan menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk masa bakti tahun 2012 – 2017. Pada tahun 2014, tahun kedua masa jabatan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo maju menjadi calon Presiden RI masa jabatan tahun 2014 – 2019, karena dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) yang memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. Bagaimanakah vibrasi yang tersirat dalam tahun 2014 dalam kaitannya dengan vibrasi kepeloporan Joko Widodo yang seyogianya melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012 – 2017? Perhatikan perhitungan teori vibrasi berikut ini: Angka tahun 2012 (tahun pertama masa jabatan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta) kita jumlahkan dengan angka 2+0+1+4 (angka tahun 2014, tahun kedua  masa jabatan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta dan tahun Joko Widodo maju sebagai calon Presiden RI masa bakti 2014 – 2019). Hasil penjumlahannya = 2019. Hasil perhitungan ini menunjuk ke tahun terakhir masa jabatan Presiden RI hasil pemilihan presiden tahun 2014. Dengan demikian, vibrasi kepeloporan Joko Widodo  yang maju sebagai calon Presiden RI pada tahun  2014 ternyata selaras dengan vibrasi masa jabatan Presiden RI masa bakti tahun  2014 – 2019. Dan apabila vibrasi kepeloporan Joko Widodo berhasil mengorbitkannya menjadi Presiden RI masa bakti tahun 2014 – 2019 pada pemilihan presiden yang diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 2014, maka vibrasi kepeloporan Joko Widodo akan bersiklus selaras dengan vibrasi masa bakti presiden periode kedua (tahun 2019 – 2024)….”

Demikianlah keunikan vibrasi kepeloporan Joko Widodo yang telah saya cermati, analisis, dan umumkan secara terbuka di blog ini edisi Kamis, 03 Juli 2014 yang lalu. Berpegang pada hasil analisis vibrasi kepeloporan Joko Widodo sebagaimana diwedarkan di atas ini, maka: saya tetap merekomendasikan Joko Widodo sebagai Presiden RI masa bakti tahun 2019 – 2024, kecuali ada faktor “Triple-X” yang  meredam dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo. Dan skor vibrasi kepeloporan Joko Widodo dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 90/100.

Sudah pasti ada pembaca artikel ini yang bertanya: “Bagaimanakah dengan vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto yang masih tercatat sebagai rival Joko Widodo?” Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya tersirat dalam analisis tentang vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto yang telah saya muat di blog ini pada tanggal 03 Juli 2014 yang lalu. Pada tahun 2014, ketika Prabowo Subianto maju sebagai calon Presiden, vibrasi kepeloporannya ditentukan oleh vibrasi kepeloporan yang tersirat dalam tahun kelahirannya, yaitu tahun 1951 yang luas siklus vibrasinya bermuara tepat pada tahun 2014. Dan ternyata Prabowo Subianto gagal meraih kemenangan.

Pada Pemilihan Umum Legislatif sekaligus Pemilihan Presiden pada tahun 2019, vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto untuk maju sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 tidak lagi ditentukan oleh vibrasi kepeloporannya yang tersirat dalam tahun kelahiran 1951, melainkan ditentukan oleh vibrasi kepeloporannya yang tersirat dalam tahun karier kemiliteran, yaitu  tahun 1974 yang vibrasinya bersiklus dengan vibrasi karier kemiliteran yang muncul pada tahun 1983, 1995, 1998. Dan ternyata, luas siklus vibrasi karier kemiliteran Prabowo Subianto sebagaimana dianalisis itu bermuara pada tahun 2019.  Dengan demikian, jalan menuju Istana Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 masih terbuka bagi Prabowo Subianto. Tinggal kebulatan tekad untuk memutuskan: tampil atau maju sebagai calon Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 pada Pemilihan Presiden tahun 2019.

Kalau begitu, berapa besar skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024? Ternyata skor vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 – 2024 adalah 30/40, dengan petunjuk vibrasi kepeloporan yang bergerak tidak searah dengan gerakan jarum jam. Dinamika vibrasi kepeloporan seperti ini memberi petunjuk bahwa ada regresi pada vibrasi kepeloporan Prabowo Subianto dalam hubungannya dengan jabatan Presiden RI masa bakti 2019 -  2024; sehingga apabila Prabowo Subianto maju untuk bersaing dengan Joko Widodo pada Pemilihan Presiden RI pada tahun 2019, maka hasilnya akan sama seperti hasil Pemilihan Presiden pada 9 Juli 2014: Joko Widodo tetap menang, kecuali ada faktor “Triple-X” yang meredam dinamika vibrasi kepeloporan Joko Widodo. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar